Sistem Isekai : Masuk Ke Anime Isekai
Di bangunan yang dijadikan sekolah menengah atas dengan bentuk bangunannya cukup kuna dan bertingkat tiga terdapat seorang pemuda yang cukup tampan namun memiliki hobi berdandan cukup culun untuk anak seukurannya.
Pemuda tersebut saat ini baru saja menyelesaikan jam pelajaran di sekolahnya dan sedang menuju ke halte yang di mana angkotan biasanya mangkal di sana untuk menunggu kepulangan siswa-siswi sekolah maupun universitas. Maklum saja ada angkutan umum yang mereka sebut sebagai bemo karena mereka menempati di kota-kota kecil di negara Indonesia yang di mana bemo masih beraktivitas dan sering kali di temui berbeda jika di kota-kota besar.
Setelah mendengar bel berbunyi yang menandakan jam pelajaran sudah berakhir membuat sontak seluruh siswa dan siswi di SMA tersebut segera membereskan semua perlengkapan buku-buku maupun peralatan tulisnya lalu segera dimasukkan ke dalam tas sekolah mereka setelah selesai berberes-beres, ketua kelas mereka akan memberi perintah untuk memberi salam kepada guru terakhir yang berada di kelas dengan sopan.
Ketua kelas saat ini sudah berdiri dan bersiap memberikan perintah kepada teman-teman sekelasnya untuk memberikan salam sebelum mereka semua keluar dari kelas mereka.
“Berdiri! Memberi salam!” ucap sang ketua dengan suara yang lantang dan tegas membuat teman-teman sekelasnya dengan kompak langsung berdiri dan tegak memberi salam kepada guru terakhir yang mengajarkan mata pelajaran di jam terakhir di kelas mereka.
“Selamat siang, Bu dan sampai jumpa. Terima kasih sudah mengajarkan kami,” ucap teman-teman sekelas termasuk ketua kelas beserta pemuda tersebut dengan serentak disertai dengan lantang dan tegas namun sopan.
“Sampai jumpa, anak-anak. Kalian bisa segera pulang ke rumah kalian masing-masing dan hati-hati di jalan,” ucap sang guru yang membalas salam dari murid-muridnya dan langsung saja dirinya keluar dari kelas tersebut yang menandakan jika murid-murid di kelas tersebut sudah boleh keluar dari kelas mereka.
Murid-murid dari kelas yang gurunya sudah keluar duluan langsung saja beramai-ramai meninggalkan kelas mereka hingga kelas tersebut menjadi kosong sementara kooridor menjadi penuh karena banyaknya murid-murid berbagai dari angkatan X-XII beramai-ramai segera keluar dari gedung sekolah mereka dan ingin segera sampai di rumah mereka. Namun juga terlihat mereka jika ada yang melanjutkan aktivitas mereka setelah sepulang sekolah, entah mengikuti ekstrakurikuler, atau kegiatan yang diadakan oleh pihak sekolah.
Mereka ada yang menunggu di lobby sekolah ada yang juga menunggu di gerbang sekolah dan ada yang juga nunggu di kedai-kedai depan sekolah mereka. Mereka menunggu jemputan mereka baik ada yang dijemput secara pribadi atau menggunakan antar jemput selayaknya di kota-kota besar.
Pemuda ini juga ikut menunggu namun sebelumnya dia berjalan menuju halte tempat pemberhentian angkutan umum yang searah menuju daerah rumahnya. Dia berjalan dari sekolah menuju ke halte tersebut dan tiba-tiba saja pundaknya merasa ada yang menepuk pelan namun pasti.
“Ton, tunggu aku dong. Kau ini kalau jalan kaki cepat juga jadi susah buat dikejar,” keluh teman pemuda yang memanggil pemuda tersebut dengan panggilan ‘Ton’. Mendengar suara yang amat dikenalnya lantas membuat dirinya menoleh dan benar saja teman sebangku dan tetangganya sudah ngos-ngosan karena mengejar dirinya.
“Loh, kamu mengapa tuh? Muka mu seperti habis lari dikejar sesuatu, Di,” ucap pemuda yang dipanggil ‘Ton’ oleh temannya yang dipanggil ‘Di’ oleh dirinya. Mendengar perkataannya membuat teman sebayanya sekaligus teman tetangganya mengumpat kesal kepadanya.
“Sialan kau, Anton. Kau mau menghinaku ya,” ucap temannya yang tidak terima dengan pertanyaan tidak masuk akal dari Anton, teman sekaligus sahabat tengiknya. Mendengar umpatan sedikit kasar dari temannya membuat Anton dengan santai berkata kembali kepada temannya yang sama-sama berjalan menuju halte tersebut.
”Kau ini aneh sekali ya, Dino. Aku tuh nanya baik-baik bisa-bisanya kau bilang aku menghinamu. Seriusan deh,” ucap Anton santai membuat Dino kesal kepadanya.
”Ya, kau harusnya sudah tahu mukaku merah karena apa dan aku tidak aneh ya,” sengit Dino yang benar-benar kali ini dibuat kesal oleh sahabat tengiknya itu yang merasa tidak bersalah atas pertanyaan yang sudah Anton lontarkan kepadanya.
”Ya kali kau merah karena melihat ketampananku, Din,” ucapnya dengan perkataan ngawur kepada Dino membuat Dino makin kesal dengannya.
”Gila ya kau, Ton, aku masih normal bukan gay macam kamu,” ucapnya dengan nada amarah namun masih kesal yang membuatnya dongkol dan berjalan lebih cepat dari Anton dengan suara omelan yang didengarnya membuat Anton tersenyum mendengar ocehan tidak masuk akal sahabatnya.
”Nanti malam aku haru maraton manga atau anime ya?” batin Anton yang masih berjalan dengan kecepatan santai membelakangi Dino yang sudah sedikit jauh dari langkahnya karena ingin segera sampai di halte tempat angkutan umum yang sudah menunggu mereka.
Sesampai mereka berdua di halte yang biasa mereka menunggu angkutan umum berhenti dan mengangkut keduanya untuk menuju rumah mereka yang cukup jauh dari sekolah mereka. Mereka duduk menunggu kedatangan angkutan yang biasanya sedikit lebih cepat dari kedatangan mereka sehingga membuat mereka tidak perlu menunggu terlalu lama untuk bisa pulang menuju rumah mereka.
”Duduk dahulu yuk, Ton,” ajak Dino yang sudah duduk menunggu kedatangan Anton karena dia tinggal dahulu akibat masih dongkol karena ejekan dari Anton sementara Anton langsung saja tanpa berbicara menghampiri Dino dan duduk di sebelah Dino dan menunggu kedatangan angkutan umum.
”Sudah gak marah nih?” goda Anton kepada Dino yang membuatnya Dino hanya bisa mencibir kepadanya. Setelah acara mencibir-cibiran dari Dino kepada Anton, keduanya sempat hening tidak bersuara hingga hampir lima menit mereka menunggu kedatangan angkutan umum yang belum muncul, tiba-tiba saja Dino berbicara.
”Ton, tumben lama ya, biasanya kalau kita menunggu kita tunggu hanya dua menit. Ini sudah lima menit,” ucap Dino yang merasa ada yang tidak beres.
Sementara Anton yang mengetahui jika Dino akan mengatakan hal yang tidak masuk akal segera memberikan pikiran positif kepada sang sahabat.
”Santai saja kali, Din mungkin kehabisan bensin sehingga mampir dahulu ke SPBU buat beli bensin. Jadi kita nunggu sambil baca-baca buku paket Bio,” ajak Anton untuk membaca buku paket Bio mereka karena besok mereka akan mengikuti ulangan Bio dan materi Bio kali ini yang menjadi bahan ujian menurutnya cukup susah dari bab-bab sebelumnya.
”Wah, idemu bagus juga, Ton daripada kita duduk nganggur mending kita hafalin saja nama-nama virus dan bakteri yang hidup di sekitar lingkungan kita. Karena nama-namanya pakai bahasa latin jadi cukup susah untuk dihafal,” ucap Dino yang menyetujui ajakan Anton dan langsung saja membuka tas sekolahnya setelah itu langsung mencari buku paket Bio sesudah menemukannya langsung dia ambil dan menutup kembali tasnya untuk mencegah pencopetan atau pencurian yang saat itu lagi marak-maraknya kedua kasus yang sempat ditakuti oleh kedua orang tuanya.
Beri dukungan kalian ya. Terima kasih banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
🇮🇩 LianaLyrashiaa_1805
semangat ya kak, bagus ceritamu 🔥
2024-07-22
2
Noname
Anton nama bapak temen aing Cok 🗿
2024-04-18
1
ArgaNov
Serangan kata cukup ini Kak🤭
2024-03-15
1