Jam sudah menunjukan pukul 8 malam. Zhen baru keluar dari kamarnya untuk makan karena rutinitas Zhen memang begitu teratur. Ia punya jadwal dan kehidupan sehat serta disiplin yang tinggi.
Karena baby Zoe belum bangun dan masih tidur di ruang tamu, Zhen memilih pergi ke dapur karena tadi asisten Jio sudah menyiapkan makanan untuknya seperti biasa.
Namun, saat kursi roda Zhen mencapai pintu dapur ia segera terhenti kala melihat sosok wanita berambut blonde tengah berkutat dengan peralatan dapur.
"Dia memasak?!" Gumam Zhen pada Moa yang fokus di depan sana.
Moa membaca buku di tangan kiri sedangkan tangan kanan menata roti dan sayur karena ia akan membuat sandwich yang simpel.
Begitu fokusnya, Moa tak sadar akan kehadiran Zhen.
"Selada dan tomat di potong! Emm..sudah."
Moa bicara sendiri. Zhen terus memandang wajah cantik serius Moa sampai tatapannya turun ke area dada dimana dua kancing piyama tidurnya terbuka membuat pemandangan erotis.
"Ehem!" Zhen berdehem kecil mengalihkan pandangan ke daun pintu.
"Tuan!" Moa tersigap akan kehadiran Zhen.
Zhen tak menggubris Moa. Ia menggerakan kursi rodanya ke arah lemari pendingin dan Moa tahu Zhen pasti akan minum vodka kaleng.
"Saya akan ambilkan!"
"Kau.."
Moa lebih dulu membuka lemari pendingin dan mengambil satu kaleng vodka dingin. Zhen mematung saat Moa menyodorkan benda itu dengan tubuh sedikit membungkuk.
Tentu saja dua bongkahan kenyal putih mulus terbungkus bra merah muda itu tampak lebih jelas dan sangat menggiurkan. Zhen sampai terbatuk berpaling cepat.
Moa tak ada niat menggoda tapi ia lupa merapikan pakaiannya.
"Ini, tuan!"
"Hm, tak perlu!" Datar Zhen menolak angkuh. Ia mengambil satu kaleng vodka di lemari pendingin seraya menjaga jarak dengan Moa.
Ntahlah, setiap ia melihat Moa maka pikiran Zhen akan melampau ke arah rekaman tadi sore.
"Tuan! Akan-ku bukakan!"
"Tetap disitu!" Cegat Zhen saat Moa ingin mendekat.
Wajahnya yang tampan tapi arogan itu seperti mewaspadai Moa bak hama yang mematikan.
Sadar jika Zhen begitu menjaga jarak dengannya tentu saja Moa semakin gencar.
"Jika aku tak bisa mendekatimu dengan cara ceroboh dan heboh maka, aku akan jadi lebih penurut. Apapun agar aku bisa melenyapkanmu," Batin Moa sudah menyusun rencana keduanya.
"Tuan! Saya tadi belajar membuat sandwich dari buku yang kau berikan, apa tuan mau mencobanya?"
"Tidak," Tegas Zhen tanpa basa basi membalikan kursi rodanya untuk segera pergi.
Moa mendengus tapi tak keras. Zhen sangat susah di dekati tapi ia tak akan menyerah.
"Tuan! Ajari saya membuat susu untuk nona kecil!"
"Belajar dengan ponselmu!" Acuh Zhen tak mau berpikiran aneh saat dekat dengan Moa.
Melihat Zhen yang sangat tak peduli, Moa segera melukai ujung jarinya dengan pisau dan memekik.
"Auass!!"
Zhen sontak berhenti. Kursi rodanya berbalik menghadap dapur dimana Moa tengah memeggangi jarinya yang berdarah.
"Jangan mengotori dapurku dengan darahmu!" Sarkas Zhen tak kasihan pada Moa yang mengumpat.
"Sebenarnya dia ini manusia atau bukan?! Bisa-bisanya tak ada empati sama sekali," Batin Moa ingin menelan Zhen bulat-bulat tapi ia urungkan.
"Tuan! Saya minta maaf. Saya memang tak pernah di ajari memasak oleh ibu saya."
"Merepotkan," Gumam Zhen setengah mengumpat.
Kursi rodanya bergerak ke arah lemari yang ada di sudut dapur. Moa melihat Zhen membuka laci lemari itu dan mengambil kotak obat yang sudah disiapkan di beberapa tempat untuk bersiaga.
"Ternyata dia tak begitu ce.."
Brugh..
Kotak obat itu terlempar ke meja dapur tepat menghancurkan potongan sayur yang tadi susah payah Moa potong itu-pun tak rapi.
APA KAU INGIN KU ROBEK SEKARANG?!
Makna pandangan Moa pada Zhen tapi pria angkuh berjuta pesona tapi sangat di kutuk Moa itu tak ada pandangan iba sama sekali.
"Setelah itu, bereskan dapurku!"
"Kauuu!!" Geram Moa mendidih hebat bahkan tak peduli dengan darah jarinya yang menetes di lantai.
Zhen berbalik acuh. Kursi rodanya bergerak stabil meninggalkan dapur tapi sebelum itu, sudut bibir Zhen tertarik licik.
Ia tahu itu akal-akalan Moa. Hanya saja, Zhen cukup terkejut karena Moa sangat nekat melukai dirinya sendiri hanya demi sebuah misi ini.
"Dia tak akan menyerah dalam waktu dekat," Gumam Zhen memilih pergi ke ruang tamu dimana baby Zoe masih tidur nyenyak di atas sofa panjang empuk kesukaannya.
Saat sudah mendekati sofa, Zhen meraih selimut yang tadi jatuh kelantai lalu membalutkan itu ke tubuh mungil baby Zoe.
"Tak ada yang bisa menyakitimu lagi. Daday berjanji." Dengan pandangan melembut.
Zhen mengusap kepala baby Zoe yang berkeringat tapi si kecil itu masih terlelap nyenyak.
"Tidurlah!" Kecupan hangat Zhen berikan ke kening baby Zoe.
Zhen menegguk minuman kalengnya seraya menemani baby Zoe tidur. Lama-kelamaan Zhen mulai merasakan kantuk dan ia meletakan minuman itu di atas meja sofa lalu bersandar ke kursi rodanya dengan kedua mata terpejam.
Tak lama berselang, Moa muncul dari arah belakang. Ekspresi wajahnya sangat emosi dan merah padam membawa pisau serta piring buah.
"Aku sudah tak tahan," Gumam Moa dengan nafas memburu.
Ujung jari telunjuknya tak di perban sama sekali tapi pendarahan sudah terhenti. Melihat Zhen yang tertidur, Moa seperti diterpa angin surga.
"Tidur? Cih, ternyata kau juga bisa tidur rupanya."
Moa berdiri di hadapan Zhen dengan kedua mata membunuh terpancar hebat. Ia tak menargetkan baby Zoe karena tak ada imbalan apapun.
"Tidurlah dengan nyenyak sampai kau tak bisa bangun lagi," Desis Moa menyeringai menaikan satu lutut sebelah kiri ke paha Zhen.
Piring buah itu ia letakan di atas meja. Moa mengusap mata pisau dapurnya dengan rasa tak sabar untuk mengoyak leher Zhen dengan buas.
"Lihat saja. Aku akan mencabut satu persatu kukumu BABI JANTAN sialan!"
Moa memeggang bahu Zhen lalu mengayunkan pisaunya dengan keras untuk melubangi kerongkongan pria itu dan..
"Daddy!" Suara baby Zoe mengalihkan pandangan kedua mata emerald Moa padanya.
"Susst!! Akan-ku tunjukan cara menyembelih yang benar, kelinci kecil!" Moa mengedipkan satu matanya nakal pada baby Zoe yang justru melebarkan senyuman seakan terhibur.
"Daddy!"
"Daddymu.."
"Daddy!" Seru baby Zoe bertepuk tangan menatap ke arah Zhen tentu saja Moa menoleh dan..
Duarr..
Seakan tersabar petir di malam hari Moa terkejut saat kedua mata tajam Zhen sudah terbuka dan menyorot dingin ke arahnya.
Moa masih mematung karena posisinya sangat sulit menghindar. Satu lutut Moa bertumpu ke paha Zhen serta satu tangan mencengkram bahu kokoh itu, belum lagi tangannya yang terangkat memeggang pisau persis seperti ingin menikam orang.
"T..tuan.."
"Daddy!!" Sorak baby Zoe menganggap itu adalah permainan.
Moa menegguk ludah berat. Tubuhnya seakan kaku dan tegang di pandang intens oleh Zhen yang belum bersuara tapi sudah membuatnya gentar.
....
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sandisalbiah
hah.. ada org niat mau ngebunuh tp ngoceh dulu... lagian si Moa ini.. Zhen kan cuma tidur, pake segala nagkring di pahak nya jelas aja itu juga bisa membangunkannya 🤦🏼♀🤦🏼♀
2024-10-29
0
Zudiyah Zudiyah
Moa" kelamaan kau bauk omong si gagap deh jd nya 🤣🤣🤣
2023-10-18
2
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
😂🤣🤣🤭
2023-09-18
0