Bunga Tujuh Rupa

Tepat pukul 01.30 pagi, terjadi pertikaian antara Galuh Wiguna dengan Darma Kumbara karena kesalahpahaman. Darma bersikeras untuk memberi penjelasan kepada Widuri memgenai sifat buruk Roro Prameswari. Akhirnya Widuri mempersilakan Darma masuk ke dalam rumah dan selang beberapa waktu Galuh datang dan masuk ke dalam rumahnya dan terdapat istrinya bersama dengan Darma sehingga Galuh terbakar api cemburu. Bogem yang diberikan Galuh Wiguna mendarat ke wajah Darma hingga jatuh tersungkur. Darma menuduh Widuri dan Darma sedang berselingkuh.

"Mas Galuh! Kamu salah paham! Dia ke sini hanya menyampaikan berita penting yang Mas Galuh belum tahu. Saya dan Kang Darma tidak melakukan apa-apa!"

Dengan mata berkaca-kaca, Widuri membela dirinya dan Darma karena mereka tidak berbuat macam-macam. Walau pun dia memang ada sedikit salah. Dia melanggar perintah suaminya yakni telah lancang membuka pintu untuk seoarang tamun di malam itu tanpa ada suaminya.

"Widuri sekarang kamu masuk ke dalam kamar! Dan kamu Darma! Cepat pergi dari rumah saya! Sebelum saya berbuat macam-macam dan memanggil warga!"

Galuh masih dengan emosi dan terbakar api cemburu akhirnya dia menggertak Darma dan Widuri. Dia tahu, Widuri tidak akan berani berbuat macam-macam terlihat dari sorot matanya. Dia hanya kecewa, Widuri tidak mau menuruti perintahnya untuk tidak membukakan pintunya saat dirinya tidak berada di rumah. Saat itu, akhirnya Darma beringsut dari rumah Galuh karena tidak mau ada kericuhan yang lebih besar lagi.

"Mas! Maaf. Saya tadi sudah melanggar perintah dari Mas Galuh yakni telah lancang membuka pintu di waktu malam. Tetapi sungguh, Widuri tidak berbuat macam-macam dengan Kang Darma. Mas percaya 'kan sama Widuri?"

Air mata Widuri jatuh tidak terbendung karena dia tidak terima jika dia telah dianggap selingkuh.

Terlihat, Widuri masih berdiri mematung dan belum beranjak dari ruang tamu karena dia masih kalut dengan apa yang baru saja terjadi. Widuri tidak mau beranjak karena hatinya masih tidak terima jika dia dibilang suaminya berselingkuh dengan Darma.

"Cepat siapkan pakaian untuk Roro karena dia kini menjalani rawat inap di klinik. Dan sekarang juga kamu harus ikut. Mas tidak mau kamu kepincut sama Darma Kumbara! Kau istriku! Paham?"

Tidak lama, Galuh merasa iba juga melihat Widuri menangis dia hanya menakut-nakuti Darma agar cepat pergi dan tidak mendekati Widuri. Tidak lama Widuri bergegas menuju kamar Roro yang tidak terkunci untuk mengambil pakaian ganti milik Roro karena dia belum bisa pulang karena masih menjalani pengobatan medis di klinik dan akan dirawat inap.

Beberapa detik kemudian, Widuri sudah memasuki kamar Roro dan dia mulai membuka lemari kuno terbuat dari kayu jati. Lemari jaman dahulu yakni peninggalan dari nenek moyang dari bu Marsinah. Lemari yang terlihat kuno namun masih awet digunakan hingga saat ini.

Kriet!

Terbukalah lemari milik Roro dan dia mulai mengambil beberapa helai daster dan pakaian penting lainnya yang pantas digunakan.

Bugh!

Tiba-tiba ada sebuah benda jatuh dari dalam lemari milik Roro Prameswari. Dan benda tersebut adalah buku bergambar wanita yang sangat cantik dan ternyata itu adalah mantra. Mantra tersebut bertuliskan aksara jawa. Sedikit-sedikit Widuri mengetahui aksara jawa tersebut. Dia membaca beberapa tulisan aksara jawa tersebut. Sontak, dia terkejut ada hal penting yang perlu dia ingat dalam ingatannya.

'Jadi, dia akan lemas jika tidak minum darah ayam cemani dalam seminggu? Dan dalam sebulan akan berubah menjadi jelek kembali wajahnya. Jadi, selama ini Roro meminum d*rah ayam cemani? Ya Tuhan, menjijikkan sekali,' desis Widuri dalam hatinya. Dia tidak mau berlama-lama karena suaminya pasti sudah menunggunya.

"Widuri? Sudah belum. Jangan kelamaan. Diambil seperlunya saja."

Benar dugaan Widuri, ternyata suaminya kini tengah memanggilnya.

"Baik, Mas. Sebentar lagi," jawab Widuri yang sebenarnya sudah memasukan pakaian Roro ke dalam tas. Dengan segera Widuri menyelipkan mantra ke tempat semula. Dia tidak amu membawa mantra tersebut karena takut Roro akan mencurigainya.

Beberapa menit kemudian, Widuri keluar dari kamar lalu menuju dapur sebentar untuk membawa termos berisi air panas dan camilan kering yang sudah dia buat satu hari yang lalu siapa tahu, keluarganya membutuhkan makanan. Tidak lama, Widuri berjalan menemui suaminya yang menunggunya di ruang depan.

"Ayo! Kita ke klinik segera! Jangan lupa membawa termos!"

Sambil mengunci dan menggembok pintu, Galuh mengingatkan Widuri agar tidak lupa membawa barang yang diperlukan.

"Sudah, Mas," jawab Widuri datar dan kalem. Widuri tidak mau berbicara panjang lebar karena mungkin suaminya masih terbawa emosi gara-gara Darma yang datang kerumahnya.

Dengan segera Galuh berjalan menuju mobil hitamnya dan Widuri mengekor di belakangnya. Saat itu tiba jam 02.00 pagi. Suasana di dusun tersebut sunyi sepi. Hanya ada lampu penerangan yang menghiasi jalanan. Seketika, Widuri sudah berada di mobil dan Galuh sudah mulai berkendara dan melaju dengan kecepatan sedang karena jalanan sempit dan berkelok-kelok. Mereka terdiam sesaat.

Hingga di tengah perjalanan, saat sampai ditikungan yang dekat jurang, tiba-tiba mobil yang dikendarai oleh Galuh mendadak mati.

"Sialan! Mesinnya mati, padahal Roro segera ingin berganti pakaian. Wid, kamu di sini dulu. Mas mau benerin mobil."

Galuh menggerutu dan mau-tidak mau dia harus turun dari mobil dan membenahi mobilnya yang mogok. Padahal perjalanan masih lumayan jauh. Widuri mulai mengangguk dan perasaannya sedikit tidak tenang entah kenapa.

Kini Galuh mulai keluar dari mobil dan segera melihat mesin mobilnya apakah ada kerusakan. Setelah dilihat, tidak ada kerusakan di dalam mesin mobil tersebut. Lantas, dia mulai masuk ke mobil dan mulai menyalakan mesin mobil kembali dan hadilnya nihil. Mesin tersebut tidak bisa dinyalakan.

"Bagaimana ini Wid, jika kita berjalan kaki sangat lama."

Galuh bingung dan meminta saran kepada Widuri. Namun, saat itu, Galuh dan Widuri melihat seorang nenek yang berjalan membungkuk ke arah mobil mereka sambil membawa tongkat dari arah berlawanan. Saat sampai di depan mobil, nenek itu menatap tajam ke arah di mana Galuh dan Widuri berada.

"Wid, lihat di depan mobil kita. Kamu lihat gak Nenek itu sedang memandang ke arah kita?"

Galuh terkejut melihat nenek itu dan memberi tahu kepada Widuri. Dia bingung, nenek itu manusia ataukah dedemit yang menyamar menjadi seorang nenek-nenek.

"Mas, kita turun dan samperin saja. Siapa tahu, Nenek itu bisa membantu kita."

Widuri tergerak hatinya untuk turun dari mobil dan ingin menemui nenek tersebut.

"Yasudah, ayo kita keluar, sayang," jawab Galuh tiba-tiba dengan reflek memanggil Widuri sayang. Kini, Galuh merasa Widuri adalah wanita yang sangat dicintainya. Sambil keluar dari mobil, Galuh menggandeng tangan erat milik Widuri. Saat sampai di depan nenek tersebut Galuh berkata,

"Maaf, Nenek siapa ya? Ada perlu apa kok berjalan di malam seperti ini," tutur Galuh mulai menginterogasi nenek tersebut.

"Kalian tidak perlu tahu siapa saya. Yang jelas, jika kalian ingin selamat, carilah bunga yang berbau wangi tujuh rupa lalu taburkan bunga itu ke pemakaman milik Sulastri dalam satu hari ini. Jika kalian gagal maka, kalian tidak akan bisa melanjutkan perjalanan dan tidak bisa menyelamatkan keluarga kamu dan di antara kalian ada yang celaka," jawab nenek itu dengan nada serius dan tegas.

Seketika, nenenk itu hilang secara tiba-tiba.

"Mas! Neneknya sudah hilang. Berarti nenek itu makhluk halus Mas. Ini bagaimana ya? Apa kita harus menuruti perintah nenek itu. Widuri merasa sepertinya ada yang tidak beres dengan salah satu keluarga kita deh."

Widuri yang melihat nenek itu hilang, merinding seketika.

Widuri membatin dalam hatinya, akibat dari perbuatan Roro yang di luar batas, semua keluarga tertimpa imbasnya.

"Entahlah, Wid. Mas juga pusing sendiri. Mana HP Mas gak ada sinyal lagi. Apes kita. Pasti Ibu sangat khawatir karena kita belum sampai di klinik."

Ggaluh bingung dengan keputusannya saat ini. Kini pikirannya sedang buntu.

"Mas, kita turuti saja apa kata nenek tadi. Sepertinya kita harus ke pemakaman deh Mas. Di sana 'kan banyak bunga. Tapi ya itu, pemakaman di sana terkenal angker."

Satu-satunya yang terdapat bunga berjenis tujuh macam dan berbau harum hanya ada di pemakaman yang beberapa hari lalu Tika di makamkan di sana. Beberapa meter lagi sebenarnya mereka sampai di makam. Namun, arahnya berlawanan dengan arah menuju klinik. Jika di jalan menuju klinik banyak warga yang bermukim, tetapi jika mereka akan ke pemakaman, jauh dari pemukiman penduduk dan melewati jalan setapak yang jalannya curam.

"Gak ah sayang. Tahu sendiri, beberapa hari lalu Mas dijebak oleh hantu kunti berambut kribo. Jangan-jangan kita dijebak lagi."

Galuh ragu-ragu untuk mempercayai nenek tadi karena dia trauma dengan kejadian beberapa hari lalu.

"Mas! Kata-kata nenek tadi itu sepertinya benar. Jika kita melanggar, salah satu di antara kita akan celaka dan kita tidak bisa ke klinik. Mas, ayo kita ke pemakaman sekarang juga! Kita berdoa saja agar kita selamat."

Widuri mendesak suaminya agar menuruti ucapan nenek tersebut. Widuri takut, jika mereka akan celaka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!