Perlahan Eilani mendorong dada Elvaro sehingga ciuman diantara mereka terlepas. Napas keduanya memburu. Elvaro sama sekali tak mau menjauhkan wajahnya dari wajah Eilani. Hidung mancung keduanya saling bersentuhan.
"Jangan, El. Ini di rumah sakit." kata Eilani sedikit berbisik. Ia tahu tangan Elvaro sekarang ada di dadanya. Jujur saja kalau dia menginginkannya juga. Namun dia tahu kalau ini dimana.
Elvaro memejamkan matanya. Sepertinya ia berusaha mengembalikan akal sehatnya yang tadi sempat hilang karena ciuman panas diantara mereka.
Perlahan Elvaro menarik tubuh Eilani dan memeluknya. Ia mengecup puncak kepala perempuan itu. "Jangan menjauh. Aku ingin tidur seperti ini." kata Elvaro saat dirasakannya kalau Eilani ingin menarik diri dari dekapannya.
Eilani memejamkan matanya. Ada suatu perasaan aneh yang dirasakannya. Seolah tidur sambil berpelukan seperti ini sudah biasa mereka lakukan. Dan Eilani seakan menemukan kedamaian.
Saat pagi menjelang, Eilani bangun lebih dulu. Ia melepaskan tangan Elvaro yang masih memeluk pinggangnya. Perlahan ia turun karena melihat ada gerakan di tempat tidur.
"Nyonya, butuh sesuatu?" tanya Eilani.
"Aku hanya haus, suster."
Eilani mengambil botol air mineral yang sudah ada sedotannya. Ia kemudian membantu Tiara duduk dan memberikan botol berisi air mineral itu.
"Di mana putraku?"
"Tuan Elvaro masih tidur, nyonya."
"Memangnya ini sudah jam berapa?"
Eilani menatap arlojinya. "Sudah jam setengah tujuh."
"Bangunkan dia."
Eilani pun mendekati Elvaro. "El, ini sudah jam setengah tujuh. Ayo bangun!" kata Eilani setengah berbisik sambil menepuk pundak pria itu.
Elvaro terlihat bergerak tanpa membuka matanya, ia langsung menarik tubuh Eilani sehingga gadis itu jatuh ke dalam pelukannya.
"Ah.....!" Eilani berteriak kaget dengan perlakuan Elvaro padanya.
"Ada apa?" tanya Tiara mendengar suara teriakan Tiara.
Eilani melotot ke arah Elvaro.
"Ada kecoak, mi. Kayaknya suster Ani takut dengan kecoak." kata Elvaro sambil terus memeluk Eilani.
"Kecoak? Ini kan kamar VVIP, kenapa ada kecoak ya? Memangnya rumah sakit ini kotor?" Tiara yang matanya masih ditutup kain khas nampak heran.
"El, lepaskan! Aku harus mengurus nyonya dulu."
"Cium!" El memonyongkan bibirnya.
"El nanti nyonya..."
"Mami kan nggak melihat. Ayo dong. Aku nggak akan melepaskan kamu sebelum kamu mencium aku."
Eilani jadi kesal. Namun ia tak punya pilihan. Perlahan ia menunduk dan mengecup pipi Elvaro.
"Sudah. Lepaskan!"
"Itu bukan ciuman. Tapi kecupan. Ciuman itu harusnya di bibir."
"El, belum gosok gigi."
"I don't care." Elvaro segera menarik tengkuk Eilani dan mencium bibir tipis perempuan itu. Eilani mencubit perut Elvaro dan pelukan itu terlepas. Ia melotot ke arah Elvaro dan segera mendekati tempat tidur Tiara.
"Nyonya mau minum sesuatu?" tanya Eilani.
"Aku mau teh hijau. Ned membawakannya?"
"Ada nyonya."
Elvaro tersenyum ke arah Eilani namun tangan kanannya mengusap perutnya yang dicubit Eilani tadi. Saat ia mengangkat kaosnya, ia terkejut melihat ada tanda merah di kulit perutnya yang putih. Ia menunjukannya pada Eilani yang sedang memanaskan air di sebuah teko listrik.
"Sakit....!" kata Elvaro sambil menunjukan bekas merah di perutnya.
"Makanya jangan genit." kata Eilani setengah berbisik. Elvaro hanya tertawa. Ia bahagia melihat sifat Eilani seperti ini. Persis seperti yang mereka alami bersama saat di Inggris.
"El, ada apa? Mami dengar kalau kamu tertawa?"
"Nggak, mi. Lucu aja melihat suster Ani takut kecoa." Jawab Elvaro sambil meledek Eilani.
"Banyak perempuan yang memang takut dengan kecoa. Apanya yang lucu?"
Elvaro hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"El, kamu nggak ke kantor?" tanya Tiara.
"Ada, mi. Sedikit lagi. Namun siang aku sudah kembali."
"Semangat kerja ya, nak?"
"Iya." Elvaro ke kamar mandi untuk mandi karena pakaian kerjanya sudah di bawa oleh Ned kemarin.
Selesai mandi, ia senang melihat ada kopi yang tersedia untuknya. "Untukku?" tanya Elvaro dengan suara yang hampir tak kedengaran.
Eilani menggeleng. "Untuk kecoa." jawabnya pelan membuat Elvaro kembali terkekeh. Ia menyesap kopi itu secara perlahan. "Enak." pujinya sambil mengangkat tangannya. Tak lama kemudian, Ardy menelepon dan mengingatkan akan rapat penting yang akan dilaksanakan pagi ini.
Elvaro pun pamit kepada maminya dan tak lupa memberikan kecupan di dahi Eilani sebelum pergi.
Kecupan di dahi itu membuat Eilani kembali terhenyak karena ia merasa pernah ada di masa seperti itu.
**********
Selama 5 hari mata Tiara ditutup dan Eilani selalu setia mendampinginya. Elvaro akan datang setelah selesai bekerja dan selalu tidur di rumah sakit. Tentu saja tidur sambil memeluk Eilani di sofa yang ada di rumah sakit itu.
Citra juga setiap hari datang. Namun ia tak bisa lama-lama berada di sana karena kelihatan sekali kalau Citra enggan untuk merawat Tiara. Ia akan bersikap baik jika Elvaro ada di sana.
Dan hari ini penutup mata Tiara akan dibuka. Elvaro bahkan tak masuk kantor karena ingin mendampingi maminya.
Dokter Ayu datang dengan asistennya. Setelah berbincang sebentar, ia pun membuka penutup mata Tiara secara perlahan-lahan.
Eilani berdiri di bagian bawa tempat tidur. Jadi ia berhadapan langsung dengan Tiara.
"Nyonya Tiara, silahkan membuka matanya secara perlahan-lahan." kata dokter Ayu.
Tiara pun membuka matanya secara perlahan.
"Bagaimana nyonya? Anda bisa melihat aku?" tanya Eilani sambil melambaikan tangannya.
Tiara diam beberapa saat. Ia kemudian menggerakkan matanya beberapa kali. "Aku....aku.....tak bisa melihat apa-apa dokter."
Dokter Tiara terkejut. Ia sangat yakin kalau operasi ini akan berhasil. "Nyonya, apakah kamu tidak melihat suatu cahaya?"
"Hanya sedikit cahaya. Namun aku tak bisa melihat dengan jelas bentuk apa yang ada di hadapanku."
Eilani langsung mendekati Tiara. Ia melingkarkan tangannya di bahu Tiara. "Nyonya, jangan putus asa ya? Aku yakin nyonya pasti akan sembuh. Mungkin harus menunggu beberapa waktu sampai akhirnya Nyonya bisa melihat secara utuh."
"Iya. Saya tahu kalau tak ada yang salah dengan operasinya. Saya akan kembali mempelajari apa yang menyebabkan nyonya Tiara tak bisa melihat secara utuh." ujar dokter Ayu. Ia kemudian kembali ke ruangannya.
Elvaro pun mendekati maminya. "Mami....."
"Mami baik-baik saja, El. Mami sudah menyiapkan diri apapun yang akan terjadi setelah operasi ini. Kalian jangan khawatir ya? Mami nggak kecewa." Tiara mengusap lengan putranya yang sedang memeluk dirinya.
Tiara hanya mengangguk. Ia memejamkan matanya. Merasakan sesuatu yang sakit menusuk hatinya.
**********
Sore harinya, Tiara sudah pulang ke rumah. Eilani pun menemaninya sampai makan malam setelah itu Eilani pamit pulang ke apartemennya.
"El, mami ingin bicara sesuatu denganmu." kata Tiara setelah Eilani pulang.
"Ada apa, mi?"
"Apakah memang kamu tak menyukai Citra sama sekali?"
Elvaro duduk di samping tempat tidur maminya.
"Iya, mi."
"Mami ijinkan kamu mengahiri pertunangan kalian. Asalkan bicarakan dengan baik-baik."
Elvaro terkejut. "Benarkah?"
Tiara menggenggam tangan putranya. "Mami dulu begitu ingin kamu menikah dengan orang yang dalam pandangan mami memiliki derajat yang sama dengan kita. Mami mengabaikan perasaanmu dan memisahkan kamu dan Eilani. Sekarang, ikutilah kata hatimu. Mami akan mendukung siapapun yang kamu pilih."
Elvaro sangat senang. Ia memeluk Tiara dengan mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih, mami."
Tiara mengusap kepala putranya sedangkan Elvaro berbaring di pangkuan maminya. Rasanya sudah lama mereka tak dekat seperti ini. Hubungan mereka menjadi renggang karena Elvaro memilih Eilani menjadi kekasih hatinya.
************
Elvaro berdiri di depan apartemen Eilani. Rasanya tak sabar untuk bertemu dengan Eilani dan menyampaikan keputusannya untuk pisah dengan Citra. Walaupun tadi Citra sempat mengamuk namun akhirnya perempuan itu bisa menerimanya dengan hati yang terluka.
Hari ini menurut Tiara, Eilani ijin pulang siang karena ada acara keluarga.
Elvaro turun dari mobilnya. Ia bermaksud akan menelepon Eilani namun matanya dengan tajam melihat Eilani berdiri di depan apartemennya sambil memegang tangan seorang anak laki-laki. Di sebelah anak laki-laki itu, ada pria dewasa yang Elvaro tahu bernama Hanny, si pilot yang katanya tunangan Eilani.
"Daddy, let's go!" ujar anak lelaki itu sambil menarik tangan Hanny saat dilihatnya sebuah mobil Alpart Hitam berhenti di depan mereka.
Langkah Elvaro terhenti. "Daddy?" tanya dalam hati.
**********
Waw siapakah anak lelaki itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sandisalbiah
kok rasanya Tiara lagi bohong ya... dia pura² kalau oprasinya gagal agar di kira tetap buta nih... btw penasaran dgn nasib Stella selepas Eilani kabur dr hotel itu.. 🤔🤔🤔🤔
2024-09-20
1
Maria Kibtiyah
kyk y eliani hamil pas pergi dr elvaro
2023-09-29
1
rivera
wahh spt nya itu anak eilani dan el deh....dia pergi pas hamil ya,duhhh makin besar deh penyesalannya el
2023-09-28
1