Masih di posisi yang sama. Zhen memandang datar Moa yang segera mencengir kuda merubah raut wajah secara drastis.
"Tuan! Saya memang seperti ini, saya..saya suka memperagakan adegan film yang saya tonton, yah! Memperagakan film," Jelas Moa berdiri kembali dengan pisau masih di peggang canggung.
Zhen tak bersuara dan itulah yang membuat Moa bertambah gelisah.
"Nona kecil! Kau sudah bangun? Bagaimana kalau minum susu, haus bukan?" Ingin menggendong baby Zoe tapi Zhen menyela tegas.
"Tunggu!"
"T..tuan!" Gumam Moa berkeringat. Zhen mengulur tangannya ke arah pisau yang di peggang Moa.
"Kau punya kebiasaan unik."
"A..iya, sangat unik," Jawab Mla menyerahkan pisau itu pada Zhen.
"Sebegitu uniknya bahkan mimpiku selalu ingin membunuhmu," Imbuh batin Moa tapi ia tetap tersenyum.
Zhen tahu betul niat Moa hanya saja, ia tak menunjukan kecurigaan secara langsung.
"Kau menonton televisi?"
"Tidak," Jawab Moa cepat.
"Bioskop?"
"Tidak sempat, Tuan!" Cengir Moa belum paham maksud Zhen.
"Berikan ponselmu!" Pinta Zhen membuat Moa terdiam.
"Tuan! Apa hubungannya dengan ponsel dan.."
"Kau tak menonton televisi maupun bioskop. Ponselmu di tahan sampai kau sehat."
"Whaat??!! Pekik batin Moa terjebak dengan perkataan Zhen.
Melihat reaksi Moa yang tak percaya akan itu tentu saja Zhen puas. Ia tahu betul Moa tak bekerja sendiri dan punya jalinan di luar.
Akan beresiko membiarkan wanita ini bebas berkomunikasi dan masih berkeliaran.
"Saya tidak sakit, tuan! Hanya saja.."
"Berikan!" Tegas Zhen tak peduli alasan Moa.
Baby Zoe tersenyum geli melihat wajah cantik Moa merah padam. Mawar putih berdarah dingin itu merogoh ponsel di sakunya kasar lalu memberikannya pada Zhen.
"Kapan saya bisa mengambil ponsel ini?"
Zhen memeggang ponsel itu dengan dua jari seakan jijik. Sungguh, Moa ingin mematahkan leher pria ini.
"Sampai kau sehat!"
"Saya tidak sakit."
"Barusan itu kau sebut apa?!" Tanya Zhen menaikan satu alisnya.
Moa membuang nafas berat. Ia duduk di sofa dekat baby Zoe dan beralih memangku si kecil itu.
"Bagaimana aku bisa menghubungi Ebner?! Dia sangat membatasi pergerakanku," Batin Moa dengan tangan merapikan rambut baby Zoe.
"Buatkan susu untuk putriku!"
"Baiklah," Gumam Moa kembali meletakan baby Zoe lalu pergi.
Zhen melirik Moa dari ekor matanya. Saat wanita itu sudah tak lagi disini barulah Zhen membuka ponsel Moa yang di kunci.
Identitasnya sulit di cari. Mungkin, di ponsel ini akan ada banyak informasi baik dari Moa atau orang yang menyuruhnya.
Pikir Zhen menyimpan ponsel itu di saku celananya lalu beralih pada pisau di tangan kiri.
"Wanita yang payah," Gumam Zhen meletakan pisau itu ke atas piring buah.
Tatapan baby Zoe sama polosnya dengan balita pada umumnya. Zhen beralih memangku si kecil manja itu.
"Kenapa baby lebih nyaman dengan belut betina itu?! Apa yang baby suka, hm?"
Baby Zoe tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi susu yang berjumlah dua belas biji masih sangat menggemaskan.
"Daddy!!"
"Hm? Katakan pada daddy jika dia berani mengusikmu. Paham?!"
Baby Zoe hanya bisa tertawa kecil menerima kecupan di seluruh wajahnya dari Zhen. Sosok itu tampak lebih hangat dan berbeda ketika memperlakukan putri kesayangannya.
Zhen asik memanjakan baby Zoe sampai tak menyadari kedatangan Moa di belakang sana. Moa terhenti mendengar tawa ceria baby Zoe yang berusaha menjauhkan wajah tampan Zhen saat mengunyel pipinya.
Mata Moa mulai memanas bahkan ia mencengkram botol susu itu sedikit kuat.
"Seandainya kau masih hidup, aku tak akan kehilangan momen seperti ini lagi," Batin Moa terbayang seseorang saat melihat Zhen dan baby Zoe.
Pandangan Moa tak searogan tadi. Tiba-tiba ia jadi sangat takut kehilangan si kecil yang sekarang juga tengah berjuang di tempat lain.
"Kau tenang saja. Walaupun taruhannya nyawaku, aku akan tetap mencari banyak uang agar kau bisa tertawa seperti itu lagi," Batin Moa meneguhkan keputusannya.
"Daddy!!" Suara baby Zoe menyeru ke arah Moa dan di ikuti pandangan Zhen.
Moa kembali pada stelan baby sitter-nya seraya berjalan mendekat.
"Ini susu nona kecil, tuan!"
Zhen tak menerima botol susu yang Moa sodorkan. Pandangannya masih belum percaya dan meragukan cara Moa membuat.
"Baiklah, jika tuan tak percaya saya akan mencicipinya!" Moa membuka botol susu dan mencoba sendiri.
"Kauu!!"
"Lihat! Saya masih sehat dan lengkap," Santai Moa sudah malas berdebat.
Ia mengambil alih baby Zoe dari pangkuan Zhen lalu duduk di sofa.
"Saya mempelajari setiap buku yang tuan berikan. Jadi, aman."
"Jika sampai putriku terluka, kau .."
"Tidak akan," Sela Moa memberikan botol susu itu pada baby Zoe.
"Ambil sendiri, seperti biasa."
"Ehm!" Baby Zoe mengangguk seakan mengerti ucapan Moa.
Ia seperti biasa bersandar ke dada empuk wanita itu dengan kedua tangan memeggang botol susu yang ia minum.
Zhen diam. Sejak kapan baby Zoe jadi bisa mengedot sendiri?! Begitu dimanjakan nya, Zhen bahkan selalu memberikan apapun yang baby Zoe mau termasuk fasilitas pelayanan suster khusus untuk merawat putrinya saat masih bersama Cellien dulu.
"Nanti, jika sudah selesai letakan dimana?"
"Si..ni!" Jawab baby Zoe menunjuk samping tempat duduk.
"Pintar, anak baik," Gumam Moa menepuk-nepuk kedua paha baby Zoe.
Zhen hanya diam melihat interaksi Moa dan baby Zoe yang lebih baik dari sebelumnya. Mungkin, Moa benar-benar mempelajari buku yang diberikan di mobil saat itu jika tidak, mana-mungkin seorang Moa akan begitu keibuan.
Namun, tiba-tiba saja ada sinar merah yang lolos dari kaca jendela di ruang tamu tepat mengarah ke kening Zhen.
Zhen diam menatap Moa yang juga memandangnya dengan pikiran yang sama.
"MENUNDUUK!!" Ucap Moa keras menarik tengkuk Zhen ikut menunduk berlindung di balik sofa beriringan dengan slesatan peluru yang melaju secepat kilat menembus kaca tanpa pecah sama sekali.
Peluru itu mengenai vas bunga yang ada di belakang Zhen dengan keras. Sedetik saja Moa tak menarik Zhen maka sudah di pastikan kepala pria ini sudah berserakan di lantai seperti vas bunga itu.
"D..daddy!!" Baby Zoe mulai ketakutan melepas botol susu di tangannya.
"Susst!! Tenanglah," Gumam Moa mendekap baby Zoe erat.
Zhen mengepal. Ia ingin bergerak tapi Moa menahan bahu Zhen agar tetap di tempat.
"Jangan bergerak!"
"Mereka akan melukai orang-orangku," Geram Zhen emosi karena putrinya ketakutan setengah mati.
Moa melirik ke samping dimana ada porselen putih yang bisa memantulkan cahaya dari arah jendela. Dengan penglihatannya yang tajam, Moa bisa memastikan jarak penembak di luar sana.
"Mereka memakai peredam agar tak menarik perhatian para pengawalmu di luar. Jika kau bergerak, ada kemungkinan tembakan kedua akan mengenai-mu."
Zhen menatap wajah serius Moa yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Kecepatan, insting yang kuat dan penuh strategi.
"Hubungi asisten-mu dan biarkan dia yang menangkap dari luar!"
"Ini jebakannya," Gumam Zhen membuat dahi Moa mengernyit.
"Maksudmu?"
"Mereka pasti punya rencana cadangan. Jika tak berhasil menghabisi-ku setidaknya mereka bisa membunuh orang-orangku yang terpancing mencari keberadaan mereka," Jelas Zhen membuat dugaan dari apa yang Moa katakan.
"Jadi, mereka memancing anak buahmu untuk keluar area apartemen dan sudah menyiapkan tempat eksekusi?"
"Hm, bisa begitu," Jawab Zhen serius.
Kali ini keduanya tak bicara formal bahkan, Moa seakan melupakan peran baby sitternya.
"Apa rencanamu?"
Zhen menatap bantal di atas sofa lalu melihat arah kaca yang bolong.
"Aku rasa mereka masih menunggu pergerakanmu."
"Lindungi putriku!" Pinta Zhen mengambil dua bantal di atas sofa.
"Saat aku lempar bantal ini kau harus bawa Zoe keluar ruangan ini!"
"Lalu kau?" Tanya Moa agak ketus.
"Putriku lebih penting."
Jawaban Zhen membuat Moa mendengus kasar. Zhen melempar dua bantal menjauh dari arah pintu hingga tembakan kedua melesat ke arah benda itu.
"Keluaar!!" Titah Zhen tapi Moa tak bisa di perintah.
Ia membuka tutup botol susu baby Zoe dan menyiramkan susu itu ke dua jendela kaca lebar di dinding hingga menjadi kabur.
"Jangan coba-coba merebut makananku!" Desis Moa membantu Zhen naik ke kursi roda dengan susah payah karena tubuh kekar Zhen lebih besar darinya.
"Kau.."
"Menunduk!" Pinta Mendorong kursi roda itu cepat seraya membungkuk keluar ruang tamu karena peluru itu mulai berdatangan tanpa suara tembakan terdengar sedikit-pun.
....
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sandisalbiah
lha.. gak mau ikan target di pancing orang lain ya, Moa..
2024-10-28
0
Juan Sastra
huh, moa moa jika tidak kerja sama justru kau pun tk luput dr maut
2024-08-28
0
Marlina Palembang
suruhan hupent mungkin
2023-10-02
1