Semilir angin perlahan menerpa, lembut membelai melambai helai rambutku seirama dedaunan yang ikut bergoyang tertiup angin. Berkas - berkas sinar mentari menerobos masuk disela rimbunnya dahan dan dedaunan pohon yang berjajar ditepian jalan. Kelopak bunga berwarna kuning yang berguguran terbawa arus sungai, cantik menambah sendu suasana senja yang membuat langit berwarna oranye. Sejenak aku terbuai suasana indah yang kurasakan, sebelum akhirnya kusadari, di manakah sekarang aku berada?
Tempat ini, suasana ini, mengingatnya membuat dadaku terasa sakit entah dibagian mana. Sedikit menyesakkan saat kurasa ingatanku pernah merekam nuansa ini disuatu hari dan disuatu tempat. Kini aku tak bisa mengingatnya dengan jelas, namun aku yakin sangat familiar dengan semua ini.
Di ujung mata memandang, berdiri seorang gadis memakai yukata berwarna merah jambu. Motif bunga merah yang tersusun rapi membuat kesan lembut, cantik, dan elegan pada yukata yang ia kenakan. Ia tampak berdiri sendirian di tepi sungai, seolah sedang menunggu seseorang untuk ditemui. Sosok gadis itu juga tampak familiar di ingatanku, siapakah gadis itu sebenarnya?
Aku berjalan perlahan menyusur seiring sungai mengalir. Gemercik air membasahi hijaunya rerumputan yang tumbuh liar di tepian sungai. Tanpa terasa langkah ini membawaku kearah gadis dengan yukata merah jambu. Langkah ini tak lagi terbendung yang akhirnya tiba - tiba telah membawaku ke depan gadis itu.
Rambut hitam sebahu dengan jepit rambut berwarna putih, menjepit sedikit rambutnya ke sisi wajahnya tepat diatas telinga kanannya. Dari jarak sedekat ini, baru aku dapat melihat dengan jelas wajahnya. Pantas saja aku memiliki perasaan begitu mengenal sosok gadis ini sebelumnya, sebab ternyata memang benar aku mengenal gadis ini. Ya, dia adalah Nagi, cinta pertamaku yang telah lama tak pernah lagi ku jumpai.
Nagi masih terdiam mematung memandangi sungai. Sudah lama sekali aku tak lagi pernah bertemu dengannya. Dalam diam ini, ingin sekali ku menyapanya dan bercerita banyak hal. Sesaat sebelum kuputuskan untuk menyapanya, kemudian Nagi menoleh kearahku sambil tersenyum begitu manisnya, yang kemudian ia mengucapkan sebuah kalimat kepadaku.
"JANGAN LUPA, SUATU HARI NANTI KAU HARUS MENCARIKU YA SANJU. AKU AKAN SELALU MENUNGGUMU." ucap Nagi dengan begitu lembut.
Mendengar lagi suaranya, membuatku sadar bahwa ini bukan kenyataan. Mendengar lagi lembut suaranya, kembali ku teringat memory yang telah lama kubuang.
Pertama kali aku bertemu Nagi adalah saat di sekolah. Nagi adalah salah satu dari 8 orang teman yang juga ikut dibawa oleh kerajaan setelah kejadian runtuhnya gedung sekolahku, yang kurang lebih sudah 20 tahun berlalu. Lalu kemudian sejak diumumkan bahwa Nagi tidak memiliki Skill Dewa, ia berhak menjalani kehidupan normalnya sebagai warga sipil biasa, semantara aku akhirnya masuk penampungan bersama calon prajurit berkemampuan khusus Kerajaan Aster lainnya. Sejak saat itu kami tak pernah sekalipun lagi bertemu, bahkan di mimpi sekalipun. Dan tiba - tiba saja sekarang aku seperti bertemu lagi dengannya dalam wujudnya seperti 20 tahun lalu.
(TIDAK, APAKAH INI NYATA? APAKAH AKU SEDANG BERMIMPI?) ucapku dalam hati.
Lalu pemandangan yang ku lihat mendadak saja berubah. Pemandangan sungai dan jalanan senja yang kulihat seketika berubah. Muncul sebuah lubang gelap tepat dibelakang Nagi yang perlahan menghisap semuanya kedalam. Nagi yang berdiri tepat di depanku pun ikut terhisap kedalamnya sambil menjulurkan tangannya seolah ingin ku gapai. Namun saat ku julurkan tangan untuk meraihnya, lubang hitam tersebut seolah makin kencang menghisap segalanya.
"NAGI, RAIH TANGANKU, CEPAT RAIH TANGANKU NAGI!" teriakku mencoba menggapai dan menyelamatkan Nagi dari lubang hitam yang makin menghisap habis segalanya.
Namun tubuhku seolah tak dapat bergerak membatu tak berdaya, dan Nagi pun tak mampu meraihku. Segalanya mulai habis tertelan ke dalam lubang hitam, lalu aku pun sontak terbangun dengan berteriak.
"NAAAAAGIIIIIIIIIIII.... "
Kemudian yang terjadi aku terbangun dan tersadar sedang berada dalam sebuah kamar. Dengan nafas yang masih terengah - engah ku coba melihat sekitarku, memastikan lagi yabg kulihat dan kurasakan. Sementara kulihat Kiba di ranjang di sudut ruangan berseberangan denganku sedang tertidur lelap.
HOSH HOSH HOSH...
Nafasku masih terengah - engah usai kejadian yang baru saja ku alami. Ku tepuk - tepuk wajahku memastikan ini mimpi atau kenyataan.
"MIMPI, HOSH......HOSHH...., YA ITU SEMUA TADI HANYA MIMPI" kataku di antara nafas yang masih terengah - engah.
Aku ingat, seusai bertemu dan berbicara dengan Oda Kishimoto sebelumnya, Takeshi kemudian mengantar aku dan Kiba ke ruangan ini untuk beristirahat dan memulihkan kembali tenaga kami. Lalu yang ku ingat akhirnya kami berdua memutuskan untuk tidur, sampai akhirnya mimpi buruk itu datang kepadaku. Untung saja teriakanku tadi tak membangunkan Kiba yang tampak begitu lelap dalam tidurnya, mungkin ia begitu lelahnya setalah yang terjadi pada kami sebelumnya. Biarlah Kiba tetap tidur dan memulihkan kembali tenaganya.
Nagi, sosok yang telah lama tak pernah ku jumpai, sosok gadis tercantik yang pernah kutemui dalam hidupku, dan satu - satunya gadis yang pernah singgah dalam hati ini sejak dahulu dan tak pernah beranjak dari tempatnya, mengapa malam ini aku memimpikannya dengan cara seperti itu?
Adakah ini hanya bunga tidur biasa? Ataukah ini suatu pertanda? Aku tak terlalu mengingat mimpiku sebelumnya. Aku ingat Nagi mengucapkan sesuatu padaku, tapi aku tak bisa mengingatnya.
"OOIII... SANJU, ADA APA? KAU BAIK - BAIK SAJA?" ujar Kiba yang terjaga dan melihatku dangan tatapan bingung.
"KAU TAMPAK PUCAT DAN NAFASMU TERENGAH - ENGAH, APA KAU BARU SAJA MELIHAT HANTU? ATAU ORANG ANEH BERNAMA ODA ITU MENGGANGGUMU LAGI?" lanjutnya.
Aku yang pun terjaga dari lamunanku. Nampaknya Kiba terbangun akibat kegaduhan yang kutimbulkan. Wajahnya tampak bercampur antara bingung dan mengantuk. Wajar saja bila ia masih mengantuk, mengingat saat ini masih tengah malam dan kurasa ia pun baru saja jatuh tertidur. Agar tak membuatnya khawatir, maka kemudian aku jawab pertanyaannya.
"OH, MAAF KIBA, TAMPAKNYA KAU TERBANGUN KARENA SUARA TERIAKANKU. AKU HANYA BERMIMPI BURUK DAN TERBANGUN AKIBATNYA, SEKALI LAGI MAAFKAN AKU YA KIBA" kataku mencoba menjelaskan yang sedang terjadi.
"OH, SYUKURLAH, KU PIKIR ODA SINTING ITU MENGGANGGU KITA LAGI," kata Kiba.
"KALAU ORANG ANEH ITU MENGGANGGU KITA LAGI, BANGUNKAN SAJA AKU SANJU." lanjutnya ketus.
Mendengar yang baru saja dikatakannya, nampaknya Kiba masih cukup tidak nyaman atas yang dilakukan oleh Oda pada kami siang kemarin. Namun kurasa hal itu wajar saja terjadi mengingat apa yang kami alami sebelumnya. Agar tak semakin membuatnya khawatir, maka aku tenangkan Kiba dan memintanya untuk kembali tidur.
"AH, TIDAK. AKU HANYA BERMIMPI BURUK SAJA KIBA. DAN JUGA TAMPAKNYA KITA TAK PERLU LAGI KHAWATIR ATAS ODA. YANG TERJADI PADA KITA KEMARIN KURASA HANYA KESALAH PAHAMAN SAJA DAN SEMUA ORANG PUN BISA MELAKUKANNYA." ujarku.
"SUDAH, AYO KITA KEMBALI TIDUR DAN MEMULIHKAN TENAGA KITA UNTUK BESOK KIBA." lanjutku kembali.
Mendengar kataku, Kiba pun tampak lebih tenang. Kemudian ia pun tampak kembali ke posisi tidurnya semula sembari membetukan kembali posisi bantalnya sambil berkata.
"KAU SELALU NAIF SEPERTI BIASANYA, SANJU." kata Kiba yang kemudian memejamkan matanya.
Melihat Kiba yang melanjutkan tidurnya, aku pun melakukan hal yang sama. Melanjutkan tidurku rasanya cukup penting, mengingat esok Oda meminta untuk bertemu kami kembali. Oda berkata bahwa ia akan menjelaskan sesuatu yang penting mengenasi kasus yang sedang kami selidiki. Dan kemudian aku pun melanjutkan tidurku yang diganggu mimpi buruk sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Nurqaireen Zayani
Ceritanya menginspirasi dan memotivasi, thank you author 🙏
2023-09-12
1