Eilani sudah menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Tiara yang masih berpura-pura buta ingin menahan Perempuan yang masih menjadi menantunya itu untuk ada bersamanya. Makanya ia tak mau mengatakan kalau sebenarnya ia sudah bisa melihat.
"Suster Ani sudah mau pulang ya?" tanya Tiara karena ia melihat kalau Eilani sedang membereskan barang-barangnya.
"Iya nyonya. Bibi saya sedang sakit. Jadi saya harus pulang untuk menjaganya. Atau, nyonya masih ada keperluan denganku?"
"Kamu punya bibi?"
"Iya. Bibi adalah satu-satunya kerabat yang aku miliki sekarang ini. Suami bibi sudah meninggal 2 tahun yang lalu makanya bibi pulang dari Inggris dan tinggal bersamaku."
"Bibi mu kerjanya apa?"
"Bibi awalnya adalah seorang perawat juga. Namun sejak kembali ke Indonesia dia memilih pensiun dan justru menjadi pembuat kue. Hasilnya lumayan sih. Bibi hanya posting di medsos dan ternyata banyak yang suka dengan kue buatannya."
"Bibirmu pernah tinggal di Inggris? Aku juga pernah tinggal di Inggris."
Eilani mengangguk. "Ya. Karena suami, nyonya adalah orang Inggris kan? Inggrisnya di mana?"
Tiara sempat diam sejenak. Lalu ia pun berkata. "Liverpool."
"Kok bisa sama ya? Aku juga pernah tinggal di Liverpool selama beberapa tahun."
"Kenapa pindah?"
Wajah Eilani terlihat sedih. "Sesuatu yang buruk terjadi dalam hidupku. Bahkan saking buruknya, sampai aku melupakan semuanya itu. Ah, sudahlah. Aku tak ingin mengingatnya lagi. Kata bibiku, lebih baik aku tak akan pernah mengingatnya lagi."
Tiara hanya mengangguk. Ia tahu, masa lalu Eilani yang buruk itu terjadi karena ada andilnya di dalam.
"Suster Ani, terima kasih untuk hari ini ya? Terima kasih atas semua perhatian yang kau curahkan untukku."
Eilani mendekati Tiara lalu memegang tangan wanita itu. "Nyonya, kedekatan kita selama hampir setahun ini membuat aku senang. Aku juga belajar banyak hal di sini. Aku percaya, orang baik seperti nyonya pasti akan bisa melihat lagi."
Air mata Tiara jatuh melihat kebaikan hati Eilani. Betapa menyesal hatinya saat tahu bagaimana perempuan yang dulu disia-siakan nya justru kini sedang merawatnya dengan tulus.
"Masa laluku buruk, suster. Aku bahkan sangat jahat pada banyak orang. Termasuk pada wanita yang dicintai anakku."
"Lupakan masa lalu, nyonya. Tetaplah masa depan dengan penuh keyakinan bahwa kita sudah diberikan waktu oleh Tuhan untuk berubah, maka jangan pernah menyia-nyiakannya."
Tiara mengangguk. "Pergilah suster. Kasihan bibinya menunggu."
Eilani pun pamit. Ia mengambil tas nya dan langsung pergi. Namun saat ia membuka pintu utama, bertepatan dengan itu mobil Elvaro terlihat memasuki halaman rumah. Mobil berhenti tepat di sampingnya dan nampak Elvaro turun dengan wajah yang agak memerah.
"El, kamu sakit?" tanya Eilani dan langsung mendekati Elvaro. Secara spontan ia memegang tangan Elvaro dan langsung terkejut saat merasakan permukaan kulitnya sangat panas.
"Kepala ku sakit, Ei." Elvaro dengan manjanya segera melingkarkan tangannya di bahu Eilani.
"Ayo masuk!" ajak Eilani. Ia memapah Elvaro. Ned yang membukakan pintu terkejut.
"Lho, tuan kenapa?"
"Kayaknya sakit, Ned."
Ned pun langsung membantu Eilani memapah Elvaro untuk segera menaiki tangga, menuju ke kamarnya.
"Ned, tolong ambilkan air hangat dan handuk kecil ya?" ujar Eilani sambil membuka sepatu dan kaos kaki Elvaro.
"Baik suster." Ned bergegas keluar dari kamar Elvaro untuk mengambil apa yang yang diperintahkan oleh suster itu.
"El, apakah kepala mu sakit?" tanya Eilani.
"Sedikit." jawab Elvaro tanpa membuka matanya.
"Sebaiknya, jas mu dilepaskan saja, El. Suhu tubuhmu pasti sangat tinggi."
Elvaro mengangguk lemah. Ia bangun secara perlahan untuk mempermudah dia melepaskan jasnya. Eilani membantu Elvaro. Tatapan mereka bertemu, membuat jantung Eilani berdetak dengan sangat cepat. Namun, ia belajar profesional dalam mengajarkan segala sesuatu. Setelah jas yang dipakai Elvaro dikeluarkan dari tubuhnya, Eilani membuka kancing kemeja Elvaro.
"El, kemejanya juga di lepas kan ya?" ujar Eilani.
"Iya."
Eilani pun membantu Elvaro dalam melepaskan kemejanya. Setelah itu Elvaro kembali berbaring dengan hanya menggunakan kaos dalamnya saja.
Ned datang dengan membawa apa yang Eilani perintahkan tadi. Eilani pun langsung mengompres dahi Elvaro sambil ia meminta Ned untuk membelikan 2 macam obat yang bisa membantu menurunkan demam Elvaro.
"Jangan pergi, Ei. Jangan tinggalkan aku. Kamu tahu kalau sejak dulu aku hanya mencintaimu." Elvaro mulai meracau sambil menahan tangan Eilani yang sementara memegang dahinya.
Eilani tahu kalau itu Elvaro ucapkan di luar dari kesadarannya karena panas tubuhnya yang terlalu tinggi.
Ia terus mengompres dahi Elvaro.
"Maafkan aku yang dulu pernah menyakiti kamu sampai akhirnya kamu melupakan aku, Ei."
Eilani kaget dengan apa yang Elvaro katakan. Ia bingung memangnya Elvaro dan dia pernah berdoa di cerita masa lalunya yang ia lupakan karena kecelakaan itu?
"Ei, aku mencintaimu.....!"
Eilani terus bertanya-tanya sambil merawat Elvaro. Ia bahkan menelepon bibinya dan memberitahukan kalau ia tak bisa pulang.
Setelah Elvaro diberikan obat, akhirnya pria itu bisa tertidur. Eilani meminta pada Ned untuk tak mengatakan apapun pada nyonya Tiara agar tak membuat wanita itu tegang dengan kondisi anaknya.
"Tuan bagaimana, sus?" tanya Ned. Ia baru saja membawakan makan malam untuk suster Eilani karena sekarang sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam.
"Panasnya sudah turun, Ned. Namun aku harus mengawasinya. Jika panasnya naik lagi, maka kita harus membawanya ke rumah sakit. Ned istirahat saja. Kelihatannya sangat capek. Nanti aku panggil jika perlu sesuatu."
Ned terlihat tak enak hati membiarkan Eilani sendiri. Namun hari ini ia memang sangat capek karena banyak pekerjaan menjelang peringatan setahun meninggalnya papi Elvaro.
"Pergilah, Ned. Aku nggak apa-apa sendiri. Sudah biasa di rumah sakit."
Ned pun mengangguk. Ia segera meninggalkan kamar Elvaro. Nyonya Tiara sendiri sudah tidur. Tadi ia sempat menanyakan keberadaan anaknya namun Ned terpaksa bohong dengan mengatakan kalau Elvaro tak pulang karena ada acara dengan para tamu di hotel.
Di kamar Elvaro, Eilani pun menikmati makan malamnya yang terlambat. Selesai makan malam, ia masuk ke kamar mandi yang ada di kamar Elvaro untuk mandi. Ia takut jika harus mandi di bawa, nyonya Tiara akan tahu keberadaannya yang masih berada di rumah ini. Eilani memang selalu membawa baju ganti setiap kali datang bekerja.
Saat ia mengambil sabun cair yang ada di kamar mandi Elvaro, perempuan itu terkejut. Ini adalah sabun merk Inggris. Di mana Eilani pernah mencium harum sabun ini?
Sambil terus bertanya-tanya, Eilani pun menakutkan mandinya. Namun alangkah terkejutnya dia saat ia baru saja akan mengeringkan tubuhnya dengan handuk, pintu kamar mandi dibuka dari luar. Eilani ternyata tak menguncinya.
"El....!" Eilani menjerit kaget melihat Elvaro yang masuk. Lelaki itu pun tersenyum melihat Eilani.
"Maaf. Aku tak tahu kalau kamu ada di sini." Pria itu terus melangkah masuk dan mendekati Eilani yang masih terpaku di tempatnya berdiri. Elvaro membuka kaos yang dikenakannya dan melemparnya ke seberangan tempat.
"El, kamu mau apa?" tanya Eilani kaget. Ia akan meraih handuk yang tergantung di tempat gantungan namun Elvaro menahan tangannya.
"Temani aku mandi."
"Kamu belum boleh mandi, El. Besok pagi saja. Demam mu kan baru saja hilang."
Elvaro menggeleng. "Aku sudah sehat. Tolong isikan air di bathtub."
Eilani melakukan apa yang Elvaro minta walaupun sebenarnya ia merasa risih karena tubuhnya yang polos. Jantungnya bagaikan mau jatuh dari tempatnya karena situasi diantara mereka.
Elvaro dengan cepatnya membuka celana kain yang dipakainya sekaligus juga dengan underwear nya sehingga ia juga kini polos.
Eilani langsung memalingkan wajahnya. Wajahnya terasa panas. Namun otaknya seakan berkata kalau ia pernah ada di situasi seperti ini dengan seseorang.
Elvaro tersenyum. Ia tentu tak akan lupa dengan apa yang pernah ia dan Eilani lakukan saat mereka masih tinggal di Inggris.
Waktu itu......
"El, kamu mau apa?" Eilani yang sedang berendam di dalam bathtub terkejut ketika ia membuka matanya dan melihat kalau suaminya sudah ada di dalam bathtub bersamanya.
"Mandilah. Memangnya mau ngapain lagi?"
"Tapi aku masih di sini, El. Nanti gantian dong."
"Sayang, bathtub nya luas. Nggak masalah kan jika berdua." Kata Elvaro lalu mulai menenggelamkan tubuhnya. Kakinya justru menyentuh kaki istrinya.
"El.....!" Protes Eilani.
Elvaro tersenyum menyeringai. Eilani mengerti arti senyuman dan tatapan itu. "Aku mau masuk malam ini, El."
"Aku sudah telepon dokter Peter dan meminta ijin agar kamu nggak masuk karena aku demam."
"Kamu demam? Demam apaan? Bukankah tadi saat pulang kantor kamu terlihat baik-baik saja?" Eilani merapatkan tubuhnya dan bermaksud memegang dahi suaminya namun Elvaro dengan cepat menarik tangan istrinya sehingga Eilani akhirnya jatuh ke pangkuannya. Mata Eilani langsung membulat saat merasakan ada sesuatu yang keras di bawah sana.
"El, aku mau kerja. Kamu kan sehat." Eilani akan berdiri namun Elvaro sudah melingkarkan tangannya di pinggang istrinya.
"Aku demam, Ei. Demam akan cintamu." bisiknya dan langsung mencium bibir istrinya.
Kembali ke masa sekarang.....
"Airnya sudah cukup mengisi bathtub. Aku keluar dulu ya?"
Elvaro menahan tangan Eilani. "Temani aku mandi."
"Tapi, El, bagaimana kalau ada yang datang. Lagi pula kita nggak boleh kayak gini. Kitakan....." kalimat Eilani terhenti karena Elvaro sudah membungkam mulutnya dengan ciuman yang panas.
Tangan Eilani berusaha mendorong Elvaro namun ia dikalahkan oleh keinginan tubuhnya yang ingin merasakan sentuhan lelaki tampan ini. Elvaro sungguh tahu dimana titik kelemahan Eilani.
**************
Keinginan Elvaro untuk terus bersama Eilani, justru akan membuat perempuan itu akhirnya menemukan ingatan masa lalunya yang hilang.
Maaf ya emak nggak up dua hari
sangat sibuk dengan pekerjaan.
Semoga kalian suka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Neng Ati
JD penasaran apanyg akan eilani lakukan terhadap elvaro kalau ingatannya kembali
2023-10-03
1
Diana Oktavia
eilani bakal menjauh atau memaafkan el kak en?
2023-10-02
1
cha
ayo Up lagi Mak...
2023-10-02
1