Pagi ini Zhen mendapat surat panggilan dari dapartemen kepolisian USA atas penangkapan Cellien yang masih berstatus sebagai istrinya.
Zhen di panggil karena akan menjadi saksi dalam sidang wanita itu. Tak hanya Zhen yang di bawa ke dapartemen kepolisian, Moa juga tak kalah semangat karena ia ingin melihat siapa wanita berhati iblis berani menyiksa baby Zoe yang akan menjadi korban di dalam kasus ini.
"Kita tak akan lewat depan. Ada banyak media yang akan menunggu tuan dan nona kecil!" Ucap asisten Jio mengemudikan mobil ke area gedung dapartemen kepolisian.
Dua mobil polisi sudah duluan pergi agar tak menarik perhatian masyarakat. Zhen tak mau mengganggu kesehatan baby Zoe yang masih tenang bersandar di dada Moa.
"Nanti, kita akan di pisah ruangan. Kau harus tetap menjaga putriku!"
"Saya mengerti," Jawab Moa paham kekhawatiran Zhen.
Saat sudah tiba di dekat gedung besar ini asisten Jio memilih lewat di jalan lain tepatnya jalur belakang gedung karena para pengawal mereka sudah menunggu di sana.
"Tuan! Saya sudah bicara dengan atasan dapartemen ini. Ruangan kesaksian itu tak ada media luar selain rekaman khusus dapartemen kepolisian disini."
"Utamakan kenyamanan untuk Zoe. Dia tak bisa di suasana ramai!" Titah Zhen memeggang kaki mungil baby Zoe yang justru asik memainkan kancing baju suster di dada Moa.
Mobil berhenti. Dua pengawal segera membuka pintu mobil sedangkan beberapa aparat kepolisian ikut menjemput kedatangan Zhen.
"Presdir Zhen!" Sapa Jenderal Moures sopan.
Saat bertemu asisten Jio kemaren, ia sudah menerima penjelasan tentang keadaan Zhen dan bisa di percaya untuk bungkam karena itu privasi.
"Semuanya sudah siap. Kami hanya butuh kesaksian presdir atas tuntutan pada nona Cellien. Kerabat dari wanita itu juga sudah datang sejak tadi."
"Orang tuanya?" Tanya asisten Jio seraya membantu Zhen duduk di kursi roda.
"Yah. Mereka juga ingin bertemu dengan presdir Zhen."
Asisten Jio terdiam begitu juga Zhen. Tatapan mereka beralih pada Moa yang sudah turun menggendong baby Zoe ringan tak begitu kaku lagi.
"Apa nona kecil juga akan di periksa?"
"Tidak, kami hanya butuh beberapa foto dan melihat langsung keadaan korban," Jawab Jenderal Moures terlihat sangat berempati pada baby Zoe yang tampak begitu nyaman di gendongan Moa.
"Silahkan, presdir!"
Zhen di giring pergi masuk ke dalam gedung sedangkan Moa juga di bawa oleh polisi wanita ke ruangan berbeda.
Sebelum mereka benar-benar terpisah, Moa menoleh dan ntah kenapa Zhen juga ikut memandang hingga keduanya bersitatap datar namun tak ada niat bertengkar seperti biasa.
"Silahkan!" Membawa Moa pergi ke ruangan khusus untuk mendata keadaan baby Zoe saat ini.
Di dalam ruangan itu ada satu pria bertampang sangar dengan kulit hitam dan mata bening di dampingi wanita yang tadi membawa Moa.
"Duduk!" Pria itu bersuara.
Moa tak menolak. Karena di ruangan ini hanya ada satu meja dan empat kursi yang masing-masing saling berhadapan jadilah Moa duduk tenang.
"Kau siapanya nona Zoe?"
"Suster!" Singkat Moa menunjukan karakter aslinya.
Baby Zoe menyembunyikan diri di dekapan lengan Moa karena merasa takut dengan pria hitam ini.
"Nona Zoe akan di periksa. Ambil!" Titahnya menggerakan wanita tadi.
"D..daddy!!" Ciut baby Zoe mendekat kuat dada Moa kala polisi wanita itu mendekat.
"Pemeriksaan apa yang akan kalian lakukan?" Selidik Moa intens.
Bukannya menjawab, pria itu justru tersenyum meremehkan Moa. Ia akui Moa sangat cantik dan tak pantas menjadi babysitter tapi, Moa terlalu mengibarkan hawa tak bersahabat.
"Kau hanya seorang suster bayi tapi sikapmu sudah seberani ini."
"Lalu?!" Tanya Moa menaikan satu alis sinis.
Sontak saja pria kulit hitam itu mendengus. Kedua matanya seakan-akan ingin segera menelan Moa hidup-hidup.
"Lancang!!!" Suaranya meninggi seraya menggebrak meja.
"Daddy!!" Pekik baby Zoe ketakutan setengah mati memanjat leher Moa yang seketika mengepal.
"Pelan-kan suaramu!"
"Kenapa? Aku bisa saja memenjarakan-mu karena tak bertingkah baik di hadapan abdi negara!!"
Brakk..
Moa menendang meja di depannya keras sampai menghantam perut pria itu. Polisi wanita tadi mundur pucat kala Moa berdiri stabil tapi wajahnya terlihat sangat menakutkan.
"K..kapten!"
"Sialan!!" Dengus pria itu berdiri.
Moa tak gentar akan wajah emosi dan rahang meneggang sosok di depannya ini. Satu tangan Moa membenamkan wajah baby Zoe ke dadanya dengan kehangatan dan hawa perlindungan mendominasi.
"D..daddy!"
"Dengarkan aku!" Lirih Moa tegas membuat baby Zoe memandangnya ciut dan lemah.
"Mau bermain?" Menatap baby Zoe lembut.
"M..ma..in?"
"Yah, kelinci bersembunyi dari singa yang lapar," Jawab Moa tapi melirik tajam pada pria yang tadi membentaknya.
Polisi wanita itu gemetar kala Moa beralih padanya.
"N..Nona! Saya tak ada niat untuk.."
"Kau juga akan bermain," Sela Moa menyeringai.
Pria yang tadi diam mulai merasa tak tenang. Ia belum berani menyerang Moa karena targetnya adalah baby Zoe di gendongan wanita itu.
"Dia akan mencelakai nona Zoe! Cepat ambil balita itu!!"
"T..tapi.."
Polisi wanita tadi di dorong kasar ke arah Moa yang dengan cepat menghindar. Moa melirik saku celana pria itu dimana ada pisau dan area resletingnya tak di tutup.
"Kelinci kecil! Permainannya di mulai!"
"Main!" Sorak baby Zoe justru sangat senang kala Moa mengajaknya bermain.
Moa tersenyum pelit melihat sikap polos putri manja Zhen ini.
"Aku akan keluar dan kau harus bersembunyi sebelum aku masuk. Jangan sampai singa menemukan kelinci atau tidak.."
Moa menjeda kalimatnya lalu mengusap kepala baby Zoe yang tersenyum lebar.
"Kepala kelinci akan di makan singa."
"Daddy!" Tawa kecil baby Zoe muncul karena suara Moa seperti menghiburnya.
Melihat baby Zoe tak takut lagi, Moa segera menurunkan baby Zoe di atas lantai hingga si kecil itu duduk dengan stabil.
"Singa keluar dan kelinci bersembunyi, paham?"
"Pa..ham," Jawabnya mengikut gerak bibir Moa.
Baby Zoe menatap polos Moa yang berdiri di depannya.
Kursi dan Meja itu Moa pinggirkan dan tak ada siapapun yang berani menegur atau melarang Moa bertindak.
"Kau!"
"N..nona!" Gugup polisi wanita itu kala Moa menyeru padanya.
"Tugasmu menjaga pintu!"
Pria tadi terdiam. Ia secara pelan mengeluarkan pisau dari dalam sakunya dengan niat ingin menusuk Moa.
"Apa yang ingin kau lakukan?! Ini bukan permainan anak-anak. Cepat serahkan nona Zoe!!"
"Ambil jika bisa," Desis Moa begitu cepat menarik kerah pria itu keluar dari ruangan ini.
Walau tubuhnya lebih ramping dari sosok yang ia seret, tenaga Moa tak bisa di remehkan.
"Wanita gila!!" Ingin menyabetkan pisaunya ke arah perut Moa yang justru menendang punggungnya keras masuk ke dalam salah satu pintu ruangan tak jauh dari tempat tadi.
Pria itu tersungkur mencium lantai. Moa menutup pintu ruangan rapat dan melihat jika barang-barang di sini sama seperti di ruangan tadi.
"Kau akan menyesal." Pria itu bangkit dengan pelipis berdarah karena terbentur lantai.
Moa hanya menatapnya dingin. Pisau itu masih ada di tangan musuh tapi Moa menginginkannya.
"Siapa yang menyuruhmu?" Tanya Moa langsung di tertawakan.
"Luar bisa!! Kau memang hebat, ja**lang!!"
Mendengar makian itu Moa justru semakin berniat lebih jauh.
"Tertawa-lah sepuas mu!"
"Yah, tentu saja! Setelah membunuh dan menikmati tubuhmu, aku akan melenyapkan bayi itu."
"Hm, silahkan!" Santai Moa membiarkan pria itu melesat ke arahnya.
"Ku patahkan sikap sombong mu!!" Geramnya menyabetkan pisau ke arah leher Moa secara brutal.
Pria itu memang pandai beladiri tapi tak cukup menandingi Moa yang bergerak tak kalah gesit.
Pisau mengarah pada lehernya, Moa tepis kasar lalu melayangkan tendangan kuat ke bagian pinggang pria itu.
"Pisaumu milikku!" Seringai Moa menarik lengan pria itu lalu memelintirnya kuat sampai berputar dengan suara retakan kuat.
"Aasss!!"
"Sakit?!" Tanya Moa mengambil alih pisau di tangan pria ini.
"K..kau.."
"Kau belum pantas menjadi PREDATOR," Desis Moa mematahkan lengan kekar di cengkramannya.
Kaki kanan Moa yang jenjang menerjang lutut pria itu hingga patah ke belakang. Teriakannya nyaris mengaum keras namun Moa menghantamkan wajah pria malang itu ke dinding hingga terkulai na'as di bawah kakinya.
"A..ampun.."
"Siapa yang menyuruhmu?" Tanya Moa menginjak kepala pria itu dengan kakinya.
Pose Moa sangat tenang dan angkuh. Satu tangan memeggang pisau dan satunya lagi terlipat di depan dada.
"A..aku.."
"Tiga detik!"
"L..laki..la.."
"Moa!!"
Tiba-tiba saja Ebner datang masuk dengan tergesa-gesa. Moa menatap Ebner yang sudah tak terkejut lagi dengan kelakuan wanita ini.
"Kau kesini?"
"Aku menghubungi ponselmu dari semalam tapi tak aktif. Aku sangat mencemaskan-mu."
Moa menghela nafas. Ia beralih pada pria yang ada di bawah kakinya.
"Pria ini di suruh seseorang untuk menghabisi putri Zhen!"
"Siapa yang menyuruhnya?"
"Aku tidak tahu. Beberapa kali kami juga di serang," Jawab Moa dengan eskpresi serius.
Ebner terdiam sesaat. Pisau di tangan Moa segera ia ambil mendapat lirikan tajam Moa padanya.
"Jangan membunuh disini. Serahkan dia ke pihak yang berwajib."
"Tidak. Nyawanya milikku!" Bantah Moa keras mengangkat satu kakinya ingin melubangi kepala pria ini dengan heels yang ia pakai.
"Moa! Kita harus menjenguk Noah."
Kalimat itu langsung menghentikan niat membunuh Moa.
"Ada apa dengannya?" Intonasi dan pandangan berkabut cemas.
"Keadaanya semakin melemah. Dia selalu ingin bertemu denganmu."
Tanpa pikir panjang Moa meninggalkan pria itu diikuti Ebner yang membawa Moa pergi dengan cepat.
.....
Vote and like sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Andriyati
hmmm 🤔aku kok curiga sama ebner ya,, agak lain ku tengok
2024-06-30
0
Katherina Ajawaila
moa pembunuh bedarah dingin hanya takut dgn Zhen😁😁
2024-01-07
0
Zudiyah Zudiyah
Moa jgn smpk km lupakn baby Zoe brada 😔
2023-10-18
1