Fitnah Keji di Malam Selasa Wage

Di tengah malam yang mencekam dan dengan datangnya hujan deras yang secara tiba-tiba kini mengguyur badan Roro Prameswari hingga basah kuyub. Hantu kunti kribo itu masih mengejar Roro yang lari tunggang langgang menuju kebun pisang milik keluarga Marsinah. Kebun bu Marsinah lumayan luas dan terdapat pohon pisang dan beberapa tanaman sayuran yang tumbuh subur dan segar.

Roro berlari menembus kebun belakang miliknya sampai dia keluar dari batas perkebunan milik keluarga suaminya hingga kini dia berada di jalan yang menghubungkan ke rumah warga tetangganya.

Bruk!

Tetiba, Roro tersandung batu dan akhirnya kepalanya terbentur oleh batu besar hingga dia pingsan dan kepalanya banyak mengeluarkan d*rah.

"Hihihi hihihi"

Terdengar suara cekikikan dari kunti kribo yang berhasil membuat Roro celaka. Tidak lama kunti kribo tersebut melayang-layang jauh entah pergi ke mana.

Saat itu, para penjaga pos ronda di dusun tersebut berjalan berkeliling untuk memantau dusun mereka agar aman dan tidak terjadi kejahatan seperti kemalingan dan lain sebagainya.

Saat melewati samping kebun sayuran yang dekat dengan rumah bu Marsinah, petugas ronda tersebut melihat seseorang yang tergeletak.

"Ya, Tuhan. Ini 'kan Neng Roro Prameswari. Pak ayo segera kita selamatkan dia! Waduh, kepalanya berdarah. Bagaimana ini Pak?"

Pak Tohir yang kebetulan melakukan ronda malam bersama dengan pak Dahlan yang anaknya beberapa hari meninggal yang lalu kini melihat Roro sedang tergeletak pingsan dan banyak mengeluarkan d*rah dibagian keningnya.

"Ayo, kita bawa ke rumah bu Marsinah agar mereka tahu dan dibawa ke klinik terdekat."

Lalu pak Rosyid dan pak Tohir membopong Roro sampai di depan rumah bu Marsinah.

Tok tok tok!

Pak Rosyid segera mengetuk pintu rumah bu Marsinah dengan keras. Beberapa menit kemudian, pintu pun mulai terbuka.

"Roro? Istriku? Kamu kenapa kok keningnya berd*rah begini? Pak, apa yang sedang terjadi dengan istri saya?"

Kini, Galuh terkejut sambil membantu membopong Roro ke dalam ruang tamu dan Roro mulai dibaringkan di sofa panjang.

"Mas Galuh, kami menemukan Roro tak sadarkan diri dan tergeletak di atas batu besar yang berada di kebun kosong samping rumah bu Marsinah. Sebaiknya istri Anda segera dibawa ke klinik sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."

Pak Tohir memberi saran kepada Galuh agar Roro segera dibawa ke juru medis agar nyawanya bisa diselamatkan dan sebelum terlambat.

"Baik, Pak. Terima kasih kalian sudah menolong istri saya," jawab Galuh berterima kasih kepada kedua tetangganya yang mau menyelamatkan istrinya.

"Sama-sama, Mas. Jika Anda mengalami kesulitan, kami para warga siap membantu."

Pak Rosyid menawarkan bantuan jika sewaktu-waktu Galuh memerlukan bantuan para warga. Mereka siap membantu selama bisa.

"Iya, Pak. Sementara kami akan ke klinik terlebih dahulu bersama keluarga kami," jawab Galuh dengan raut wajah yang cemas.

Lalu pak Tohir dan pak Rosyid akan melanjutkan acara ronda kembali dengan sejuta pertanyaan di hatinya karena malam itu mereka melihat kejadian buruk yang menimpa Roro Prameswari di tengah malam dan di luar rumah.

Tidak lama, Galuh mengetuk kamar Marsinah yang masih berada di kamarnya. Karena ini tengah malam, jadi bu Marsinah mungkin masih di alam mimpi.

"Bu! Bangun Bu. Ayo bangun! Roro dalam bahaya!"

Galuh berteriak keras memanggil ibunya yang mungkin masih tertidur. Beberapa detik kemudian, secara berbarengan pintu kamar Marsinah dan Widuri mulai terbuka. Terlihat Widuri masih mengenakan mukena pertanda dia sedang melakukan sholat tahajjud.

"Ada apa kok tengah malam begini kamu berteriak, Galuh? Apa ada hal buruk yang terjadi?" Marsinah yang masih mengenakan pakaian tidur mulai terbangun dan bertanya kepada Galuh dengan penasaran.

"Ayo Bu, kita segera ke klinik. Roro tadi sempat ditemukan di samping kebun kita dan dia mengalami luka di bagian kening dan banyak mengeluarkan d*rah. Ceritanya nanti saja. Kita segera bawa ke klinik!"

Galuh menjelaskan hal buruk yang sedang dialami oleh Roro kepada ibunya sambil berdiri dan beraut wajah cemas.

"Ya Tuhan. Malam-malam begini kenapa Roro berada di samping kebun? Yasudah, kamu segera keluarkan mobil kamu dan ayo kita ke klinik," jawab Marsinah dengan perasaan tidak karuan sambil hatinya bertanya-tanya tentang kejadian aneh yang menimpa Roro.

"Bu, Mas, saya ikut ke klinik ya? Saya pengen mengetahui kondisi Roro?"

Widuri mulai melepaskan mukena dan berjalan bersama mertua dan suaminya menuju di mama Roro berada.

"Widuri, kamu di rumah saja jaga rumah. Tapi kamu hati-hati ya? Jika nanti Roro sudah aman dan selamat, kami segera pualng. Kamu jangan khawatir ya?"

Galuh menyarankan Widuri untuk berjaga di ruamhnya karena di rumahnya tidak ada orang.

"Baik. Mas. Tapi beneran cepat pulang ya? Roro takut di rumah sendirian tengah malam begini."

Widuri tertunduk lesu karena dia tidak diperbolehkan untuk ikut ke klinik. Mau tidak mau dia harus di rumah sendirian.

"Iya, Widuri. Mas yakin, kamu adalah wanita pemberani dan kuat. Ingat, jika ada orang asing mengetuk pintu jangan dibuka!" perintah Galuh agar tidak membuka pintu rumah secara sembarangan di malam hari.

"Iya, kalian juga hati-hati."

Galuh sudah mengeluarkan mobil hitamnya dan kini dia mulai membopong Roro ke dalam mobil dengan dibantu oleh bu Marsinah. Beberapa menit kemudian, mobil Galuh sudah melenggang pergi hingga tidak terlihat dari rumahnya.

Kini Widuri berada di rumah sendiri di waktu tengah malam tepat pukul 12 malam. Dia mulai masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat di dalam kamarnya setelah dia sholat tahajjud. Saat itu terdengar bunyi ketukan pintu yang sangat keras.

Degh!

J*ntung Widuri mulai berdetak kencang karena takut siapa malam-malam begini yang sedang mengetuk pintu. Dan waktu itu angin bertiup sangat kencang. Tembangan jawa disertai gamelan jawa terngiang di telinga Widuri. Seketika, dia takut terjadi apa-apa. Tembang jawa tersebut berbunyi semakin lama semakin keras. Dan ketukan pintu juga semakin terdengar membuat Widuri bingung.

"Kembang ayu kembang Widuri. Kembang Widuri ojo wedi. Kembang Widuri cedak marang Gusti."

Terngiang tembang jawa yang menyebut namanya. Widuri mulai bergidik ngeri bingung mau berbuat apa di malam ini.

"Widuri! Buka pintunya! Cepat buka!"

Setelah ketukan pintu keras, dan suara tembangan jawa berangsur-angsur mulai terdengar lirih, terdengar suara pemuda yang tidak asing memanggil dirinya. Karena dia mendengar itu adalah benar-benar suara manusia, akhirnya Widuri segera membukakan pintu. Dia lupa dengan perintah Galuh yakni jangan membuka pintu secara sembarangan di waktu malam. Lantas, dia segera membuka pintu tersebut.

"Kang Darma? Kenapa malam-malam begini Kakang menggedor pintu rumah saya?" tanya Widuri kepada Darma dengan rasa penasaran.

"Widuri, saya mau memberi tahu sesuatu tentang Roro kepada kamu. Mumpung mereka lagi pergi," jawab Darma di malam itu.

"Tapi ini sudah malam, Kang. Widuri takut ada warga yang lihat dan kita digunjing dikira kita sedang selingkuh," jawab Widuri kepada Darma yang bingung ketika Darma mulai datang.

"Tapi ini penting, Wid. Kamu harus tahu bagaimana sifat asli Roro Prameswari itu."

Dengan nada serius, Darma ingin memberi tahu tentang karakter Roro yang sebenarnya.

"Yasudah, tapi jangan lama-lama ya. Ayo silakan masuk."

Akhirnya Widuri mempersilakan masuk Darma di ruang tamu. Lantas Darma mulai berkata,

"Begini, Widuri. Saat saya tadi kebetulan keluar dari rumah untuk mencari angin karena sangat gerah, saya melihat Roro sedang melakukan ritual kepada setan. Apakah kamu sudah mengetahuinya? Saat itu, angin bertiup sangat kencang jadi, saya tidak bisa lama mengintai di kebun belakang karena saya merinding. Eh tidak tahunya kini Roro sedang celaka."

Darma ternyata mengetahui kelakuan Roro Pramaeswari yang melakukan ritual persembahan kepada setan. Dia tidak mau ngaja melihat Roro di kebun belakang rumah bu Marsinah sedang melakukan ritual kepada setan.

Saat itu terdengar ketukan pintu yang sangat keras di rumah tersebut.

"Kang, benarkan ada orang yang melihat kita!"

Widuri panik saat ada orang yang sedang mengetuk pintu.

"Kamu tenang Widuri. Saya akan bertanggung jawab," jawab Darma dengan sikap tenang dan kalem padahal di luar sana ada yang sedang menggedor pintu.

Dengan terpaksa Widuri dan Darma berjalan ke ruang depan untuk membukakan pintu. Beberapa menit kemudian, pintu pun terbuka.

Sudah berdiri Galuh di situ sendirian tanpa adanya Marsinah dan Roro.

"Darma! Kenapa kamu di sini! Kalian sedang apa!"

Dengan mata tajam dan tersulut emosi galuh berkata nyaring dan marah kepada Darma.

"Dengarkan penjelasan saya dahulu Galuh!" jawab Darma berusaha menjelaskan kepada Galuh.

Bugh!

"B*ngsat! Saya tidak perlu mendengar pembicaraan dari kalian! Kalian tega sekali berselingkuh di depan saya! Saya akan lapor kepeda warga!"

Bogem kuat mendarat di wajah tampan Darma Kumbara. Darma terjungkal dan hidungnya banyak mengeluatkan d*rah. Galuh terbakar api cemburu dan mengira Darma dan Widuri sedang berselingkuh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!