"Mami memang tak menerimamu sebagai menantu. Namun mau bagaimana lagi. Elvaro sudah menikah denganmu. Kamu sekarang membawa nama keluarga Evans. Mami juga tak terlalu menyukai Tiara sebenarnya. Mami nggak mau Elvaro menjadi pria tukang selingkuh. Makanya mami mengatakan ini padamu."
Itu yang Tiara katakan saat mereka dalam perjalanan menuju ke hotel.
Tiara sendiri yang mengendarai mobil dan Eilani duduk di sampingnya tanpa bicara. Perempuan itu sedang galau. Pantas saja saat Eilani menelepon semalam, El tak mengangkatnya dan Eilani berpikir kalau suaminya itu sudah tertidur.
Begitu tiba di hotel, Tiara turun lebih dulu dan menyerahkan kunci mobilnya pada penjaga pintu dan segera masuk ke lobby diikuti oleh Eilani yang masih menggunakan seragam perawatnya ditutupi dengan sebuah sweater berwarna merah.
"Selamat pagi. Saya nyonya Tiara Evans."
Resepsionis yang bernama Vera itu pun langsung tersenyum. Keluarga Evans merupakan salah satu pemegang saham di hotel ini.
"Ada yang bisa saya bantu, nyonya?"
"Anak saya menginap di sini. Kami ingin membuat kejutan ulang tahun padanya. Aku minta kunci cadangan untuk kamarnya. Boleh kan?" Tiara berkata sambil sedikit berbisik sambil menyisipkan beberapa lembar uang. "Dia berada di kamar 788."
Vera tersenyum senang. Ia mengambil kunci yang ada di lemari dan menyerahkan pada sang nyonya.
Tiara pun mengajak Eilani untuk masuk ke dalam lift menuju ke lantai 7.
Entah bagaimana perasaan Eilani saat itu. Yang pasti ia berusaha menguatkan dirinya apapun nanti yang akan terjadi.
"Mami nggak mau masuk! Kamu saja." Tiara menyerahkan kunci itu di tangan Eilani. Agak berat sebenarnya Eilani menerimanya. Namun ia ingin membuktikan segalanya. Di tempelkannya kartu itu pada gagang pintu, dan akhirnya pintu terbuka. Secara perlahan Eilani masuk dan menyusuri lorong kecil. Ia tiba di ruang tamu. Ini memang kamar termewah di hotel ini sehingga memiliki ruang tamu dan dapur yang terpisah dari tempat tidur.
Langkah Eilani pun diarahkan ke tempat tidur berada. Apa yang disaksikannya di atas tempat tidur membuat jantungnya bagaikan ditarik keluar dari tempatnya.
Elvaro duduk bersandar di kepala ranjang dengan bagian atas tubuhnya yang polos sedangkan bagian bawahnya tertutup dengan selimut. Dan Stella sedang bersandar di dada Elvaro sambil menangis. Tubuh bagian atasnya pun polos.
"Selamat pagi!" Kata Eilani dengan suara yang bergetar menahan tangis.
"Ei......!" Elvaro kaget luar biasa saat melihat Eilani ada di kamar itu. Ia berusaha untuk turun namun Stella memeluknya dengan erat.
"Jangan turun, El. Biarkan Stella memelukmu. Nikmatilah perzinahan kalian."Eilani membuka cincin pernikahan ditangannya dan melemparkannya ke arah Elvaro. Cincin itu tepat mengenai dahi Elvaro. Dengan cepat Elvaro menangkap cincin itu sebelum jatuh ke lantai dan ia melompat turun dari ranjang. Eilani bertambah hancur saat melihat suaminya hanya mengenakan boxer.
"Aku mengutuk hari di mana kita pertama kali bertemu. Aku akan meminta Tuhan untuk menghilangkan semua ingatanku tentang kamu! Aku bersumpah tidak akan pernah memaafkan mu!" teriak Eilani.
"Ei....dengar dulu!" Elvaro perlahan mendekat.
"Aku membencimu! Aku tak mengenal kamu!" Eilani pun berlari ke luar kamar. Ia bahkan tak peduli sudah menabrak Tiara yang berdiri di depan pintu. Tiara hanya tersenyum melihat kehancuran Eilani. Ia kemudian melangkah masuk ke dalam dan menatap putranya yang sedang memakai pakaiannya dengan terburu-buru.
"Bagus, El. Kamu menghancurkan pernikahanmu sendiri. Mami salut padamu!" kata Tiara sambil mengangkat kedua jempolnya.
Elvaro tak memperdulikan kata-kata maminya. Ia segera meraih kunci mobilnya dan pergi menyusul Eilani.
***********
Elvaro kini berdiri di depan pintu rumah paman dan bibi Eilani. Sejak tadi ia mengetuk pintu namun tak ada yang membukanya. Elvaro bahkan sudah berulang kali menelepon nomor ponsel bibinya Eilani. Namun panggilannya selalu ditolak.
Sampai akhirnya, muncul pesan dari bibi Eilani.
Jangan cari Eilani lagi. Kami sudah tahu yang sebenarnya. Kamu memang tak pantas untuk anak kami.
Selama satu minggu lebih Elvaro mencari Eilani. Ia bahkan tak peduli dengan keadaannya yang tak pernah mandi dan bahkan jarang sekali makan. Sampai akhirnya Elvaro pingsan karena kelelahan dan stres. Ia dilarikan ke rumah sakit oleh Ardy dan mami Tiara.
***********
Air mata Elvaro mengalir lagi saat ia menggenggam cincin pernikahan mereka yang masih ia simpan.
Semua yang pernah terjadi di masa lalu itu menyakitkan untuk diingat.
"Mungkin Tuhan mengabulkan doa Eilani yang mengutuk aku hari itu dan meminta agar ingatannya dihilangkan tentang aku." Elvaro menghapus air matanya. Hanya di depan Ardy, dia bisa menangis.
Kepergian Eilani yang menghilang secara mendadak membuat hubungan Ardy dan Laura pun akhirnya kandas. Laura ikut membenci Ardy karena dianggapnya bersekongkol dengan Elvaro.
"Mengingat masa lalu mu membuat aku mengingat juga gadis cantikku yang tak bisa ku sentuh. Entah bagaimana kabar nya sekarang. Dia pun ikut pergi dengan menghilangnya Eilani saat itu." Ardy mengingat kembali kenangan manisnya saat ada di Liverpool. Kota penuh kenangan.
"Mungkin sebaiknya ingatan Eilani tak akan pernah kembali. Hanya dengan cara seperti itu, aku bisa memilikinya lagi. Aku akan menebus semua kesalahan dan kebodohanmu di masa lalu."
Ardy akan bicara namun pintu ruangan dibuka dari luar. Citra masuk dengan wajah masam.
"Kenapa El? Kenapa bukannya datang pada ku, kamu justru pergi makan malam dengan perawat itu?" teriak Citra histeris.
"Citra! Pelan kan suara ! Aku tidak mau ada gosip di kantor ini." Elvaro nampak marah karena pintu ruangannya terbuka dan bisa saja ada yang lewat dan langsung menebar gosip.
Ardy yang langsung berinisiatif keluar lalu menutup pintu sambil berjaga di depan pintu karena ia tahu kalau sekretaris Elvaro yang bernama Ayu itu, cukup bermulut pedas.
Sementara itu di dalam ruangan Elvaro, Citra masih memasang wajah cemberutnya.
"Citra, bolehkah kita bicara nanti saja? Aku banyak pekerjaan sekarang. Sebentar lagi aku dan Ardy akan keluar untuk meninjau proyek pembuatan jalan tol."
"Aku ikut!"
"Citra, kamu kan tahu suasana di sana. Panas, berdebu dan kami akan lama di sana."
"Terus kapan kita punya waktu untuk bersama? Aku ingin punya waktu khusus bersamamu. Aku sudah seminggu di sini namun sama sekali kita belum berkencan."
"Bolehkah kita berkencan nanti akhir pekan ini? Mami butuh perhatian aku karena ia akan menjalani operasi mata."
Citra masih cemberut. "Sebaiknya aku pulang saja. Awas ya kalau kamu membatalkan waktu kencan kita Sabtu ini. Aku mau kita kencan seharian." Citra mengecup pipi Elvaro dan langsung pergi meninggalkan ruangan Elvaro.
***********
Inilah kebahagiaan yang Elvaro selalu datang rasakan setiap kali pulang dan mendengar tawa bahagia maminya yang nampak selalu berbaur dengan para art di dapur.
"Selamat sore ....!" sapa Elvaro.
"El, kau sudah pulang?" Tiara tersenyum saat mendengar suara anaknya.
Elvaro mendekat dan langsung memeluk maminya yang sedang duduk di kursi makan. "Selamat sore, mami. Apa kabarnya hari ini?"
"Kami semua senang-senang hari ini, El. Kamu sih terlambat pulang. Kami baru selesai minum kopi dan makan kue buatan suster Ani. Kuenya sangat enak. Sayangnya habis. Semua nggak puas hanya makan sepotong." kata Tiara dengan begitu senangnya.
"Tentu saja kue strawberry buatan suster Ani nggak ada duanya. Enak. Apalagi jika di makan saat masih hangat dengan kopi capuccino."
"Kok kamu tahu kalau yang aku buat adalah kue strawberry?" tanya Eilani membuat semua yang ada di sana juga menatap Elvaro. Karena tak ada kue yang tersisa di atas meja.
"El, kok kamu bisa tahu?" Tiara pun ikut bertanya.
"Memangnya kalian tak tahu? Ruangan ini bau strawberry dan kopi capuccino? Aku juga yakin kalau mulut kalian semuanya bau yang sama." Elvaro berusaha membuat alasan yang masuk akal. "Aku mau mandi dan istirahat dulu. Ned, bangunkan aku jika sudah makan malam ya?" Elvaro bergegas meninggalkan ruangan itu sebelum ia dijebak dengan pertanyaan lain.
"Apa iya kita bau strawberry?" Ned membaui badan dan mulutnya sendiri. "Sepertinya iya. Ada aroma strawberry."
Semua tertawa. Demikian juga dengan Eilani. Namun Perempuan itu dipenuhi tanda tanya besar di kepalanya. Sekalipun benar ruangan ini bau strawberry namun mengapa Elvaro tahu kalau kue itu enak dinikmati jika masih panas?
Mereka pun akhirnya bubar untuk menyiapkan makan malam. Eilani mengajak Tiara ke kamarnya untuk mandi sore.
Tiara sudah bisa mandi sendiri tanpa bantuan Eilani lagi. Saat ia selesai mandi, ia mendengar kalau Eilani nampaknya sedang bicara dengan seseorang. Tiara yakin kalau Eilani sedang menelepon. Namun langkahnya terhenti saat sebuah nama disebutkan.
"Jangan lupa ya? Eilani di sini selalu menunggu. Bye....!
Seketika jantung Tiara seakan berhenti berdetak. Nama itu, nama yang pernah dibencinya di masa lalu. Nama yang membuat putra bungsunya pernah terpuruk dan hampir terjun ke dunia narkoba lagi.
************
Akankah Tiara tahu yang sebenarnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sandisalbiah
kok gak rela kalau Eilani balik ke El.. krn El gak pantas buat Eilani... Eilani pantes dapet pria yg lebih baik dan gentle.. yg pastinya bukan lelaki bodoh seperti El
2024-09-19
0
kyurie
nangis bgt part ini 😭😭
2023-10-05
1
Diana Oktavia
dan akhirnya tuhan mengabulkan doamu ei 😭😭 sedihhh
2023-09-28
1