SI : MKAI - 02

”Wah, idemu bagus juga, Ton daripada kita duduk nganggur mending kita hafalin saja nama-nama virus dan bakteri yang hidup di sekitar lingkungan kita. Karena nama-namanya pakai bahasa latin jadi cukup susah untuk dihafal,” ucap Dino yang menyetujui ajakan Anton dan langsung saja membuka tas sekolahnya setelah itu langsung mencari buku paket Bio sesudah menemukannya langsung dia ambil dan menutup kembali tasnya untuk mencegah pencopetan atau pencurian yang saat itu lagi marak-maraknya kedua kasus yang sempat ditakuti oleh kedua orang tuanya.

Mereka berdua segera membuka buku paket mereka untuk dipelajari agar nanti malam mereka tidak terlalu lelah menghafal nama-nama bakteri maupun virus yang akan dibuat bahan ujian besok.

”Don, menurutmu menghafalkan bakteri dan virus susah gak ya?” tanya Anton kepada sang sahabat di tengah kesibukan mereka yang menghafalkan buku paket biologi mereka.

”Hah? Kau tidak kesambar petir kan? Pertanyaan macam apa itu? tanya Dino yang terkejut ketika Anton bertanya yang menurutnya omong kosong.

“Aku gak lagi kesambar petir tahu, dan itu hanya bercandaanku saja, hehe…” canda Anton kepada Dino yang membuat Dino menatapnya dengan sebal kepadanya.

“Tidak lucu tahu candaanmu tahu, Anton, ” ucap Dion sambil menatap kembali ke buku paketnya.

“Hehe… kau terlihat serius sekali sepertinya, Din, makanya kamu au menjahilimu,” ucap Anton yang masih menatap sang sahabat yang kembali fokus ke buku paket Bio-nya.

Hampir menunggu beberapa menit namun angkutan umum yang mereka tunggu tidak kunjung datang membuat Anton dan Dion kembali resah namun mereka masih berfokus untuk menghafal bahan materi ulangan untuk besok.

Hingga tiga puluh menit berlalu namun angkutan umum belum kunjung tiba membuat Anton dan Dion bertanya-tanya mengenai gerangan penyebab tidak datangnya angkutan umum yang mereka naiki.

“Serius ini, Dan, masa tiga puluh menit berlalu belum datang juga,” ucap Anton yang sudah sedikit resah karena dirinya kehabisan kuota dan baterai sehingga tidak bisa menghubungi kedua orang tuanya yang sibuk bekerja mencari nafkah untuk kebutuhan mereka berempat.

Tidak hanya Anton yang panik ketika angkutan umumnya belum tba, Dino juga mengalami hal yang lebih parah ketimbang Anton. Dion tidak bisa diam untuk mengusir rasa kegelisahannya.

“Bagaimana nih, Ton? Masa kita gak bisa pulang-pulang kalau kayak begini,” ucap Dino yang benar-benar gelisah dan panik mengalahkan kegelisahan dan kepanikan Anton.

“Ya, gak tahu aku juga, Din, semoga saja angkutannya tiba,” harap Anton dan mengatakannya kepada Dino. 

Hingga ketika di menit ke empat puluh lima muncullah angkutan umum mendekati mereka membuat Anton dan Dino bisa bernafas dengan lega karena kekhawatiran mereka langsung saja seketika menghilang.

“Liat, Din, itu angkutannya akhirnya sudah tiba, Puji Tuhan, akhirnya bisa pulang,” ucap Anton yang beragama Kristen Protestan ketika dirinya melihat sebuah angkutan umum yang mendekati mereka.

“Puji Tuhan, akhirnya muncul juga tuh angkutannya,” timpal Dino yang beragama Kristen Katolik.

Angkutan umum makin lama makin mendekati mereka namun pada saat angkutan umum sudah di depan mata betapa terkejutnya Anton dan Dino jika angkutan umumnya tampak berbeda seperti yang biasa mereka naik.

“Loh, Din, perasaan bentuk angkutannya gak kayak begini kan?” tanya Anton memastikan bentuk angkutan umum yang mereka biasa naiki kepada Dino. Begitu juga Dino yang menanyakan hal yang serupa kepada Anton guna untuk memastikan penglihatannya.

“Ton, perasaan gak kayak angkutan yang biasa kita naiki kan?” 

Disaat perasaan mereka campur aduk antara menaiki atau membiarkan angkutan umum tersebut melewati mereka dan mereka akan menunggu angkutan umum berikutnya muncul ke hadapan mereka.

“Din, bagaimana ini? Apa perlu kita naik saja ya? Siapa tahu ini angkutan terakhir,” ucap Anton yang masih galau untuk menaiki atau tidak sehingga dirinya bertanya kepada sahabatnya.

“Menurutmu, Ton?” tanya Dino balik kepada Anton karena dirinya tidak ingin celaka sendirian.

“Sudahlah kita naik saja deh, sudah mau malam soalnya,” ajak Anton kepada Dino namun sebelum mereka naik, sopir angkutan segera bertanya karena menurutnya kedua bocah SMA sangat lama untuk naik ke angkutannya.

“Dik, kalian berdua jadi naik kan?” tanya sang sopir untuk memastikan membuat Anton dan Dino serentak menjawab sopir tersebut karena tidak ingin menunggu lebih lama lagi.

“Iya, Pak, kita jadi naik kok, No, naik saja,” jawab Anton dan diangguk oleh Dino. Keduanya lantas masuk ke dalam angkutan dan dengan segera sopir langsung menjalankan angkutannya.

“Dik, kalian berdua mau ke daerah mana?” tanya sang sopir yang mengendarai angkutan umumnya yang terlihat sepi hanya ada Dino dan Anton saja sebagai penumpangnya. 

“Ke daerah K, ya Pak,” ucap Dino kepada sang sopir membuat sopir tersebut mengangguk kepalanya. 

Angkutan umum berjalan selayaknya angkutan tidak mengebut maupun tidak pelan juga. Namun Dino dan Anton seakan terhipnotis dan langsung saja tertidur di angkutan umum yang menurut mereka berdua sangat berbeda dan sedikit aneh setelah sang sopir memutarkan lagu dengan bahasa yang sepertinya bukan bahasa manusia.

”Dik, dik…, sudah sampai nih. Mau diturunkan di mana?” ucap sopir secara tiba-tiba membuat seketika Anton dan Dino membuka matanya selayak orang baru saja tertidur selama perjalanan. “Eh kok cepat sekali, Pak, sampai-sampai tidak terasa,” komentar Anton yang memang merasa perjalanan menuju rumahnya tidak terasa.

“Kalian terlihat kecapean, dik, ya udah kalian berdua mau diturunkan di mana?” tanya sang sopir kembali kepada Dino dan Anton yang terlihat linglung namun kesadaran mereka kembali sebentar akibat terkejut jika mereka beneran sudah tiba di sekitar daerah rumah mereka.

“Pak, turunkan kita berdua di pasar depan itu saja, Pak, nanti sisanya kita jalankan kaki saja karena sudah dekat,” ucap Dino yang hendak membawa tas sekolahnya dan bersiap untuk turun. 

“Iya, Pak turunkan di sana saja,” jawab Anton yang sepertinya tidak mau kalah dengan Dino. Sama seperti Dino, dirinya juga memanggul tas sekolahnya dan bersiap untuk turun dari angkutan umum.

“Baiklah kalau begitu Bapak akan berhentikan kalian berdua di pasar depan saja sesuai permintaan kalian,” ucap sang sopir dengan segera diangguk oleh mereka berdua dan dilihat oleh sopir melalui kaca spion atas. 

Sopir angkutan menjalankan mobilnya dengan perlahan dan berhenti tepat di depan pasar yang diminta oleh Dino dan Anton. Dengan segera Dino berdiri duluan membuat Dino berjalan di depan.

“Ini ya Pak, uang angkutannya, ” ucap Dino menyerahkan selembar uang seribuan dan dua ribuan kepada sang sopir setelah turun dan memberikan di bagian depan penumpang yang duduk di depan.

“Terima kasih ya, Dik,” jawab sang sopir sambil mengambil uang pemberian Dino.

Sementara ketika Anton hendak turun, penglihatannya menangkap sebuah benda.

“Eh… sepertinya ada yang ketinggalan,” gumamnya dan segera memeriksa apakah penglihatannya benar-benar nyata atau bukan. Dan memang saja Anton berhasil menemukan sebuah telepon genggam yang tampak modelnya terlihat ketinggalan zaman dengan segera saja Anton bertanya kepada sang sopir angkutan.

”Pak, ini apakah punya penumpang Bapak sebelum kita berdua?” tanya Anton setelah turun dari angkutan dan menuju depan sambil menunjukkan telepon tersebut kepada sang sopir.

Beri dukungan kalian ya. Terima kasih banyak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!