Setelah berhasil menidurkan baby Zoe semalam akhirnya Moa bisa lepas dari tekanan Zhen yang tak lagi menuntutnya keluar. Sejak pertengkaran malam tadi, Moa jadi lebih serius menjalankan tugasnya.
Seperti pagi ini, ia di suruh Ebner untuk berinisiatif memasak di dapur sementara tak ada siapapun yang tampak di jam segini.
"Kau menyuruhku memasak atau membakar dapur pria cacat itu?" Mengumpat seraya bicara dengan Ebner di ponselnya dan memanaskan air di panci.
"Aku sudah mengatakannya, Moa! Dia bukan pria yang bisa kau taklukan begitu saja. Kuasai putrinya dan kau akan mendapatkan kesempatan."
"Cih, aku benar-benar ingin menguliti otot kekarnya itu. Dia bahkan merusak kuku-ku yang di rawat ratusan juta. Dia pikir uang mudah di cari?!" Rutuk Moa seraya memeggang pisau dapur.
Moa menusuk-nusuk tomat yang ada di talenan seakan menganggap itu adalah bola mata tajam Zhen.
"Kau yang membuat keputusan. Jika berhenti sekarang kita tak akan rugi. Uang-nya juga sudah masuk."
"1 milyar tidak cukup mengganti kerusakan sepuluh kuku cantik milikku," Tolak Moa rakus.
Terdengar suara tawa kecil Ebner membuat Moa bertambah kesal. Akhirnya ia mematikan sambungan itu secara sepihak lalu menyimpan ponsel di saku baju susternya.
"Menyebalkan!!" Menancapkan pisaunya dengan tajam di atas talenan.
Moa dengan emosi mengukir bentuk kepala babi di talenan berbahan kayu mahal itu. Ia berimajinasi mengukir kepala Zhen yang benar-benar berani menyinggungnya.
"Babi jantan, cacat, tak tahu diri, angkuh tak bermoral dan.."
Kalimat Moa terhenti saat ekor matanya tak sengaja melihat mahluk kebun binatang yang tadi ia umpat.
"Tuan!"
Zhen menatap datar Moa yang tadi melontarkan kata-kata kasar. Lirikan netra hazel itu beralih pada pisau dan talenan yang di peggang Moa.
"Buatkan susu untuk putriku!" Suaranya sangat memerintah.
Wajah Moa yang tadi emosi berubah dalam sekejap mata memandang. Ia tersenyum dengan bibir merekah indah menenggelamkan pelupuk mata almond nya.
Zhen terkesima tapi ia segera membuang pandangan ke arah lain seakan tak peduli.
"Apa tuan ingin makan?"
"Tidak," Singkat Zhen menggerakan kursi roda otomatisnya ke arah lemari pendingin tak jauh dari Moa.
Dapur ini sangat lengkap dan fleksibel jadi, semua yang di butuhkan tersaji instan dan rapi.
"Tuan! Dimana susunya?" Melirik di beberala laci dapur.
Zhen mengambil minuman kaleng dingin. Ia tak menghiraukan Moa yang ntah buta atau tak tahu bentuk susu formula bayi itu bagaimana?!
Moa terus mencari-cari dengan mengobrak-abrik semua sisi dapur. Awalnya Zhen tak ingin ambil pusing tapi suara berisik barang-barang di acak-acak ini membuat kepalanya berdenyut emosi.
"Kau buta?" Ketus Zhen menyinggung Moa tengah mengeluarkan isi laci dapur.
"Saya tak tahu dimana letak susunya, tuan!"
"Gila," Umpat Zhen mengarahkan kursi rodanya ke arah laci yang di obrak-abrik Moa.
Ternyata, kotak susu formula itu ada di laci besar di bawah meja dapur yang sudah di acak-acak Moa lebih dulu tapi tak ketemu.
"Ini, susunya?"
Zhen tak menjawab. Ia meletakan kotak susu itu di atas meja dapur lalu tergesip melihat talenan di tempat yang sama.
"Shitt!" Batin Moa merutuk segera membalikan talenan itu untuk menyembunyikan ukiran babi jantannya.
"Tuan! Saya akan membersihkan dapur ini. Silahkan tuan pergi dulu!"
"Buat di depanku!"
Glek..
Moa menelan ludah. Wajah tampan Zhen sangat serius karena ini menyangkut putrinya. Jika susu itu di buat Moa yang tak seperti suster anak yang profesional maka, Zhen tak akan tenang mempercayakan baby Zoe pada wanita gila ini.
"A..itu, tuan sebaiknya tuan pergi saja. Saya akan.."
"Buat atau kau selesai disini," Tegas Zhen hingga Moa tak berkutik.
Dengan pasrah Moa membuka kotak susu formula yang belum di gunakan. Ia melirik kiri kanan secara sembunyi agar Zhen tak menangkap kebingungannya tapi..
Selihai apapun Moa menyamarkan ketidaktahuan itu, Zhen tetap bisa menyelidiki Moa.
"Kau tak pernah membuat susu sebelumnya."
"A..tidak. Aku..maksud saya itu.."
"Tunjukan identitas aslimu!" Tegas Zhen mengintimidasi Moa.
"Bagaimana ini? Dia sudah tahu dengan cepat," Batin Moa panik tapi wajahnya masih sangat santai.
Tatapan Zhen terus menyelidik pada Moa yang berdehem kecil. Benaknya terus melayang pada 1 milyar berkali lipat menjadi sokongan hidupnya.
"Begini, tuan!"
Moa mengambil kursi dapur yang tak jauh darinya lalu duduk berhadapan dengan Zhen. Tentu saja Zhen mengernyit melihat kelancangan Moa.
"Mulai sekarang kau.."
"Tuan! Sebenarnya yang harus bekerja itu ibu saya," Ucap Moa mengarang. Wajahnya di buat sesendu mungkin bahkan menyedihkan.
"Tapi, karena dia sakit dan takut kehilangan pekerjaan ini jadilah saya yang menggantikannya," Imbuh Moa lirih menunduk.
Zhen tak mudah percaya. Ia membiarkan Moa disini karena pilihan dari nyonya Ming tapi ternyata, wanita ini tak lolos kualifikasi.
"Saya mohon terima saya disini. Saya berjanji akan belajar dengan sungguh-sungguh mengasuh nona kecil."
"Putriku bukan boneka percobaan," Tegas Zhen tak peduli dengan alasan Moa.
Saat Zhen ingin beranjak pergi dengan kursi rodanya, Moa sigap berjongkok dan memeggang kedua lutut kokoh itu.
"Kauu.."
"Tuan! Tuan jangan pecat saya, beri saya kesempatan, hiks!" Isak bombay Moa memekik.
Zhen yang tak mau di sentuh sembarangan segera menepis kedua tangan Moa tapi lagi-lagu wanita ini memeggang bahkan terus naik sampai ke paha Zhen.
"Jiooo!!"
"Tuan!! Tuan, maafkan saya," Pinta Moa berani memeggang pinggang kekar Zhen yang jijik karena kelancangan Moa menyentuhnya.
"Wanita gilaa!!" Berusaha lepas dari Moa yang hanya bersandiwara.
Diam-diam Moa melirik panci air mendidih di kopor atas meja. Seringaian iblisnya muncul dan kali ini sangat sadis.
"Kau harus lebih sekarat dari ini," Batin Moa terus memeggang Zhen yang mendorongnya kuat.
Saat terdorong ke atas, tangan Moa sigap menyenggol peggangan panci yang di lapisi kayu hingga air mendidih itu tumpah ke arah Zhen.
"Tuaan!!" Pekik Moa seakan terkejut.
Namun, Zhen tak selemah yang ada dipikiran Moa. Sebelum panci itu mengenainya, Zhen memundurkan kursi rodanya cepat hingga panci itu jatuh tapi membasahi lantai kosong.
Suara keributan itu menarik perhatian sua pengawal di depan dan asisten Jio yang tadi baru datang.
Mereka syok melihat keadaan dapur dan air panas tumpah tak jauh dari tuannya.
"Tuan!" Berjalan mendekat.
"Tuan! Kau baik-baik saja?"
"Hm," Gumam Zhen seadanya karena sekarang fokus mata tajam Zhen justru mengarah pada Moa yang terlihat juga syok.
"Kau yang melakukan ini?" Asisten Jio emosi.
"Maafkan saya, tadi tuan mendorong dan saya tak sengaja menumpahkan panci air," Jawab Moa pura-pura ketakutan padahal ia sangat kesal karena Zhen lolos.
"Ini sudah kedua kalinya. Tak ada lagi kesempatan untukmu!"
"Tuan! Tapi, saya tak sengaja."
Asisten Jio beradu mulut dengan Moa yang meladeninya. Zhen terus menatap Moa intens dan di sadari oleh insting waspada mawar putih berdarah dingin itu.
"Pria ini memang sulit di hadapi. Aku harus menunggu saat dia tidur," Batin Moa menyusun rencana lagi.
"Tuan! Saya akan menghubungi perusahaan penyedia jasa suster ini. Mereka pantas mendapatkan ganjaran karena meremehkan keluarga Ming."
"Selesaikan!" Titah Zhen tanpa belas kasih tak peduli cerita menyedihkan apa yang Moa karang.
Zhen pergi dengan kursi rodanya tanpa melihat kebelakang. Moa mengepal dengan dada naik turun menahan emosi tapi ia cukup bisa mengendalikan karakter apa yang sekarang ia perankan.
"Polos, lugu dan teraniaya. Pria ini bahkan tak punya hati nurani," Batin Moa mengutuk Zhen.
"Kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini!"
"Tapi.."
Asisten Jio pergi begitu juga dua pengawal tadi. Alhasil Moa di tinggalkan sendiri dengan perasaan ingin membunuh yang kian mengubun.
"Brengsek! Berani kalian memperlakukanku seperti ini," Geram Moa menendang kursi dengan kasar.
Moa mengambil nafas dalam. Ia berusaha menenagkan dirinya dan barulah Moa mencari solusi.
"Jika aku pergi dari sini maka, akan sulit masuk kembali."
Moa menimbang-nimbang keputusannya. Karena tak ingin kehilangan kesempatan, Moa segera bergegas pergi ke arah kamar Zhen untuk berakting lagi.
"Tuan! Saya..."
"BAGAIMANA BISA?? AKU MENYURUH KALIAN MELINDUNGINYA BUKAN MEMANTAU DARI JAUH!!"
Suara marah Zhen di dalam kamar terdengar hebat. Moa terdiam merapat ke sisi pintu. Tampaknya asisten Jio sudah mengambil alih baby Zoe hingga Zhen bisa murka dengan bawahannya melapor soal nyonya Ming.
"Sepertinya sudah terjadi sesuatu pada ibunya," Gumam Moa mendengar kemarahan Zhen yang mengkhawatirkan ibunya di lain negara.
...
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
istripak@min
masak mau penyamaran ,jdi pembunuh byaran Gak belajar dlu cara ini itu,krn akan berperan sebagai suster,aneh,pembunuh bayar kan amatiran
2024-10-09
0
ALURRA KHAI BACHTIAR 💅
jio smaa bos nya 11 - 12.sama aja 😂
2023-09-14
2
Triiyyaazz Ajuach
waduh kayaknya nyonya Ming knp" dech
2023-09-14
0