CINTAI AKU LAGI, EILANI
Elvaro Evans berusaha sabar saat kepala pelayan di rumahnya mengatakan kalau perawat yang baru 3 hari bekerja untuk merawat maminya sudah mengundurkan diri.
Pria berusia 31 tahun itu mengusap wajahnya kasar karena ini adalah perawat yang ke-7, yang memilih mundur untuk merawat maminya.
"Kenapa?" tanya Arby. Sahabat dekat sekaligus asistennya.
"Perawatnya menyerah. Aku pusing mau cari perawat di mana lagi."
Arby mengangguk. "Tak mudah memang berada di posisi mamimu. Saat tahu kalau kecelakaan itu telah menyebabkan suaminya meninggal, dia sempat koma selama 2 bulan dan ketika sembuh pun, ia harus menerima kenyataan kalau matanya buta dan kakinya tak bisa berjalan dengan sempurna."
"Tapi kan dokter mengatakan kalau mata mami pasti akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu. Begitu juga dengan kaki mami."
Arby tersenyum. "Mami mu kan tipe orang yang nggak sabaran."
"Lalu aku harus cari perawat di mana lagi?" Elvaro terlihat begitu putus asa.
"Aku tanya sama istriku ya? Siapa tahu ada perawat di rumah sakitnya yang mau bekerja di rumahmu." Ardy mencoba menawarkan bantuan. Istrinya adalah seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta yang terkenal di Bali ini.
1 jam kemudian, Ardy mengabarkan bahwa ada seorang perawat yang bersedia untuk merawat maminya dan Elvaro meminta Arby untuk segera memberikan alamat rumahnya karena saat ini juga lelaki blesteran Inggris-Indonesia itu akan segera pulang ke rumah.
***********
Pukul setengah empat sore, kepala pelayannya yang bernama Ned memberitahukan Elvaro bahwa perawat yang dimaksud sudah datang.
Bergegas Elvaro keluar dari ruang kerjanya dan segera ke ruang tamu. Ia berniat akan menawarkan gaji yang tinggi agar perawat itu bisa tahan menghadapi sikap maminya yang terkadang kelewat batas.
Begitu Elvaro tiba di ruang tamu, ia melihat seorang perempuan menggunakan seragam perawat, dengan rambut yang disanggul, menggunakan topi khas perawat, sedang berdiri membelakanginya. Sepertinya ia sedang menatap gambar Tower Bridge yang ada di dinding.
Elvaro berdehem membuat perawat itu perlahan membalikan badannya.
Deg!
Jantung Elvaro seperti berhenti berdetak. Matanya membulat sempurna menatap gadis perawat itu. Apakah ini mimpi? Elvaro pernah mencari keberadaan gadis ini untuk mengobati luka yang disebabkan oleh perbuatan Elvaro sendiri. Sampai akhirnya Elvaro menyerah karena berpikir mungkin gadis ini sudah berhasil menyembuhkan luka hatinya dengan menemukan cinta yang lain.
"Kamu......!" Suara Elvaro bergetar. Kerinduan itu akhirnya terobati.
Gadis yang ada di depan Elvaro terlihat biasa saja. Tak ada ekspresi kaget. Layaknya dengan orang yang baru kenal, gadis itu tersenyum seadanya sambil mengulurkan tangannya.
"Selamat sore tuan. Saya Eilani. Perawat yang diutus oleh dokter Seren."
Dada Elvaro sesak dengan sejuta rasa yang ia sendiri tak mengerti apa itu. "Eilani? Apa kabar? Ya Tuhan aku....." Ada dorongan dari dalam diri Elvaro untuk memeluk gadis. Namun melihat tatapan Eilani, Elvaro kemudian mengurungkan niatnya. Ia menjabat tangan gadis itu. Saat tangan mereka saling bersentuhan, Elvaro merasakan jantungnya berdetak sangat kencang dan ada desiran aneh di seluruh kulit tubuhnya.
"Kamu tak mengenal aku?" tanya Elvaro sambil menahan tangan Eilani dalam genggamannya.
"Maaf, tuan." Eilani menarik tangannya dari genggaman Elvaro. "Saya baru kali ini ketemu dengan tuan. Mungkin tuan kenal seseorang yang wajahnya mirip saya."
"Nama kamu Eilani Ningrum kan?"
Eilani mengangguk. "Ya."
"Eilani, kita dulu adalah....."
"Tuan, kita nggak saling kenal sebelumnya. Jika tuan memaksa saya untuk mengenali tuan, maaf. Saya nggak bisa. Jadi sebaiknya saya tidak bekerja di sini saja." Eilani membalikan badannya dan bermaksud akan pergi.
"Eh....tunggu!" Elvaro yang masih bingung mencoba menahan gadis itu. "Maafkan aku."
Eilani membalikan badannya kembali. "Baiklah. Jadi siapa yang harus saya rawat di rumah ini?" tanya Eilani to the point.
Walaupun sebenarnya Elvaro masih sangat penasaran, namun ia berusaha menahan dirinya. Dengan gerakan tangannya ia mempersilahkan Eilani duduk di sofa dan ia duduk di depan gadis itu.
"Mami ku mengalami kecelakaan bersama papi ku. Mami yang membawa mobil ketika itu. Papi meninggal di tempat sedangkan mami koma selama beberapa bulan. Saat mami siuman, ia sangat terpukul ketika tahu kalau matanya buta dan kakinya pincang. Dokter sudah mengatakan kalau mata mami pasti bisa melihat lagi melalui operasi dan kakinya akan berjalan lagi melalui terapi. Namun keadaan jiwa mami yang tergoncang setelah papi pergi membuatnya tak mau melakukan semua itu. Ia hanya duduk di dalam kamar, berteriak pada semua orang sambil membuang semua obat yang seharusnya dia minum."
"Saya sudah membaca profil nyonya Tiara dari akun sosial miliknya. Wajarlah jika keadaan ini membuatnya stres. Ia seorang mantan model, istri seorang pengusaha, sosialita yang memiliki segalanya. Saya akan mencoba merawatnya."
Elvaro tersenyum senang. Apalagi mendengar suara Eilani yang begitu lembut. Mengingatkan kembali bagaimana ia jatuh cinta pertama kali pada Eilani.
"Boleh aku ketemu dengan nyonya Tiara?"
"Mari!" Elvaro mempersilahkan Eilani mengikutinya. Ia tahu bagaimana dulu hubungan mami nya dengan Eilani. Bagaimana dulu Eilani menangis karena hinaan dan cercaan Tiara kepadanya.
Perlahan Elvaro membuka pintu kamar mami nya. Nampak wanita berusia 54 tahun itu sedang tertidur.
"Mami tuan sangat cantik. Aku kasihan melihatnya jika harus terpuruk seperti ini. Aku akan mencoba membantunya untuk kembali survive."
Elvaro menjadi bingung. Seperti tatapan Eilani padanya, demikian juga tatapan Eilani pada maminya. Tak nampak wajah terkejut pada seseorang yang pernah menyakitinya begitu dalam di masa lalu.
Apakah Eilani sedang berpura-pura? Mungkinkah Eilani ke sini karena ingin membalas dendam padanya?
Pertanyaan itu kini memenuhi seluruh isi kepala Elvaro. Ia tak mengerti mengapa Eilani nampaknya tak mengenal dia dan maminya.
"Tuan, saya akan mulai bekerja besok pagi. Karena sore ini, saya masih harus menyelesaikan pekerjaan saya di rumah sakit. Boleh saya mendapatkan catatan kesehatan nyonya Tiara? Supaya saya tahu obat-obat apa yang harus dikonsumsi nya."
Elvaro memberikan catatan kesehatan ibunya. Eilani nampak mengambil ponselnya dan memotret dengan kamera ponselnya. Ia menyerahkan kembali catatan itu pada Elvaro.
"Saya pamit dulu tuan. Nanti besok jam setengah tujuh pagi, saya sudah berada di sini. Selamat sore." pamit Eilani lalu segera meninggalkan kamar itu.
Elvaro mengikutinya dari belakang. Ingin sekali ia memeluknya namun ia tak mau dianggap kurang ajar. Makanya Elvaro segera menghubungi Ardy untuk menanyakan tentang Eilani pada istrinya.
***********
"Namanya Eilani Ningrum. Ia berusia 25 tahun. Ia lulusan akademi keperawatan dari Liverpool, kemudian mengambil lisensi keperawatan di Jakarta, pernah bekerja di salah satu rumah sakit di Liverpool. Alamatnya di Bali jelas. Ia tinggal di sebuah apartemen sederhana dekat rumah sakit." Kata Ardy sambil membaca data Eilani yang dikirimkan istrinya.
"Tanggal lahirnya?"
"9 September."
Elvaro mengangguk yakin. "Aku nggak mungkin salah orang, Kan?"
"Ya. Aku kaget juga saat melihat fotonya."
"Kamu bilang ke Seren tentang hubungan aku dengan Eilani di masa lalunya?"
Ardy menggeleng. "Istriku bakalan nggak suka padamu. Kamu tahu kan, dia anti lelaki yang suka selingkuh, kdrt, menyakiti perempuan. Bisa-bisa dia menyuruh aku berhenti menjadi asisten mu."
"Menurutmu, Eilani beneran nggak kenal aku? Atau dia pura-pura lupa?"
Ardy mengangkat kedua bahunya. "Aku nggak tahu, El. Kamu yang pernah sangat dekat dengannya."
"Dia menatap aku seperti orang yang baru pertama kali kenal. Nggak mungkin dia melupakan aku begitu saja. Aku tahu kalau aku sudah sangat menyakitinya di masa lalu."
"Kamu masih mencintainya?"
"Entahlah. Aku bingung saat melihat respon nya ketika ketemu tadi."
"Seren bilang, Eilani adalah perawat yang sangat menyenangkan, mudah bergaul dengan siapa saja dan disukai banyak orang. Ia juga pintar dan terampil. Makanya ia merekomendasikan gadis itu."
Elvaro nampak gelisah. Ia tak sabar menunggu besok untuk melihat bagaimana Eilani bersikap padanya. Ia juga meminta Ardy untuk datang ke rumahnya agar bisa ketemu langsung dengan Eilani.
*********
Besok pagi, sesuai janjinya, Eilani datang pukul setengah tujuh pagi. Ia langsung diantar Elvaro ke kamar mami nya.
"Eilani, jika berkenalan dengan mami ku, sebut saja namamu Ani ya?" kata Elvaro sebelum mereka masuk kamar.
"Kenapa?" tanya Eilani terlihat bingung.
"Mami pernah nggak suka dengan seseorang yang namanya sama seperti kamu." Kata Elvaro sambil melihat bagaimana reaksi Eilani.
"Oh..., baiklah. Nggak masalah." Eilani tersenyum manis membuat hati Elvaro bergetar.
Saat pintu kamar terbuka, nampak Tiara sudah bangun dan sedang bersandar di kepala ranjang.
"El..., kamu kah itu?" tanya Tiara.
"Iya mami." Elvaro mendekat dan duduk di pinggir ranjang. "Aku membawa seorang perawat baru untuk mami. Namanya suster Ani."
"Mami kan sudah bilang, mami nggak butuh perawat." Tiara terlihat kesal.
"Mami kan tahu kalau mami masih dalam tahap pemulihan. Mami butuh orang untuk membantu mami minum obat, makan dan terapi." Elvaro berusaha sabar setiap kali berbicara dengan maminya.
"Biar saja mami seperti ini."
"Mami....." Kalimat Elvaro terhenti saat ia merasakan kalau pundaknya disentuh oleh seseorang. Elvaro menoleh. Nampak Eilani sudah berdiri di belakangnya. Dengan gerakan tangan, ia meminta ijin untuk mendekati Tiara.
Elvaro pun berdiri.
"Tuan keluar saja." bisik Eilani sangat dekat di telinga Elvaro membuat desiran aneh itu kembali datang. Elvaro memejamkan matanya sebentar. Sekilas kenangan indah itu melintas di kepalanya.
"Baiklah."
Eilani menunggu sampai Elvaro keluar. Ia kemudian berdiri di dekat ranjang.
"Selamat pagi nyonya Tiara. Perkenalkan namaku Ani."
Tiara diam sejenak. Rasanya ia pernah mendengar suara ini. Tapi di mana?
"Aku tahu, nyonya tak suka ada perawat di samping Nyonya karena nyonya sangat menderita dengan keadaan nyonya."
"Sok tahu kamu!"
Eilani tersenyum. "Apakah nyonya ingin selamanya ada dalam kegelapan dan ketidakberdayaan ini?"
"Hei...., jangan sok menasehati aku, suster bodoh! Kamu tahu apa dengan kondisiku sekarang? Memangnya kamu pernah buta? Pernah lumpuh?"
"Aku memang belum pernah. Dan aku tahu betapa sulitnya menerima kenyataan ini. Sekarang, sebaiknya nyonya turun dari ranjang ini dan kita jalan-jalan keluar kamar."
"Aku nggak mau!"
"Kalau begitu, ijinkan aku menyuntikan obat tidur supaya nyonya langsung tidur kembali."
"Kamu jangan kurang ajar ya!"
"Aku akan melakukannya dan aku yakin kalau anak nyonya nggak akan tahu. Aku akan bantu nyonya supaya cepat mati saja."
"Hei.....!" Tiara nampak meradang.
"Apa salahnya sih keluar kamar? Nyonya nggak usah memperdulikan apa yang akan mereka katakan. Kan Nyonya buta. Jadi cuek saja. Ayo!"
Sementara itu di ruang tamu, Ardy baru saja tiba.
"Mana Eilani?" tanya Ardy.
"Di kamar bersama mami."
"Aku punya berita untukmu."
"Apa?"
"5 tahun yang lalu, Eilani mengalami kecelakaan. Ia mengalami amnesia dan kehilangan sebagian memorinya. Menurut Seren, biasanya memori yang hilang adalah sesuatu yang menyakitkan baginya dan mungkin juga ingin ia lupakan."
Wajah Elvaro terlihat sedih. "Dan aku adalah sesuatu yang menyakitkan baginya?"
"Kamu tahu bagaimana terlukanya Eilani saat itu. Menurut cerita Eilani pada istriku, ia kehilangan memori tentang kisah hidupnya di 2 atau 3 tahun sebelum mengalami kecelakaan. Dan aku pikir, itu saat dia bertemu denganmu. Makanya ia tak ingat dengan dirimu dan kisah kalian dan aku juga sangat yakin, dia tak ingat diriku."
"Tapi kata paman dan bibinya, Eilani pergi ke Amerika."
"Kamu kan tahu kalau mereka juga pada akhirnya tak menyukaimu."
Pintu kamar Nyonya Tiara terbuka. Nampak Eilani yang mendorong kursi roda Tiara keluar kamar.
"Selamat pagi tuan Ardy!" sapa Eilani membuat Ardy terkejut.
"Kamu mengenalku?" tanya Ardy.
"Satu rumah sakit mengenal anda sebagai suami dokter Seren. Foto kalian ada di ruangan dokter Seren dengan tulisan nama yang sangat besar di sana. Satu rumah sakit tahu bagaimana bucin nya anda mengejar dokter Seren dengan mengiriminya bunga setiap hari." Ujar Eilani lalu mendorong kursi roda itu keluar.
"Ternyata, dia mengenalku sebagai suami dokter Seren dan bukan sebagai pacar Laura teman baiknya."
Elvaro menatap Eilani yang sudah ada di halaman rumahnya. Pertama ia bingung bagaimana bisa Eilani membujuk mami keluar kamar dan kedua, ia sok saat tahu kalau Eilani kena amnesia.
"Aku akan membuatnya jatuh cinta lagi padaku. " kata Elvaro saat merasakan jantungnya berdetak kencang ketika melihat gadis dari masa lalunya.
"Kamu gila ya? Kamu sudah lupa dengan Citra?"
************
Hallo semua.....
Bagaimana dengan cerita emak ini?
Semoga kalian suka ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sandisalbiah
sejahat apa perlakuan Elvano sampai Elani begitu terluka dulu
2024-09-19
1
Rihla Arsya
sempat berhenti bca novel
lanjut
2023-10-31
1
Ela Jutek
nyimak dulu lah😁
2023-09-28
1