Malam Jum'at Kliwon

Pada malam itu terasa sangat dingin karena kabut mulai turun. Angin pun bertiup kencang membuat suasana malam yang mencekam. Widuri terlihat sedang membaca lantunan ayat suci alqur'an untuk menenangkan jiwanya yang terluka dan rapuh.

Suara merdu lantunan ayat suci menghiasi rumah tua milik keluarga dari bu Marsinah. Namun, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari kamar sebelah, tidak lain adalah kamar milik Roro Prameswari yang di mana malam itu adalah jatah suaminya bersama dengan Roro.

"Mas, badanku panas sekali! Aduh, panas!"

Roro berteriak karena tiba-tiba sekujur badannya terasa panas. Dia berlari kecil mondar-mandir seperti orang yang sedang cemas dan merasakan kesakitan.

"Kamu kenapa, Dek? Kamu sakit apa?"

Galuh yang mendengar teriakan istrinya kepanasan merasa bingung harus berbuat apa karena dia tidak tahu cara mengobati sakit yang dialami istrinya tersebut.

"Mas, tolong aku!"

Kini kulit Roro menjadi kemerah-merahan seperti sedang alergi. Padahal tadi, dia tidak makan yang berbau daging dan ikan. Dia hanya memakan oseng-oseng buncis masakan dari mertuanya.

Saat itu, Widuri samar-samar mendengar teriakan dari madunya yang merasa kesakitan lantas, dia mulai menyudahi membaca alqur'an. Dia langsung melepaskan mukena yang masih melekat di tubuhnya dan melipatnya dengan rapi.

Widuri berjalan mendekati kamar milik Roro dan kebetulan mertuanya juga keluar dari kamarnya dan menuju pintu di mana Roro berada. Marsinah yang tadinya sudah terjaga, kini terbangun karena mendengar teriakan dari mantu idamannya. Lantas, dia menggedor pintu kamar tersebut.

"Roro, kamu kenapa? Cepat buka pintunya!"

Karena panik, Marsinah langsung menggedor pintu kamar Roro dan memanggilnya untuk segera membuka pintu yang sudah terkunci. Marsinah takut terjadi hal buruk dengan Roro.

Beberapa detik kemudian, pintu pun terbuka. Saat itu Roro sudah duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong dan sudah tidak berteriak kembali.

Terpaksa Marsinah mendekati Roro yang sedang duduk di tepi ranjang dan di sampingnya Galuh sedang mengoleskan minyak angin dilengan Roro yang terlihat kulitnya berwarna kemerah-merahan.

"Roro tadi kepanasan, Bu. Tetapi sekarang sudah tidak. Ini, Galuh sedang mengoles minyak angin agar tidak panas lagi," jawab Galuh sambil memberikan minyak angin di tubuh istrinya.

"Oh. Kirain apa? Mungkin Roro kecapekan karena kerja terus. Besok, kamu libur saja ya, Nduk? Pasti kamu masuk angin."

Marsinah mengira bahwa Roro sedang masuk angin, padahal dia kepanasan karena mendengar Widuri sedang mengaji. Dia tidak mau memberi tahu kepada mertua dan suaminya jika dia kepanasan karena suara orang mengaji agar tidak curiga bahwa Roro bersekutu dengan setan.

Roro masih terdiam. Widuri yang melihat kejadian tersebut merasa aneh. Saat dia berhenti mengaji, madunya tersebut tidak kesakitan kembali. Widuri mulai sedikit curiga. Lalu dia tidak mau berlama-lama di depan kamar Roro karena khawatir Roro akan marah. Lantas, dia segera akan masuk ke kamar. Tapi langkanhnya terhenti saat Galuh memanggilnya.

"Widuri, jangan pergi dulu! Tolong ambilkan segelas air matang untuk Roro!"

Tiba-tiba suaminya menyuruh Widuri mengambil segelas air matang. Tanpa membantah dia langsung ke dapur untuk mengambil air matang satu gelas. Saat akan mengambil gelas di rak yang berisi peralatan, di kolong meja dia melihat baskom berisi bunga mawar yang di dalamnya terdapat air berwarna merah pekat seperti darah. Sekejab, bulu kuduk Widuri mulai merinding kembali. Dia penasaran ingin mengambil baskom itu namun, dia takut kelamaan dan akan dimarihin oleh suami dan mertuanya.

Dia mengurungkan niatnya untuk mengambil baskom tersebut dengan segera dia mengucurkan kendi yang berisi air matang ke dalam gelas bening sampai terisi dengan penuh.

Tidak lama, Widuri sudah sampai di kamar milik Roro.

"Ini airnya."

Lalu Widuri segera meletakkan gelas tersebut di atas meja kecil dekat dengan ranjang tidur milik Roro. Tidak mau berlama-lama Widuri segera menuju kamarnya. Terlihat Marsinah juga mengantuk dan menguap. Akhirnya mereka ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Sekian detik, Widuri sudah berada di kamarnya kembali. Dia mulai mengambil selimut dan akan tidur karena pagi buta dia harus mengirim masakan untuk suaminya di kebun cengkeh. Esok lusa Widuri tidak mencuci di sungai karena tiga hari sekali dia ke sungai. Apalagi saat kejadian tadi, dia merasa malas pergi ke sungai takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Widuri pun mulai tertidur.

Auk!

Babarapa jam kemudian, tapat pukul tengah malam, tiba-tiba terdengar suara hewan sedang mengaung disertai dengan angin yang bertiup kencang. Gorden jendela di kamar Widuri tersingkap oleh angin tersebut membuat Widuri terbangun dan tidak bisa tidur. Dia memikirkan hal yang tidak-tidak.

Malam itu tepat pada malam jum'at kliwon yang dipercaya oleh sebagian warga di kanpung setempat bahwa malam tersebut adalah malam yang penuh misteri.

Pada malam tersebut jarang wanita dan anak-anak berkeliaran menjelang maghrib sampai menjelang subuh takut dengan hal-hal yang berbau mistis.

Widuri semakin tidak bisa tidur setelah mendengar suara hewan yang membuatnya merinding. Lalu dia segera bangun tidur untuk mengambil seteguk air matang karena kerongkongannya terasa kering.

Kriet!

Terbukalah pintu yang sengaja dibuka oleh Widuri. Dia akan ke dapur untuk menyembuhkan dahaganya. Sebelum sampai dapur, dia melihat Roro sedang duduk di lantai duduk bersila dan seperti sedang bertapa.

Widuri mengurungkan niatnya untuk ke dapur tetapi dia bersembunyi di balik pintu untuk melihat apa yang sedang dilakukan Roro pada malam yang mencekam ini.

'Sedang apa Roro malam-malam seperti ini duduk di lantai dapur? Itu 'kan baskom yang tadi saya lihat?' batin Widuri yang tersentak kaget melihat tingkah Roro yang seperti melakukan sebuah ritual.

Terlihat Roro sedang memakan bunga mawar dan meminum cairan merah pekat seperti d*rah dan bibir Roro berkomat kamit terdengar lirih oleh Widuri, bahwa Roro sedang mengucapkan mantra dengan bahasa jawa halus dan kuno. Bahasa yang membuat Widuri kurang paham.

Setelahnya, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang hingga bulu kuduk Widuri berdiri. Badannya mulai terasa bergetar. Sorot kilat cahaya tiba-tiba datang tepat di depan Roro yang sedang duduk bersila. Seketika, muncul sosok yang menyerupai nenek tua dengan wajah buruk rupa. Rambutnya sudah mulai menutih dan panjangnya sampai mata kaki. Di kepalanya terdapat tanduk berbentuk ular.

Degh!

Sontak, Widuri semakin ketakutan dan dia ingin segera berlari dari situ.

'I-itu 'kan nenek yang tadi pagi berada di sungai?Ya, aku tidak salah lihat. Jadi nenek itu dedemit yang dipuja Roro? Ya Tuhan, manusia seperti apa yang kau berikan seorang madu kepada hamba? Tidak menyangka bahwa Roro bersekutu dengan dedemit,' batin Widuri dalam hatinya.

Saat itu, Widuri tidak mau melihat yang lebih jauh lagi tentang persekutuan yang dilakukan oleh Roro. Dia takut akan diketahui oleh mereka dan takut celaka. Widuri masih ingin hidup. Lalu dia tergesa-gesa akan berbalik menuju kamarnya. Tapi tiba-tiba Widuri menyenggol nampan stainless yang di pajang di lemari ruang tengah hingga terjatuh dan menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga.

Krumpyang!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!