Ikatan kuat yang membelenggu kedua kaki dan tangannya terasa sangat menyakitkan. Ia duduk di atas kursi dengan kepala di tutupi kain hitam.
Udara dingin menghempas kental dan sepertinya ia berada di ketinggian.
"Lepass!!! Apa yang kalian mau, haa?? Lepaskan akuu!!" Teriaknya menjadi-jadi dengan tubuh di baluti kaos polos.
Memberontak seperti ini hanya akan menyakiti dirinya sendiri. Kain hitam itu di tarik kasar hingga matanya bisa melihat dengan jelas.
"Apa kalian sudah bosan hidup??!" Bentakannya menggelegar tapi segera tersentak kuat kala melihat siapa yang sekarang ada di hadapannya duduk di kursi roda dengan angkuh.
Manik keemasan milik Cellien mengigil gugup sekaligus takut.
"Z..Zhen!" Gumamnya tak punya keberanian.
Sosok yang ada di kursi roda di dampingi satu pria tinggi dengan mata sipit dan kumis tipis itu adalah Zhen.
Tatapan yang sangat berbeda. Tak ada cinta atau kelembutan dari manik hazel yang siap menelannya hidup-hidup.
"Z..Zhen! Sayang..."
Zhen hanya diam. Kebungkaman-nya semakin membuat Cellien gemetar. Dua pria berbadan kekar dengan stelan jas di belakang kursi Cellien juga tampak sangat memeggang dua balok kayu.
"Z..Zhen! Zhen maafkan aku. Maafkan aku, sayang!"
"Kau apakan putriku?" Dingin dan sangat mengintimidasi.
Cellien mengakui jika Zhen memang begitu menakutkan sekarang. Walau ia duduk di kursi roda tapi hawa keberadaan dan aura membunuh itu lepas kendali.
"A..aku, aku tak melakukan apapun. Zoe..Zoe adalah putriku juga, aku.."
Bughh..
Hantaman satu balok kayu langsung mendenyut di belakang kepalanya. Cellien terpekik antara sakit dan terkejut.
"Z..Zhen!"
"Mulai sekarang, kau bukanlah ibunya," Tekan Zhen menatap datar tanpa belas kasih pada Cellien yang merasa kepalanya berdenyut hebat.
"T..tidak, jangan sampai Zhen mencampakkan. Aku tak bisa kehilangannya," Batin Cellien menggeleng.
Ia mulai menunjukan wajah iba dan tatapan berair yang sangat menyedihkan.
"Z..Zhen! Aku minta maaf. Aku..aku tak bisa menolaknya. Kau tahu aku bagaimana, bukan? Pria itu memaksaku untuk melakukannya. Aku.."
Lagi-lagi pukulan balok kayu itu menghantam untuk kedua kalinya. Cellien di berteriak tapi kedua pria bertubuh kekar itu memukulinya tanpa ampun.
"Z..Zhen!! Zhen maafkan aku. Maafkan aku!!"
Zhen membatu. Asisten Jio yang ada di sampingnya hanya diam merasa jijik dengan Cellien.
Tuan-ku tak pantas untuk wanita ular sepertimu. Bersyukurlah kau pernah di ratukan olehnya, batin asisten Jio puas melihat Cellien di pukuli.
"Zheen!!! Zheeen hentikaan!!" Jerit Cellien kala balok-balok kayu itu seperti mematahkan seluruh tulangnya.
Tak ada siapapun yang akan mendengar. Mereka sedang ada di gedung tua yang terbengkalai jauh dari keramaian kota. Zhen memang berniat untuk membunuh Cellien tapi mengingat wanita ini pernah melahirkan putrinya, Zhen mengurungkan niat itu.
"Buat dia merasakan sakit yang tak pernah terbayangkan."
"Baik, tuan!" Jawab dua anggotanya.
Zhen hanya memandang tanpa belas kasih. Tubuh Cellien di injak-injak di atas lantai gedung bahkan, darah yang mengalir di kepalanya sudah merembes kemana-mana.
Seakan belum puas dengan semua itu, Zhen menatap pinggir gedung yang termasuk tinggi. Di bawah sana ada semak belukar dan jika jatuh, besar kemungkinan patah atau mengalami luka serius.
"Zheen!!! Zheen maafkan aku!! Ampuni aku!!"
"Cukup!" Titah Zhen hingga dua bawahannya tak lagi menyiksa tubuh Cellien yang sudah remuk redam.
Darah di hidung dan mulutnya tampak menyedihkan masih terikat di kursi tergeletak di lantai.
"Z..Zhen! Aku..aku minta maaf, sayang! Aku..aku sangat mencintaimu."
Mendengar kata cinta itu, kedua tangan Zhen mengepal. Tatapannya mengigil marah bahkan sangat merasa muak.
"Kesalahan terbesarku adalah mencintai wanita sepertimu."
"T..tidak, aku..aku mohon beri aku kesempatan. Aku mohon!" Pintanya menangis palsu.
Zhen tak bisa lagi percaya. Ia sudah sangat kecewa bahkan sangat hancur akan apa yang Cellien lakukan. Cinta tulusnya ternyata hanya di anggap remeh oleh wanita ini.
"Seret dia!"
"T..tidak! Tidak, jangaan!!" Histeris Cellien kala tubuhnya yang masih terikat di kursi di seret kasar ke pinggir lantai gedung yang belum sepenuhnya selesai.
"Zheen!!! Zheen ampuni aku!! Ampuni aku!!"
"Dengarkan aku baik-baik," Tegas Zhen di tengah ambang ketakutan Cellien yang menggunung.
"Z..Zhen!"
"Mulai sekarang, kau bukan lagi ISTIRKU atau IBU dari PUTRIKU," Tekan Zhen membiarkan kedua bawahannya melempar Cellien ke bawah gedung.
Teriakan Cellien menggema keras memecah kerongkongannya tapi Zhen sudah membatu tak peduli.
"Tuan! Dapartemen kepolisian sudah selesai mengambil keterangan di rumah sakit. Apa.."
"Buat seakan-akan dia di siksa oleh teman ranjangnya!" Titah Zhen juga sudah meringkus pria bajingan itu.
Asisten Jio mengangguk. Ia segera membawa Zhen kembali ke lantai bawah untuk kembali ke rumah sakit.
"Awasi keluarganya! Mereka tak mungkin diam saat putri tunggal mereka mendekam di penjara."
"Bawahan kita selalu sedia, tuan! Hanya saja, belum ada tanda-tanda pergerakan dari keluarga Patrosh," Jelas asisten Jio yang selalu siaga dengan perintah tuannya.
Cellien memang bukan orang sembarangan. Dia bintang besar di dunia model sekaligus selebritis di negara ini. Keluarga Patrosh juga termasuk terpandang walau tak setara dengan keluarga Ming tapi mereka cukup bisa bermain licik.
.........
Tak ada rasa bersalah atau takut yang tergambar di wajah cantiknya. Walau sudah menghabisi nyawa seseorang, ia masih bisa berpesta di club terbesar di negara ini menikmati suguhan wine di tengah hentakan musik beradu nyaring.
"Tak ada panggilan?" Tanya salah satu bartender yang mengisi gelas kosong di meja wanita itu.
Mereka terlihat saling kenal tapi tak seakrab itu. Tatapan netra emerald kehijauannya sangat tenang.
"Ebner tak datang?" Tanyanya meneguk wine dengan elegan.
"Belum. Semalam dia mencarimu tapi kau tak datang," Jawab Yose pelayan disini.
Yose mencuri-curi pandang pada sosok sempurna ini. Hanya saja, Yose tak punya keberanian sebesar itu sama seperti para pria disini hanya bisa menatap dari jauh.
"Dia sangat cantik."
"Tubuhnya terlalu memabukkan. Tapi, lihat pandangannya. Sangat dingin."
Yah, dia adalah wanita bernama Moa Velvet Pricillia. Seorang wanita liar yang datang dan pergi sesuka hati. Moa di juluki Mawar Putih misterius karena belum ada pria yang berani mendekatinya lebih dulu karena sikap ambigu Moa yang tak mudah di taklukan.
"Itu Ebner!" Seru Yose ke arah pintu club.
Moa menoleh kilas tapi kembali asik dengan minumannya.
"Aku pergi dulu, bersenang-senanglah!" Lirih Yose kembali melayani tamu yang lain.
Moa membiarkan pria bertubuh kekar itu duduk di sampingnya. Tatapan iri para lelaki disini menyapa Ebner teman satu-satunya bagi Moa.
"Bagaimana? Lancar?"
"Menurutmu?" Tanya Moe menyeringai. Alhasil Ebner tersenyum kecut.
Moa memang sangat bisa di andalkan. Ebner tak heran lagi dengan pesona Mawar putih-nya ini.
"Aku sudah mengirim uang ke kartumu. Bersenang-senanglah."
"Masih belum cukup," Gumam Moa mengayun teratur gelas di tangannya.
Ebner terdiam. Tangannya mengusap area rahang yang di tumbuhi jambang halus dengan pertimbangan.
"Ini yang ke dua. Biayanya juga lumayan besar. Aku butuh lebih."
"Operasi keduanya gagal?" Tanya Ebner tersentak.
Moa mengangguk. Ada helaan nafas berat tapi ketangguhan itu tak bisa di patahkan dari wajahnya.
"Lalu, bagaimana? Apa dia baik-baik saja?"
"Untuk sekarang baik. Tapi, aku harus segera mengantarnya ke meja operasi," Ucap Moa menegguk tandas wine-nya.
Ebner menghela nafas. Ia menepuk-nepuk pundak Moa yang membiarkan itu.
"Kita akan menemukan jantung yang cocok. Aku akan mencari tambahan lain."
"Carikan aku beberapa klien lagi. Dalam beberapa minggu aku harus mendapatkan uangnya," Pinta Moa menurunkan tangan Ebner dari bahu mulusnya.
Ebner mengangguk. Moa dan Ebner adalah teman sekaligus rekan kerja. Keduanya menerima jasa pembunuh bayaran yang tak pernah gagal sama sekali.
Dalam melancarkan aksinya, Moa tak pernah bertemu dengan klien karena itu tugas Ebner. Moa hanya mau memperlihatkan diri pada target yang pasti akan lenyap detik itu juga.
Drett..
Ponsel Ebner berdering. Moa hanya melirik kecil tak tertarik dengan itu. Namun, raut wajah bahagia Ebner saat melihat ponsel membuatnya teralihkan.
"Klien?"
"Yah. Sedari pagi orang ini meneleponku tapi, sepertinya tugas kali ini sangat mahal," Ucap Ebner menepuk bahu Moa lalu menjawab panggilan itu tanpa beralih tempat.
Moa hanya diam merotasikan mata indah tajamnya pada para pengunjung Club yang menatapnya lapar tapi Moa acuh.
"Berapa bayarannya?" Tanya Ebner pada penelpon.
"1 milyar dolar!"
Moa dan Ebner langsung tersentak bukan main. Tawaran itu sangat menggiurkan bahkan membuat Moa tertarik.
"1 milyar? Ini sangat memabukkan," Jawab Ebner berhati-hati.
"Ini serius. Tugas kalian cukup sulit. Tapi, jika berhasil maka uang itu akan di bayar tiga kali lipat."
Moa menunggu tugasnya. Apapun akan ia lakukan asal bisa mendapatkan uang lebih banyak.
"Apa tugasnya?"
"Bunuh ZHEN XIVENG MING!"
Degg..
Ebner terkejut. Ia langsung mematikan sambungan dengan wajah pucat dan tampak gugup. Moa yang heran segera bertanya.
"Kenapa di matikan?"
"Dia bercanda. Target pembunuhan ini mustahil di habisi," Jawab Ebner serius.
"Kenapa? Selagi dia manusia pasti bisa," Tegas Moa percaya diri.
"Kau.."
"Aku butuh uang itu," Sela Moa serius bahkan Ebner tak bisa lagi memberi pertimbangan.
....
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sandisalbiah
jd ini alasan Moa masuk dlm kehidupan Zhen... utk mendekati target buruanya
2024-10-28
0
icha
keren
2024-03-24
0
Dina Marliana
Belum liat aja pesona ZHEN XIVENG MING 😂🤣🤣🤭
2024-03-06
0