Teriakan Histeris

Di bawah pohon mangga yang rindang, Widuri menunggu suaminya yang sedang membersihkan diri di sungai yang tidak jauh dari kebun cengkeh miliknya. Dia baru saja mendengar nyanyian tembang jawa yang menyebut nama dirinya. Tanpa pikir panjang, Widuri segera membaca ayat kursi dan doa-doa. Lambat laun, bunyi tersebut menyurut dan nyaris tidak terdengar lagi.

Widuri menangkap makna nyanyian tersebut. Bahwa jika dirinya ingin selamat harus selalu berdoa kepada Tuhan.

'Mungkin yang menembangkan tembang jawa tersebut adalah hantu baik. Sudahlah, yang terpenting suara aneh tersebut sudah menghilang. Hati ini lebih terasa tenang sekarang,' batin Widuri yang menerka-nerka siapa yang menembangkan tembang jawa tadi.

Saat itu, suaminya dan para pekerja pemanen cengkeh kembali dan akan bergegas pulang ke rumah masing-masing.

"Dek. Ayo kita pulang. Mas sudah selesai dari sungai."

Galuh menepuk pundak Widuri dan dia mulai tersadar dari lamunannya.

"Eh, iya. Mas. Ayo kita pulang."

Lantas, Widuri mulai berusaha berdiri dan membantu suaminya membawakan perkakas yang digunakan untuk makan dan minum. Mereka kini mulai berjalan pulang. Kini Galuh Wiguna lebih perhatian kepada Widuri dari saat hari-hari sebelumnya. Widuri sangat bersyukur, hari terakhir ini, suaminya berubah menjadi baik kembali. Tetapi dia harus hati-hati dengan madunya yang bersifat misterius.

"Dek, kamu kok diam terus. Kamu lagi mikirin apa sih? Dek, Mas minta maaf atas perlakuan kasar yang telah saya berikan kepadamu. Seharusnya saya tidak pantas menyakitimu. Dek, kamu itu istri sholeha. Mas tidak akan mengabaikan kamu lagi."

Sambil berjalan, tiba-tiba Galuh mendekat ke arah Widuri dan menggenggam erat tangan istri pertamanya tersebut.

Namun, Widuri tidak merasakan getaran apa pun seperti saat pengantin baru pada satu tahun yang lalu. Baru satu tahun menikah, suaminya sudah menikah lagi. Hal itu membuat Widuri terluka hatinya. Sudah tidak ada rasa cinta di hatinya. Dia hanya bertahan hidup untuk sementara waktu ini.

"Gak mikirin apa-apa kok Mas. Ya, saya maafkan. Widuri bukan istri sholeha Mas. Widuri masih banyak dosa," jawab Widuri dengan datar. Widuri malas diperhatikan oleh suami yang tega mengkhianatinya. Bagi Widuri, ucapan Galuh tidak bisa dipercaya kembali. Dia tidak akan terlena dengan kata-kata manisnya.

Widuri akan merencanakan sesuatu untuk mengubah hidupnya yang saat ini terkekang oleh keluarga Galuh Wiguna.

"Bisa gak sih, kamu berbicara romantis sama Mas? Jangan sinis gitu. Mas jadi galau. Kamu tidak suka ya jika Roro menikah dengan Mas?"

Galuh tidak terima jika Widuri terkesan cuek dan sinis kepada suaminya. Galuh mulai kangen dengan masa-masa dulu saat menikah dengan Widuri.

"Maaf, Mas. Saya tidak bisa romantis seperti wanita lainnya," jawab widuri datar.

Widuri malas romantis dengan suami yang sudah mengkhianatinya dalam benak, dia hanya memikirkan bagaimana cara agar dia mendapat uang sendiri secara halal. Dan dia tidak dihina mertua dan tetangga yang tidak suka kepadanya. Seketika Galuh terdiam dan fokus pada perjalanan pulang dan masih memegang erat tangan Widuri.

Sepuluh menit kemudian, Galuh dan Widuri sudah sampai di depan rumah mereka. Saat itu, pintu terbuka dan dibuka oleh Roro yang sudah berada di rumah.

Roro saat itu memakai daster sebatas lutut dengan kain transparan berwarna pink. Dan terlihat kedua gunung yang menjuntai indah. Dia sengaja memakai pakaian terbuka agar Galuh terbuai dalam rayuan Roro kembali.

"Waw, romantisnya pasangan suami istri yang serasi. Sampai-sampai Roro dicuekin."

Roro tersentak kaget melihat suami idamannya sedang memegang erat tangan Widuri. Hatinya kini dilanda cemburu dan dendam. Roro tidak terima jika Galuh mulai menyukai Widuri kembali. Padahal, Roro sudah memasang susuk dan melakukan ritual dan rela bersekutu dengan setan.

Saat itu, jurus andalan nya mulai dia perlihatkan agar Galuh tergila-gila kepadanya kembali. Roro segera ke kamar untuk memakan kembang mawar lalu mengungahnya dan sesegera mungkin dia menghabiskan agar suaminya tidak curiga.

"Roro, sayang. Kamu cemburu ya? Widuri juga istri Mas 'kan? Jadi wajar jika Mas memegang tangan dia. Kamu tetap di hati Mas nomor satu Roro. Roro kamu hari ini cantik sekali."

Galuh tiba-tiba langsung ingin masuk ke dalam kamar Roro Prameswari. Tiba-tiba jiwa kelelakiannya meronta melihat aura dan dandanan Roro yang merona dan menggoda.

Seketika, Galuh terbuai dengan sihir dari Roro yang memikat. Siang itu, Galuh dan Roro sedang melakukan adegan panas yang tidak bisa diundur lagi. Galuh seketika lupa dengan Widuri yang masih berdiri mematung di ruang tengah. Roro akan membuat sakit hati di siang itu dengan merayu Galuh untuk diajak bertempur. Roro tidak akan memberi celah kepada Widuri untuk melakukan hubungan suami istri.

Di ruang tengah itu, Widuri sudah terbiasa dicampakkan oleh suaminya dan suaminya lupa tidak memberi jatah kepada Widuri istri pertamanya karena ulah Roro Prameswari yang licik. Hari itu sebenarnya adalah jatah Widuri. Seharusnya Galuh akan bersenang-senang dengan istri pertamanya tersebut. Mau bagaimana lagi, sihir dari setan itu, sangat manjur.

Widuri hanya bisa menelan ludah dan dia seketika mulai memasuki kamarnya untuk beristirahat.

"Aw, geli Mas. Mas jangan nakal ya?" terdengar suara manja dari Roro yang sedang digoda oleh Galuh.

"Sayang, kamu nikmat sekali. Mas sudah tidak tahan." Terdengar erangan dari Galuh yang sedang melakukan adegan panas dengan Roro yang membuat Galuh mabuk kepayang sampai -sampai dia tidak sadar, bahwa kegiatan mereka didengar oleh Widuri yang sedang beristirahat di kamar.

Widuri merasa jijik mendengar suara erangan yang semakin panas, sehingga Widuri keluar dari kamarnya. Dia pergi ke belakang rumah yang terdapat kebun pisang dan beberapa tanaman lainnya. Widuri duduk di atas batu besar dan menumpahkan air mata yang jatuh tidak terbendung.

Saat itu angin bertiup kencang kembali. Tidak lama, muncul kembali suara sinden sedang mendendangkan tembang jawa dengan sangat merdu. Semakin lama suara tembang itu terdengar nyaring di telinganya.

Tiba-tiba Widuri mendengar suara jeritan orang yang sedang menangis dari arah rumah tetangganya.

"Tidak! Kamu tidak boleh pergi, Nduk. Ada apa dengan kamu sehingga kamu seperti ini. Hik hik."

Terdengar ibu-ibu sedang berteriak dan menangisi anaknya. Saat itu juga Widuri bangkit dan akan menengok siapa gerangan yang orang yang sedang dirundung malang tersebut.

Widuri menengok ke kanan dan ke kiri dan ternyata suara jeritan tersebut dari arah tetangganya yang sedang melakukan hajatan. Di sana sudah berkerumun orang banyak. Saat Widuri sampai di depan rumah itu, Di situ Marsinah, ibu mertuanya berdiri dan ikut menangisi wanita cantik yang tengah terbujur kaku dengan mulut yang bersimbah d*rah di lantai depan rumah bu Winarti. Dia adalah Tika. Calon istri dari Andi.

Ibunya Tika dan Andi menangisi kepergian Tika. Tidak lama, Tika dilarikan menuju ruang dalam dan dibaringkan di atas ranjang. Di situ sudah terdapat pak Mantri yang akan memeriksa nyawa Tika apakah masih hidup.

"Setelah saya periksa, ternyata Neng Tika sudah tidak bernyawa. Bu Winarti dan Pak Dahlan harus tabah dan sabar menghadapi musibah ini."

Terdengar pak Mantri menjelaskan bahwa Tika telah meninggal dunia. Padahal tinggal menunggu jam, acara resepsi pernikahan akan dimulai esok hari. Tapi kehendak dari Tuhan lain, Tika harus meregang nyawa sebelum menikah. Tidak lama bu Winarti jatuh pingsan.

"Bu, bangun. Tolong istri saya Pak Mantri dia pingsan."

Pak Dahlan membopong istrinya masuk ke dalam kamar. Seketika, para tetangga yang rewang segera menghentikan aktifitasnya. Mereka beralih mengurus jenazah Tika yang masih terbaring di ranjang tidur.

Acara pernikahan sudah dikemas rapi oleh kedua belah pihak keluarga. Mulai dari masakan, tempat, dekorasi dan mengundang para seniman untuk memeriahkan acar resepsi tersebut. Namun, karena pihak mempelai wanita telah meninggal dunia. Acar menjadi kacau dan berantakan. Keluarga sudah mengeluarkan uang yang sangat banyak.

"Bu Isah. Kok Tika bisa seperti itu kenapa ya? Padahal tadi masih bercanda dengan saya dan membantu menghidangkan icip-icip kepada tamu."

Seorang ibu-ibu gendut yang rewang berbicara kepada temannya yang bernama bu Isah. Dia penasaran dengan sebab kematian Tika yang mendadak dan tidak wajar.

"Saya juga tidak tahu, Bu Inah. Tapi yang jelas, sebelum meninggal, Tika sempat pergi dengan Andi entah ke mana. Saya kurang tahu. Katanya sih mengantarkan sesuatu ke orang. Tapi ngantar apa saya juga tidak tahu."

Sebelum meninggal, Tika sempat pergi dengan suaminya entah ke mana. Para ibu-ibu yang rewang tersebut tidak tahu.

"Oh. Begitu ya. Bu. Aneh juga ya. Bu. Yasudah kita doakan saja Tika tenang di alam sana," jawab bu Inah sambil menggelengkan kepala dan merasa merinding atas kejadian yang menimpa Tika. Widuri yang mendengar pembicaraan kedua ibu-ibu tetangganya tersebut terasa bergidik ngeri.

'Aneh. Baru kali ini saya melihat kematian yang dialami Tika. Setahu saya, Tika orang baik. Tapi kok meninggalnya tidak wajar ya,' batin Widuri yang kini mulai memikirkan tentang keanehan meninggalnya Tika.

"Widuri! Kamu sudah di sini. Di mana Roro? Kenapa tidak diajak ke sini. Tetangganya meninggal kok tidak datang." Tiba-tiba Marsinah menepuk pundak Widuri dari belakang dan menanyakan keberadaan Roro.

"Maaf. Roro lagi sama Mas Galuh di kamar, Bu. Saya tidak berani mengganggunya," jawab Widuri dengan jujur. Jika dia tidak jujur, Widuri khawatir akan dimarahi mertuanya yang galak tersebut.

"Siang-siang begini begituan. Haduh. Yasudah, kamu ikut saya bantu-bantu di rumah ini. Kebetulan, keluarga Tika masih kerabat dari Ibu. Keterlaluan itu Roro, mentang-mentang mertua pergi, dia seenaknya saja."

Tiba-tiba Marsinah geram dengan Roro. Bukannya dia sangat mengagumi Roro? Memang mertua aneh.

"Baik, Bu."

Widuri menuruti perintah Marsinah dan segera ke ruangan dalam untuk memandikan Tika agar cepat dikuburkan.

"Wid, nanti kamu pulang bareng sama Ibu saja ya? Jika nanti Roro marah gara-gara kamu tidak masak, Ibu akan membela kamu."

Lama-lama Marsinah mengetahui sifat Roro yang manja dan egois. Dan pada akhirnya, Marsinah geram dengan kelakuan mantu barunya tersebut. Tapi Widuri tidak boleh terlena karena Roro mempunyai daya pikat yang kuat untuk merayu Marsinah dan Galuh Wiguna.

"Baik, Bu." Sambil mengekor mertuanya, dia menuruti kata mertuanya agar dia tidak kena marah olehnya.

Widuri lalu bergabung dengan ibu-ibu yang sedang memandikan jenazah. Sontak, perut Widuri terasa mual karena bau anyir menyeruak di hidungnya.

"Wid, kamu bawa masker gak?"

Tiba-tiba Marsinah menanyakan masker pada Widuri. Mungkin Marsinah merasakan bau yang sama dengan Widuri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!