Pintu Terbuka

Roro tidak terima jika dinasihati oleh suaminya jika dia dekat dengan para laki-laki terutama Andi. Padahal diam-diam, Roro berhubungan gelap dengan beberapa laki-laki yang mau membayarnya dalam jumlah besar.

Perbuatan hina Roro dengan para lelaki hidung belang belum tercium karena Roro pintar mencari tempat yang aman untuk melakukan perbuatan hina tersebut dan pintar menyembunyikan fakta karena dia dilindungi oleh setan yang bernama Mbah Rendro.

"Iya, deh. Roro gak ulangin lagi. Mas jangan ngambek lagi ya? Roro sayang Mas kok," jawab Roro dengan pura-pura menuruti perintah Galuh sang suami yang sebenarnya dia masih ingin mendapat uang banyak dari para pria kaya untuk diajak kencan, curhat bahkan pernah tidur bareng bersama pria yang kesepian di sebuah rumah kosong di dekat hutan.

"Nah, gitu dong. Itu baru namanya istri tersayang, Mas. Widuri juga, jangan coba-coba berani berdekatan dengan Darma Kumbara. Denger dari teman Mas, kemarin kamu pulang bareng dengan pria itu!"

Ternyata, suaminya mengetahui jika Widuri pulang diantar oleh Darma. Pemuda tertampan di desanya yang bersifat cuek kepada wanita genit. Dia lebih memilih wanita kalem dan tidak neko-neko seperti Widuri. Sebenarnya Darma tidak terima jika Widuri menikah dengan Galuh karena Galuh mudah dibujuk rayu oleh wanita kaya dan genit seperti Roro.

"Apa? Mbak Widuri jalan bareng sama Kang Darma? Tidak mungkin lah Mas. Darma itu 'kan orang kaya dan anak sultan. Pasti Widuri punya pelet tuh, jika memang benar Kang Darma pulang bareng sama Mbak Widuri."

Roro terkejut jika Darma mau pulang bareng dengan Widuri. Padahal dahulu sebelum menikah dengan Galuh, Roro sering menggoda Darma tetapi pemuda tersebut cuek dan tidak menggubrisnya. Lantas, Roro merasa tersaingi dengan Widuri sehingga dia menghina Widuri seenak jidatnya.

"Roro! Kamu jangan menghina saya seenaknya saja ya? Saya bukan wanita seperti itu! Sebelum menuduh seseorang, berkaca lah kepada diri sendiri!" jawab Widuri secara tegas di depan Roro dan Galuh Wiguna. Dia tidak takut jika Roro akan marah karena dia berusaha memutar balikkan fakta. Padahal Roro sendirilah yang memakai susuk kecantikan dan bersekongkol dengan setan.

Galuh tidak bisa berlama-lama lagi karena dia akan ke ladang untuk memanen cengketh. Di sana sudah ada beberapa pekerja yang membantu untuk memanen cengkeh. Untuk sampai ke ladang, Galuh memilih berjalan kaki karena jalannya susah untuk dilewati motor. Jalannya menanjak, sempit dan berkelok-kelok.

"Sudah, cukup! Roro, kamu jangan membuat lericuhan di rumah ini! Mas pergi bekerja dulu. Kalian jangan bertengkar. Mas tidak suka jika kalian tidak rukun. Para pekerja sudah menunggu di ladang. Kalian jangan menghambat saya untuk mencari nafkah untuk kalian!"

Galuh emosi, karena suasana malah memanas dan Roro selalu membuat keributan. Sebelum datangnya Roro, rumah tangga mereka tidak pernah ribut, aman dan sentosa.

"Iya, deh. Yasudah Mas pergi saja sekarang. Roro mau bobok dulu. Masih mengantuk," jawab Roro dengan santainya tanpa rasa bersalah.

"Oke, sekarang kamu boleh tidur. Tapi kamu nanti antar Widuri untuk mengirim bekal ke ladang untuk saya dan para pekerja! Saya khawatir Widuri akan bersama dengan Darma kembali."

Kini Galuh merasa perhatian kepada Widuri karena istri pertamanya sedang diincar oleh pemuda yang bukan pemuda biasa di desa ini. Dia takut Widuri akan terpikat oleh ketampanan Darma dan diambil alih sebagai istri Darma. Galuh mengira, dengan Widuri tidak pernah dandan akan tidak ada pemuda yang mendekati Widuri, namun faktanya, masih saja Widuri didekati oleh pemuda.

Galuh sengaja memberikan uang sedikit kepada Widuri agar istrinya tersebut tidak membeli alat make up. Cukup hanya untuk membeli keperluan pribadi dan ongkos jajan.

"Yah, Roro kepanasan deh. Tapi yasudahlah dari pada Mas Galuh marah."

Roro sebenarnya malas keluar rumah namun, apa boleh buat, jika suaminya sudah memerintah, dia tidak bisa mengelak agar tidak diusir dari pemuda yang notabene pengusaha kaya tersebut. Setara dengan kekayaan yang dimiliki keluarga Darma Kumbara. Bedanya, rumah keluarga Galuh terkesan antik dan kuno serta tidak terlalu besar. Sementara rumah keluarga Darma bak rumah keraton.

Saat itu, Widuri terdiam sambil menata piring-piring kotor bekas sisa sarapan keluarganya. Tidak perlu waktu lama, Galuh Wiguna mulai melangkahkan kaki menuju ladang cengkeh hingga sudah tidak terlihat dari pandangan mata Widuri dan Roro.

Saat itu, hanya ada Widuri dan Roro di rumah itu. Suasana berubah sunyi dan sepi. Widuri tidak berani menatap Roro yang masih asik menyendok masakan yang telah dimasak olehnya. Widuri masih teringat kejadian satu hari yang lalu. Karena Widuri mempunyai simpanan berupa dedemit. Roro pun juga terdiam seketika seperti sedang memikirkan sesuatu.

Widuri akan segera mengumpulkan piring dan gelas yang kotor dan akan mencucinya. Saat akan mengangkat peralatan makan yang kotor tersebut, Tiba-tiba Roro berkata,

"Mbak. Jawab dengan jujur. Mbak Widuri kenal Mas Darma sejak kapan?" tanya Roro dengan sorot mata tajam ke arah Widuri. Pandangannya kini berubah, yang tadinya lembut kini berubah seperti bukan Roro yang dilihat seperti biasanya.

"Sejak kecil. Tapi saya hanya teman biasa. Memang ada apa?" jawab Widuri yang agak grogi dan sedikit bergidik karena suasana pagi itu terasa aneh. Lambat laun, bunyi gamelan tersebut terdengar kembali dan angin bertiup sangat kencang.

"Mbak jangan kecentilan untuk mendekati Kang Darma ya? Mbak itu hanya wanita miskin dan hanya jadi obat nyamuk di aini. Mas Galuh saja tidak berani menyentuh Mbak Widuri."

Sambil memberikan kutek kuku dan berdandan secara modis, Roro berusaha menghina dan menyudutkan Widuri agar tidak betah hidup di rumah keluarga Galuh. Roro ingin menjadi satu-satunya ratu di rumah itu.

Widuri tidak mau berdebat dengan Roro karena dia akan segera mencuci piring dan peralatan lainnya karena Marsinah tidak suka jika ada piring dan gelas kotor berserakan. Sudah biasa jika dia dihina Roro saat mertua dan suaminya tidak ada.

Saat itu, Roro yang bersifat misterius akan ke kamarnya dengan membanting pintu secara keras karena Widuri tidak menjawab pertanyaan darinya.

Saat di kamarnya, dia sedang mencari bunga mawar untuk dimakannya pada pagi hari. Dia menaruh bunga tersebut di kantong plastik yang diletakkan di kolong ranjang tidurnya.

"'Bunga mawarnya habis? Saya lupa untuk membeli bunga mawar di pasar? Bagaimana ini. Sebentar lagi 'kan saya harus ke ladang. Bagaimana jika saya nanti dimarahin Mas Galuh. Pasar hanya sampai jam 12, siang. Sudahlah, saya harus ke pasar sekarang."

Roro segera berdandan dengan dandanan yang mengundang mata, karena dia hanya memakai rok mini dan baju berwarna pink yang sangat ketat. Begitulah Roro jika akan pergi dari rumah. Dia akan berpakaian layaknya artis. Padahal itu di pelosok desa.

Widuri telah selesai mencuci piring. Lantas, dia akan ke kamarnya untuk berganti pakaian. Saat itu dia berpapasan dengan Roro yang sudah membawa tas tentengnya. Roro pun berkata,

"Mbak. Saya sekarang mau ke pasar karena ada barang penting yang mau saya beli. Saya tidak bisa mengantar ke ladang. Awas, jangan menyudutkan saya di depan Mas Galuh."

Roro menudingkan telunjuk ke arah Widuri dan dengan mata yang memelotot ke arahnya dia tergesa-gesa untuk pergi. Saat sampai di depan halaman rumahnya, sudah ada pria muda yang memboncengkan Roro yang pergi entah ke mana.

'Ya, Tuhan. Wanita macam apa madu saya itu. Barang penting? Memangnya ke pasar mau membeli apa? Bukannya bu Marsinah sudah belanja banyak kemarin siang dan stok di dapur masih komplit,' gumam Widuri dalam hatinya.

Widuri menggelengkan kepala karena heran dengan Roro. Lantas, tidak lama dia akan ke kamarnya untuk berganti pakaian. Saat sampai di kamar, angin pun bertiup kencang kembali. Suara gamelan itu terdengar kembali dan semakin keras suaranya. Widuri mulai mempercepat untuk berganti pakaian. Saat itu dia mendengar suatu bunyi.

Kriet!

Degh!

Jantung Widuri mulai berdetak lebih kencang. Dia mendengar suara kamar yang terbuka. Dia mengira Marsinah sedang pulang. Namun, saat dia keluar dari kamarnya, pintu kamar Roro terbuka. Padahal tadi pintu itu terkunci dengan rapat. Jiwa keponya meronta. Siapa gerangan yang masuk ke dalam kamar Roro. Perlahan-lahan dia berjalan menuju kamar Roro. Sontak, Widuri kaget dan berteriak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!