Kabar nyonya Ming mengalami kecelakaan benar-benar menekan Zhen yang mengurung diri di kamar. Ia tak memperbolehkan siapapun menganggunya termasuk asisten Jio yang paham betul sifat Zhen.
Pria itu tak akan gegabah tapi dia akan menyalahkan diri sendiri karena tak bisa melindungi ibunya di luar sana.
"Jangan ada siapapun yang menganggu, tuan! Kalian bisa keluar!" Suara asisten Jio dari depan mengarahkan para pengawal agar tak membuat ulah.
Asisten Jio masih menggendong baby Zoe. Ntah lupa atau mengira Moa sudah keluar, ia melupakan wanita pembuat masalah itu.
"Pria ini punya banyak musuh. Bisa hidup di usia sekarang, dia tergolong predator unggul," Batin Moa masih berdiri di depan kamar Zhen.
Drett..
Ponsel Moa berbunyi. Dengan cepat ia menjawab panggilan itu dan agak menjauh dari depan kamar.
"Kenapa?" Tanya Moa melirik ke beberapa cctv di atas yang sudah di matikan.
"Kau baik-baik saja, bukan?"
"Hm, yah! Ada apa?" Moa seperti terburu-buru dengan suara pelan.
"Aku sudah menyelidiki secara intens latar belakang keluarga Ming. Silsilah mereka di tutup secara ketat hingga tersisa rumor masyarakat di daerah sana."
"Jadi? Gumam Moa tapi kewaspadaannya tinggi.
"Tapi, kita tak bisa mereka kecoh. Keluarga Ming sekarang dalam fase perebutan perusahaan Group Ming. Tuan Hupent ayahnya Zhen dan satu lagi adik perempuannya. Pria itulah yang akan mengirim pembunuh bayaran untuk melenyapkan target kita."
"Tidak bisa. Dia adalah targetku," Bantah Moa tak mau Zhen mati di tangan orang lain.
"Moa! Sekarang bukan waktunya kita berdebat. Masalah keluarga Ming tak sesederhana itu, kau tak bisa ikut campur lebih dalam. Biarkan mereka membunuh Zhen dan kita bisa nikmati hasilnya," Suara Ebner terkesan mencemaskan Moa disini.
"Biarkan aku membunuhnya. Setelah itu baru pergi!"
"Kau.."
"Katakan! Berapa pembunuh bayaran yang akan dia kirim?" Tanya Moa tak gentar dengan semua itu.
"Kau mau apa?" Selidik Ebner tahu arah otak Moa bagaimana.
"Aku akan menghabisi mereka. Berani sekali mengambil targetku," Geram Moa tak suka itu.
"Moa!! Kali ini turuti aku. Mereka sangat licik dan kotor. Kita tak bisa ikut campur lebih lama!!"
"Jika aku tak bisa melenyapkannya, jangan sebut namaku MOA lagi," Tekannya lalu mematikan sambungan sepihak.
Selang beberapa detik kemudian, masuklah pesan beruntun dari Ebner yang mengatakan JANGAN IKUT CAMPUR TERLALU DALAM. JALANI RENCANA AWAL.
"Cih, mengganggu saja."
Moa menyimpan kembali ponselnya di saku sebelah kiri. Saat Moa berbalik, ia di kejutkan dengan Zhen yang sudah ada di depan pintu kamar sudah terbuka.
"Apa dia mendengar pembicaraanku tadi?!" Batin Moa waspada.
Ia mencoba menebak arti tatapan datar Zhen tapi pria ini seperti tak membiarkannya tahu lebih lanjut.
"Tuan! Saya datang untuk minta maaf."
Zhen tak menjawab. Lirikan matanya tertuju ke saku sebelah kiri Moa lalu ke arah cctv yang hidup kembali.
Moa sadar itu, tapi ia tak menyangka Zhen seteliti ini.
"Semoga selain cacat dia juga tuli," Batin Moa agak cemas jika Zhen mendengar obrolan tadi.
"Kau masih ingin bekerja?"
"Masih!" Sambar Moa berbinar kala Zhen tampak tenang.
"Pelajari semua urusan dapur dan merawat bayi!"
"Saya tak di pecat?" Tanya Moa dan Zhen hanya diam.
Ia kembali masuk ke dalam kamarnya mengacuhkan Moa yang seketika merubah wajah jadi datar. Tak ada binaran senang atau gembira yang berlebihan seperti yang ia tunjukan tadi.
"Bertanya seribu kali-pun kau tak akan menjawab," Gumam Moa menatap malas pintu kamar yang tertutup.
Karena Zhen sudah tak mengancam keberadaanya lagi, Moa ingin melancarkan rencana kedua.
"Aku masih punya banyak cara untuk membunuhmu."
Moa segera pergi ke kamarnya. Cctv menyala jadi Moa berjalan seperti wanita idiot dan ceria dengan kaki lincah disertai ayunan tangan berlebihan.
Ia tak sadar, dari balik kamera cctv Zhen sudah menangkap semua pergerakannya sedari semalam.
"Tuan!" Suara asisten Jio mengetuk pintu lalu masuk tak membawa baby Zoe.
Ia melihat Zhen masih duduk di kursi roda tapi ada Tab yang menyala di tangannya.
"Tuan! Apa kau butuh sesuatu?" Tanya asisten Jio karena tadi Zhen menghubunginya.
"Selidiki asal wanita ini. Dia bukanlah suster dari perusahaan penyedia jasa asuh!"
"Maksud tuan, wanita bernama Moa itu?"
"Hm, dia sudah beberapa kali ingin membunuhku," Gumam Zhen sadar betul niat Moa.
Tak mungkin panci air panas itu tak sengaja di senggol Moa yang Zhen lihat berdiri spontan. Jika itu di alami oleh orang lain mungkin mereka tak sadar niat Moa apa karena wanita itu melakukan dengan sangat halus tanpa cacat seakan kecelakaan.
Tapi, bagi Zhen ada cela untuk membaca gerakannya.
"Apa mungkin wanita ini musuh yang di kirim pria itu? Tuan!"
"Tidak. Dia tak terlihat di persiapkan," Gumam Zhen tak melepas pandangan dari layar Tab yang memperlihatkan Moa tengah bersantai di kamarnya.
Zhen tahu Moa pembunuh profesional tapi, jika di lihat dari beberapa poin wanita itu masih belum mempersiapkan diri dengan matang.
Dari segi rencana pembunuhan sangat rinci tapi dalam membenahi karakter peran yang ia mainkan, Moa masih belum menguasai babysitter yang sebenarnya.
"Jika dia di kirim pria itu maka, sedari awal wanita ini sudah di skenario dengan matang. Tapi tidak, dia menerima tugas secara spontan tak sempat menguasai peran dengan baik."
"Jadi, apa rencana tuan selanjutnya?"
Zhen tak langsung menjawab. Ia sadar jika potensi membunuh dalam diri Moa sangat tinggi dan wanita ini sulit di kendalikan jika dalam karakter aslinya.
"Biarkan dia berperan seperti ini karena jika dia menunjukan karakter aslinya, akan sulit mengendalikan."
"Apa dia sangat berbahaya?" Tanya asisten Jio merasa Zhen memelihara mesin pembunuh di kandang sendiri.
"Sangat. Hanya saja, belut betina ini agak licin jika lepas di lumpur." Zhen menyeringai dengan sangat mematikan.
Asisten Jio merinding. Ia mengusap tengkuk yang terasa dingin karena kali ini musuh mereka berkeliaran tapi tak bisa di sentuh sembarangan.
"Tuan! Apalagi rencanamu kali ini?! Wanita itu sepertinya tak mudah di akali," Batin asisten Jio kebingungan.
"Kau cukup awasi dia dan jangan di lepas begitu saja saat bersama putriku!"
"Saya mengerti, tuan!"
"Dan satu lagi!" Zhen melihat Moa masuk ke kamar mandi.
Wanita sekelas Moa itu tak bisa di lepas dalam sekejap.
"Pasang cctv di kamar mandinya!"
"A..apa?" Syok asisten Jio tapi segera menunduk saat Zhen meliriknya tajam.
"M..maaf, tuan!"
"Singkirkan otak kotormu! Dia bukan tipe-ku," Ketus Zhen seperti tak berminat pada Moa.
Asisten Jio hanya mengangguk. Walau Moa itu nyaris sempurna tapi jika dia hanya ingin melenyapkan nyawa seseorang maka siapapun tak akan mau padanya.
"Dia datang dengan tanpa-ku pinta, jangan harap bisa pergi tanpa izinku."
....
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Murniyati
berburu mangsa yg samaa
2024-11-09
0
Sandisalbiah
kalau begini siapa target dan siapa pemburunya..?
2024-10-28
0
Dina Marliana
Oalahhhh😆😆😅🤭
2024-03-06
0