Perlahan Elvaro membuka pintu apartemen mereka. Hatinya langsung merasa bersalah saat ia melangkah masuk dan menemukan Eilani sedang tertidur di sofa ruang tamu, masih menggunakan dress berwarna merah. Sepertinya ia berdandan karena bibirnya menggunakan lipstik.
Mata Elvaro pun tertuju ke meja makan. Lilin yang dipasang hampir habis dan makanan nampak masih teratur rapi di atas meja.
Elvaro duduk di tepi sofa. Berusaha agar tak membangunkan Eilani namun istrinya yang selalu awas itu langsung membuka matanya.
"El, kamu sudah pulang?" matanya menatap Elvaro sekilas kemudian melirik jam dinding yang tepat ada di depannya. Ia pun bangun dan duduk. Berusaha mengumpulkan nyawanya kembali lalu memegang wajah suaminya. "Kenapa baru pulang? Ini sudah jam 11 malam. Aku tadi capek menunggumu. Aku telepon juga nggak diangkat. Apa ada pekerjaan tambahan? Atau ada sesuatu yang terjadi di jalan? Kamu nggak mengalami kecelakaan kan? Kamu.....!"
Cup!
Elvaro tahu kalau Eilani akan banyak bertanya. Jadi dia langsung mengecup bibir istrinya itu untuk menghentikan pertanyaan nya. "Aku lapar."
Eilani tersenyum. "Aku juga lapar. Tapi makanannya sudah dingin. Aku panaskan sebentar ya?"
"Ya. Aku mau cuci muka dan ganti pakaian dulu." Elvaro pun menuju ke kamar mereka yang ada di lantai dua sedangkan Eilani menuju ke dapur untuk memanaskan makanan.
20 menit kemudian, mereka pun sudah duduk di depan meja makan sambil menikmati makan malam yang terlambat. Elvaro terlihat cukup menikmatinya karena memang ia sudah lapar dan masakan Eilani selalu enak.
"El, ada sesuatu? Kenapa makan tanpa bicara? Apakah masakanku kurang enak?"
Elvaro menatap Eilani yang duduk di sampingnya. Ia mengusap kepala istrinya. "Masakan mu selalu enak, sayang. Aku hanya merasa bersalah membuat kamu menunggu lama sampai ketiduran."
"Nggak masalah, El. Tapi lain kali kamu kasih tahu aku ya? Supaya aku nggak cemas menunggu. Kan baru kali ini kamu pulang terlambat tanpa kabar."
Elvaro mengangguk. Ia segera menghabiskan makanannya lalu membantu Eilani membereskan meja dan mencuci peralatan makan yang kotor.
"Biar aku saja, El."
"Kamu istirahat saja, sayang. Nanti aku yang bereskan. Bukankah besok kamu ada jadwal pagi?"
Eilani mengangguk. Ia pun segera menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Sedangkan Elvaro, menatap kepergian Eilani dengan hati yang galau. Karena sesungguhnya, ada Stella di apartemen ini. Stella ditempatkan Eilani di unit lantai dua yang biasa di tempati oleh tamu perusahaan.
Hanya apartemen ini yang sistem keamanannya sangat aman menurut Elvaro. Keberadaan Stella akan tak terlacak di sini karena memang unit dilantai dua itu terdaftar atas nama perusahaan milik keluarga mereka.
Elvaro tak mau mengatakan keberadaan Stella karena Stella hanya akan beberapa hari ada di sana. Elvaro akan membantu Stella keluar dari Inggris dan pergi ke Australia. Di negara itu Stella akan aman karena suami kakaknya adalah seorang anggota kepolisian.
**********
Pagi-pagi sekali, Eilani sudah berangkat ke rumah sakit, setelah selesai menyiapkan sarapan untuk Elvaro.
Sedangkan Elvaro karena tidur sudah menjelang subuh, bangun disaat waktu sudah menunjukan pukul 8 lewat. Ia dengan cepat mandi karena teringat di unit tempat Stella berada tak ada makanan di sana.
Elvaro segera memesan makanan lewat aplikasi lalu segera turun ke bawa menemui Stella.
"El, aku mohon belikan aku baju ya? Aku lari tanpa membawa baju satu pun. Dan aku juga tak membawa uang." Stella terlihat malu mengungkapkan keberadaan dirinya namun ia terpaksa harus bicara. Sudah hampir 4 hari ia menggunakan pakaian yang sama.
"Aku akan meminta Ardy menyiapkan semua keperluanmu.'"
Stella menangis. "Terima kasih, El."
"Sudahlah. Jangan menangis. Berdoa saja agar semuanya lancar."
Stella bersandar di bahu Elvaro. "Ah, El. Andai saja dulu aku punya keberanian untuk mengatakan semua kepadamu, tentu nasibku tak akan seperti ini. Aku sungguh bodoh!"
"Jangan menyesali semua yang terjadi. Tatap saja masa depan. Aku yakin kalau kamu pasti bisa melaluinya." Elvaro berusaha untuk tak menyentuh Stella. Namun Perempuan itu melingkarkan tangannya di lengan El membuat ia pun menepuk bahu Stella untuk menenangkan gadis itu.
************
Di rumah sakit......
"Ei.....!"
Eilani yang baru selesai sarapan menatap sahabatnya itu. "Laura...., kok kamu masuk pagi sih?"
"Kemarin aku tukaran jadwal dengan Susie. Ardy meminta aku menemaninya belanja beberapa pakaian perempuan. Bahkan ada baju dalamnya, handuk, parfum, sabun mandi dan beberapa cream wanita. Bukan buat kamu kan?"
"Kok buat aku sih?"
"Soalnya, aku sempat mengintip dan membaca wa si pengirim. Ternyata itu dari Elvaro."
"Ha? Kamu nggak tanya ke Ardy?"
"Ada sih. Kata Ardy, ada tamu perusahaan yang menginap di apartemen perusahaan."
"Apartemen yang ada di lantai 2? Lalu kenapa harus Elvaro yang membelikan itu semua?" Eilani merasa heran.
"Nggak tahu. Aku juga bingung. Sampai skin care nya dibelikan. Apakah mungkin tamunya kehilangan kopernya? Kenapa bukan dia yang membelikan nya sendiri?"
"Iya juga ya...." Eilani mencoba berpikir positif. "Kamu tahu nggak siapa nama tamunya?"
"Kalau nggak salah namanya Stella."
"Stella? Kok aku merasa pernah mendengar nama itu ya?" Eilani mencoba mengingat dimana ia pernah mendengar nama Stella. Tiba-tiba dahinya berkerut. Dia ingat saat pertama Elvaro dan dia bertemu. Elvaro pernah mengucapkan nama itu. Apakah itu Stella mantan pacarnya?
Hari ini Eilani pulang lebih cepat karena hatinya jadi tak tenang setelah mendengar cerita Laura. Namun dia bukanya tipe perempuan yang suka kepo dengan urusan orang. Sekalipun Elvaro adalah suaminya namun Eilani yakin, Elvaro akan jujur padanya makanya dia enggan untuk menjawabnya.
Begitu turun dari taxi, Eilani pun menaiki tangga lobby. Di sana ia berpapasan dengan seorang pengantar makanan. Penjaga pintu langsung membukakan pintunya.
"Selamat siang nyonya Evans!" sapa sang penjaga pintu.
Eilani berhenti sedikit dan memperhatikan sang pembawa makanan.
"Pesan makanan untuk siapa?"
"Nona Stella Jonsons di unit nomor 2023."
Jantung Eilani bagaikan berhenti berdetak.
"Sudah dibayar?"
"Sudah di transfer pembayarannya oleh tuan Elvaro Evans." kata sang pengantar makanan itu sambil membaca struk yang ada di tangannya.
Penjaga pintu segera menerima makanan itu dan menutup pintu kembali.
"Nyonya, tuan Elvaro sejak tadi sudah datang. Tapi kayaknya hanya diantar sopir karena saya melihat mobilnya kembali pergi."
Elvaro memang punya tempat parkir khusus di apartemen ini sebagai salah satu anak pemilik saham apartemen ini.
"Oh iya. Kami janjian mau makan siang." Eilani terpaksa berbohong. Ia segera menuju ke lift dan langsung ke lantai teratas tempat unitnya berada.
Namun begitu ia membuka pintu, Elvaro tak ada di sana. Eilani pun mencoba meneleponnya. Baru sekali bunyi, panggilannya langsung diterima.
"Hallo sayang, ada apa?" tanya Elvaro. Suaranya terdengar biasa.
"Kamu di mana?"
"Aku ada di apartemen. Ada sesuatu yang aku lupakan di sini. Kenapa? Kamu sudah makan siang? Kalau pulang mau aku jemput?"
"Nggak perlu, El. Karena aku sudah berada di apartemen. Selamat siang!" Eilani dengan kesal melemparkan ponselnya di atas meja. Ia paling benci di bohongi.
Di dalam unit yang ditempat Stella, Elvaro sedang ada di balkon saat menerima panggilan Eilani sedangkan Stella membuka pintu saat mendengar dari interkom kalau makanan pesanannya sudah datang.
Elvaro sangat terkejut saat Eilani mengatakan kalau ia sudah berada di apartemen. Ia sudah ketahuan bohong.
"Stella, aku pergi dulu ya?"
Wajah Stella nampak kecewa. "Makanan baru saja datang, El."
"Istriku ada di atas. Aku harus menemuinya dulu." Elvaro segera pergi walaupun wajah Stella terlihat begitu kecewa. Tangannya bergetar saat menekan tombol lift. Ingin rasanya ia segera berada di lantai teratas apartemen ini.
Saat pintu terbuka, Eilani tak ada di sana. Elvaro segera ke kamar dan menemukan istrinya baru keluar dari walk in closet. Nampaknya Eilani baru selesai ganti pakaian.
"Sayang.....!" Elvaro mendekat namun Eilani menjauh. "Kenapa nggak makan saja di sana? Bukankah pesanan makanannya baru saja datang? Hebat kamu ya, berani berbohong padaku. Cinta lama bersemi kembali dengan Stella? Kamu tahu kalau aku paling benci dibohongi, El!" teriak Eilani dengan emosi yang tak tertahankan lagi.
"Ei, dengar dulu." Elvaro tahu kalau ia sudah melakukan kesalahan yang besar.
"Sudah berapa lama kau sembunyikan selingkuhan mu itu di sana?"
"Ei, Stella bukan selingkuhan ku. Ada sesuatu yang terjadi dengannya yang membuat aku harus menolongnya. Dia sudah dua hari di sana." Elvaro berusaha meraih tangan Eilani namun Perempuan itu dengan tegas menepiskannya.
Elvaro menceritakan apa yang diceritakan Stella padanya. "Badannya penuh luka memar, Ei. Aku menolongnya atas dasar kemanusiaan bukan karena ia mantan pacarku. Aku hanya kasihan padanya."
"Seharusnya kamu jujur padaku, El."
"Maafkan aku, sayang, aku.....!" Elvaro akan berbicara namun ponselnya berbunyi. Entah siapa yang meneleponnya namun Elvaro dengan cepat segera berlari ke luar kamar. Hati Eilani menjadi nelangsa.
***********
Jahatnya kamu El....
Apakah Eilani akan sabar?
Ataukah akhirnya menyerah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀💜⃞⃟𝓛 Jibril Adinda
kalo hanya menolong seharusnya gk sampai 2hari dan yg pasti harus cerita sama istri, karena kamu bukan single lagi El
2023-09-20
1
Eka elisa
pasti tu uler kdot mndrama.. mo budir klik...biar el simpati dn grcep bntuin....iuuh...mereshkn...jijay tau liat klakuan stella...yok parasit. 😏😏gila dmi mntan rela tinggalin bini tnpa pesan....lari ngibrit dmi sang mntan...😏😏😏😏
2023-09-20
2
Eka elisa
bulsit lani omongan buaya galon itu boong....el msih ada rasa ma uler kadot itu...mknya dia mau di pepet" mulu tu ma plakor....udh prgi aj yg jauh lany jgn prnh kmbali lagi ma pnghianat...jgn mau di hianati apa lagi brhianat lani...tendang aj ke laut el nya..😏😏😏
2023-09-20
3