"Di mana mami?" tanya El saat melihat Eilani hanya sendiri di taman belakang ini.
"Nyonya sedang mengajari anak-anak menyanyi. Dia juga ingin makan malam di sini. Jadi kamu pergi saja, El. Biar nanti kami pulang diantar sopir."
Elvaro menggeleng. Ia mengambil tempat duduk di samping Eilani. "Aku ingin di sini."
"Nanti Citra marah. Kasihan kan, dia baru saja sampai. Pasti kangen berat tuh."
El hanya tersenyum kecut. "Sudah ku katakan kalau aku tak memiliki perasaan apa-apa untuknya. Mau putuskan pertunangan kami, aku takut dengan kondisi mami yang belum stabil."
"Iya. Nyonya sebaiknya jangan dibuat terlalu tertekan. Supaya ia punya semangat untuk mengobati matanya."
"Iya, suster. Aku akan mentaati semua perintah mu asalkan kau mau ku ajak makan malam."
Eilani mengerutkan dahinya. "Aku? Bukannya Citra yang harus kau ajak makan malam? Aku nggak mau disebut PHO."
"PHO?"
"Perusak hubungan orang."
El tertawa. "Kamu nggak merusak hubungan kami. Hubungan kami ajak yang memang dari awal sudah rusak."
Eilani menatap Elvaro. "Kenapa mau mengajak aku makan malam? Aku ini seorang janda, El. Lagi pula hubungan diantara kita hanya sebatas tuan dan pembantu."
"Eh.....!" Elvaro tanpa sungkan menyentuh tangan Eilani. "Siapa bilang kalau kita adalah tuan dan pembantu? Kamu itu sudah menjadi sahabat bagi keluarga ku. Semua art menyukaimu. Kalau almarhum papi masih ada, aku yakin kalau dia juga akan menyukaimu."
"Tapi tetap saja nggak baik jika kita terlihat berjalan berdua."
"Aku bukan seorang cowok tulen. Aku juga seorang duda."
"Ha? Kamu nggak bercanda kan, El?"
Elvaro mengangguk. "Aku dan istriku berpisah karena kesalahanku. Dia bahkan melupakan aku dan tak mau mengenal aku lagi. Dulu aku bukan orang yang baik, Ei."
"Dan sekarang kamu adalah orang yang baik?"
Elvaro menarik napas panjang dan memghembuskannya perlahan. "Aku belajar dari kesalahanku. Makanya aku nggak mau membuat Citra berharap. Aku akan memutuskan hubungan kami saat mami sudah benar-benar pulih."
"Baguslah. Sekarang aku mau lihat nyonya Tiara dulu ya?" Eilani berdiri namun Elvaro menahan tangannya.
"Ei, bagaimana dengan ajakan makan malam ku?"
"Kalau sebagai teman, aku mau. Namun jangan di tempat yang biasa kau kunjungi bersama Citra ya? Takut nanti ketemu dan Citra jadi marah padaku."
"Bagaimana kalau makan malam di villa keluargaku saja? Letaknya di pinggiran kota dan dekat danau."
"Boleh juga. Kirimkan saja alamatnya padaku nanti aku datang."
"Baiklah."
"Sekarang, sudah boleh melepaskan tanganku?"
"Oh ya....!" Elvaro jadi malu sendiri saat ketahuan kalau ia masih belum melepaskan tangan perempuan itu.
**********
Eilani merasa kalau ini sesuatu yang salah namun hati kecilnya mendorong dia untuk menerima ajakan itu. Akhirnya, setelah melalui pertimbangan yang cukup alot, Eilani pun memutuskan untuk datang ke alamat yang dikirimkan El padanya.
Sebuah rumah kayu kuno nampak indah. El langsung keluar dari dalam rumah saat mendengar ada suara bunyi mobil dari luar. Ternyata itu taxi yang Eilani sewa.
Setelah membayar ongkos taxi, Eilani pun menatap kagum villa ini. "Waw tempatnya sangat indah. Aku suka.....!" puji Eilani.
"Ini rumah Oma ku. Oma seorang arsitek. Dia memang Perempuan Bali yang menikah dengan opa yang asal Manado. Kami sekeluarga menghabiskan masa kecil di sini karena mami ku adalah anak tunggal. Setelah aku kembali lagi ke Bali, aku merenovasi tempat ini dan kadang kami menghabiskan akhir pekan di sini. Ayo masuk! Kayaknya sudah mau hujan."
Eilani mengikuti langkah Elvaro dan gadis itu terlihat sangat kagum dengan semua perabotan yang ada di sana. Semuanya terbuat dari kayu. Bahkan lantai pun demikian.
"Aku sepertinya pernah punya konsep ingin rumah seperti ini. Apa iya? Kok rasanya seperti Dejavu." Eilani mencoba mengingat sesuatu.
Elvaro tersenyum. Tentu saja dia ingat. Karena konsep rumah seperti ini pernah Eilani sampaikan padanya.
Elvaro yang memang adalah seorang arsitek pun menggambarnya waktu itu......
**********
"Bagaimana menurutmu?" tanya Elvaro menunjukan hasil coretan tangannya. Eilani yang sedang mengatur makanan di atas meja, menghentikan kegiatannya sebentar dan melihat kertas yang disodorkan suaminya itu.
"Aku suka, sayang. Bukan hanya dindingnya yang terbuat dari kayu. Tapi juga lantainya. Namun kamar mandinya nggak boleh lantai kayu. Aku justru ingin kamar mandi yang lantainya kayak menginjak batu-batu kecil dan atapnya bisa di buka jika siang. Aku juga suka bathtub nya walaupun dibuat dari bahan lain namun warnanya harus warna kayu. Dan aku ingin rumah seperti ini di Indonesia bukan di Inggris."
Elvaro memeluk istrinya dari belakang. "Apapun akan ku lakukan untukmu. Bagaimana jika kita membuatnya di Bali?"
"Bali?" Eilani membalikan badannya. "Aku juga dilahirkan di sana, El. Aku suka kembali ke sana."
"Ya. Aku punya sebuah villa warisan dari omaku. Aku ingin membuat rumah impian mu di sana."
"Ah sayang...." Eilani gak sabar dan segera mencium suaminya. Tentu saja ciuman itu disambut dengan sangat antusias oleh Elvaro.
"Eh....." Eilani melepaskan ciuman diantara mereka saat menyadari kalau mereka bisa keterusan jika gak ada yang mau mengalah. "Makannya nanti keburu dingin."
"Habis makan, kita lanjutkan lagi ya?"
"Ih...kamu ini." Eilani mencubit pinggang suaminya.
"Ih...kamu juga suka kan?" El balas mencubit pipi istrinya. Keduanya pun tertawa bersama. Rasanya sangat indah saat itu.
Tak ada yang pernah berpikir, kisah manis mereka akan hancur dalam sekejab setelah kembalinya gadis dari masa lalu El yang belum usai kisahnya.
***********
Kembali ke masa sekarang.....
Langkah Eilani terhenti ketika ia akan memasuki kamar mandi. Entah mengapa sepertinya model kamar mandi seperti ini pernah ia pikirkan sebelumnya.
"Kenapa nggak masuk?" tanya Elvaro melihat Eilani hanya berdiri di depan pintu.
"Entahlah, El. Masuk ke rumah ini, melihat semua bagiannya. Bahkan sampai kamar mandi ini, membuat aku berpikir bahwa sebelumnya aku pernah ke sini. Atau setidaknya pernah memikirkan konsep rumah yang seperti ini." Eilani justru merasa agak pusing. "Pusing aku, El."
"Duduk dulu." Elvaro dengan sigap langsung menahan tubuh Eilani dan mengajaknya duduk di sofa ruang tamu. Dokter pernah mengatakan padanya untuk tidak terlalu keras mengingat sesuatu. Itu justru akan membuat ia merasa sakit kepala.
"Kamu butuh sesuatu? Mau minum? Atau mau makan lagi?" tanya Elvaro penuh perhatian.
"Nggak. Aku sudah merasa baik, kok. Kalau makan nanti, takutnya aku jadi mengantuk."
"Nggak apa-apa. Tidur saja di sini."
Eilani melirik ke samping kanan tempat Elvaro duduk lalu kembali menatap ke depan. "Bahaya!"
"Kok bahaya sih?"
"Kita bukan anak remaja lagi, El. Kita bahkan sudah pernah menikah sebelumnya. Kita sudah pernah merasakan manisnya sebuah hubungan intim. Aku takut nantinya kita salah langkah."
"Nggak ada yang salah jika kita berdua saling tertarik, Ei." Elvaro menahan tangan Eilani yang akan berdiri membuat perempuan itu duduk kembali.
"El....!" Eilani tak berani beradu pandang dengan cowok itu. Ia segera memalingkan wajahnya. Berusaha menarik tangannya dari genggaman Elvaro namun cowok itu semakin kuat menahan tangannya.
"Aku pikir, kalau aku jatuh cinta padamu, Ei." kata Elvaro tanpa bisa lagi menahan perasaannya.
Eilani menggeleng. "Kamu mungkin nggak cinta, El. Kita tuh baru aja 3 bulan kenal. Mungkin kamu hanya sekedar kagum karena melihat aku akhirnya bisa bertahan dengan mamimu dari sekian banyak perawat yang pernah bekerja untuk mamimu."
Aku sudah mengenal kamu lebih dari 7 tahun, Ei. Kebaikanmu, lembut hatimu, dan semua tentang dirimu yang pernah menjadi bagian dalam diriku. Batin Elvaro tanpa berani mengungkapkannya.
"Tak butuh waktu lama untuk jatuh cinta pada wanita seperti mu, Ei. Aku bukan hanya kagum padamu. Namun aku dapat merasakan ada getaran dalam hatiku setiap kali berdekatan denganmu." Elvaro memegang dagu perempuan itu dan memaksanya untuk menatap ke arahnya.
"Ei......, aku tulus mengungkapkan ini padamu."
"Dulu katanya aku begitu bucin pada suamiku sampai tak mengenalnya dengan baik. Akhirnya aku menderita saat menikah dengannya. Aku tak mau jatuh lagi pada lubang yang sama. Maaf, bukannya aku tak percaya padamu, El. Derajat kita saja berbeda. Aku hanya perawat miskin yang berusaha menyambung hidupku dengan datang ke sini. Sedangkan kamu, adalah CEO dari 2 perusahaan besar. Dan aku yakin kalau nyonya Tiara tak akan menyetujui hubungan kita." Eilani menarik tangannya perlahan yang ada dalam genggaman Elvaro.
"Tak dapatkah kita menjadi sahabat saja?" tanya Eilani.
Elvaro menggeleng. "Bagaimana mungkin aku menjadi sahabatmu sedangkan hatiku ingin menjadikan mu sebagai pendamping hidupku?"
Eilani memejamkan matanya sesaat. Ia kemudian berdiri dan hendak pergi namun Elvaro memeluknya dari belakang.
"Aku taku kalau kamu memiliki sedikit rasa untuk, Ei." bisiknya lalu kemudian mencium tengkuk perempuan itu membuat Eilani merasa pernah merasakan kedekatan seperti ini.
************
Bagaimana hubungan Mereka akan terjalin?
Dukung emak terus ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Elvaro akan mengulangi kesalahan yg sama.. menjebak Eilani dgn sebuah hubungan tp dia sendiri masih terikat hubungan dgn wanita lain.. maka Elvaro akan menyakiti Eilani lavi nantinya
2024-09-19
1
Eka elisa
tpi...jgn dulu deng lani.....liat dulu kek mna...sikap tiara dgn mu ktika dia bisa liat nanti.....?brubh jadi singa kah....atau mnyesal minta maaf krna udh skiti kmu di masa lalu.....lok untuk temenan gk papa lah...lok lbih dri itu jgn dulu lani....kmu hrus mntapin hati dulu...
2023-09-16
2
Eka elisa
itu dulu lani el yg gk mau prjuangin kmu smpe tega skiti kmu tpi kali ini dia bkln prjuangin kmu bhkn di coret dari kk bhkn warisan nyonya tiara dia mau lani asalkn bisa mnikah dgn mu dn idup bhgia dgn mu lani....udh cukup slma ini el bodoh bgt ninggalin kmu yg bgtu tulus....cinta ma el....tpi dia..kmkan hsutn tiara atau gdis di masa lalu nya dn tega ninggalin kmu lani.....enthlah hy emk yg tau....
2023-09-16
2