Baru satu jam Eilani berada di rumah sakit namun kepalanya sedikit pusing. Mungkin karena beberapa hari ini ia jarang tidur nyenyak akibat keberadaan Stella di rumahnya.
Laura sebenarnya marah padanya karena mengijinkan Stella ada di apartemen mereka. Namun Eilani berpikir hanya dengan cara seperti itu ia bisa mengawasi Stella.
"Tekanan darah kamu kurang, Ei. Matamu saja seperti mata panda. Ada apa memangnya?" tanya dokter Peter.
"Insomnia Aja, dok."
"Lagi banyak pikiran ya?"
"Nggak juga."
Dokter Peter menuliskan resep obat dan vitamin untuk Eilani. "Aku beri kamu cuti selama 2 hari. Manfaatkan waktunya dengan baik ya? Istirahat yang banyak."
"Wah, terima kasih. Jadi aku bisa pulang sekarang nih, dok?"
"Iya. Sana!" dokter Peter pura-pura mengusir Eilani. Perempuan itu pun bergegas ke ruangannya untuk mengambil tasnya.
Tadi pagi ia datang ke kantor diantar oleh Elvaro. Dan sekarang baru pukul 10 pagi. Eilani ingin memanfaatkan waktu ini untuk tidur. Untuk makan siang, ia bermaksud akan memesan saja di restoran yang ada di dekat apartemen mereka.
Eilani memilih naik taxi agar cepat sampai di apartemennya. Tadi sebelum keluar dari rumah sakit, ia sudah menebus obat dan vitaminnya dan sudah meminum nya. Ia yakin reaksi obat inilah yang membuat ia merasa mengantuk saat ini.
Begitu turun dari taxi, Eilani segera menempelkan kartu akses untuk membuka pintu lobby. Namun sebelum ia masuk, ia terkejut melihat mobil Elvaro sudah ada di tempatnya.
Elvaro memang memiliki 2 mobil. Dan kedua mobil itu sekarang ada di parkiran khusus.
"Selamat pagi nyonya!" sapa penjaga pintu.
"Apakah suamiku sudah datang?"
"Ya. Kira-kira sudah satu jam, nyonya."
"Terima kasih." Eilani pun melangkah masuk ke dalam lift dengan perasaan yang tak enak.
Ia tahu bagaimana dalam hubungan Elvaro dan Stella dulu. Mereka bahkan pernah tinggal bersama selama hampir 2 tahun.
Tangan Eilani bergetar saat ia hendak menekan angka password pintu masuk. Ia bahkan takut membayangkan apa yang akan terjadi di dalam sana.
Ia meraih ponselnya dan mencoba menelepon Elvaro. Namun panggilannya tak dijawab. Perempuan itu bertambah galau. Dengan perlahan ia pun membuka pintu apartemennya. Ruang tamu nampak sepi.
Mata Eilani kini tertuju ke arah pintu kamar tamu. Di mana perawat yang seharusnya menemani Stella?
Langkah Eilani perlahan menuju ke kamar itu. Ia bahkan membuka sepatunya agar tak menimbulkan suara.
Sampai di depan pintu kamar, Eilani mendengar suara yang membuat ia hampir kehabisan napas.
"El, sakit....!" terdengar suara rengekan manja Stella.
"Tahan sedikit ya. Sebentar lagi..."
"Duh...El, sakit, geli, enak....!"
Eilani memejamkan matanya. Ia berusaha tak menangis. Dengan cepat ia membuka pintu kamar itu. Matanya terbelalak.
Stella sedang duduk di tepi ranjang. Hanya menggunakan gaun tidur tipis yang Eilani yakin tanpa dalaman karena ujung dadanya nampak menonjol.
Sedangkan Elvaro berjongkok di depan Stella dan sedang memegang kaki Stella.
"Sayang?" Elvaro nampak gugup. "Kamu jangan salah sangka. Tadi aku pulang karena Stella menelepon kalau ia terjatuh di kamar mandi dan perawat nya nggak ada. Kakinya keseleo."
"Oh ya?" Eilani mendekati mereka. "Minggir! Kalau soal kaki keseleo, aku ahlinya. Kamu tahu kan keahlianku itu?" Eilani dengan sedikit kasar mendorong tubuh suaminya dan kini ia yang berjongkok di depan Stella. "Kaki kanan ini yang keseleo kan?"
Elvaro kaget karena istrinya berbuat kasar padanya.
"I...iya...tapi sudah agak baikan." Stella nampak tak suka jika Eilani akan menyentuhnya namun Eilani seakan tak peduli.
"Elvaro tak tahu mengobati kaki yang keseleo. Ia tahunya hanya membuat wanita mendesah dengan sentuhannya. Aku pikir kamu pernah merasakannya." Eilani memegang kaki Stella dan dengan cepat ia memutar pergelangan kaki Stella membuat perempuan itu menjerit kesakitan.
"Ah.....brengsek kamu, Eilani!" Stella menarik kakinya dan langsung berdiri.
Eilani berdiri. Ia menatap Stella. "Jangan berpura-pura keseleo dan bermaksud menggoda suamiku dengan penampilanmu ini. Apa pantas kalian berdua ada di kamar ini sambil menutup pintunya? Dasar kamu ja**ang!" Eilani berteriak dengan emosi yang susah tak terkendali.
"Eilani!" Elvaro segera memegang tangan istrinya. "Jaga omongan mu!"
Eilani menarik tangannya dengan kasar. Ia kemudian berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan semua pakaian Stella lalu memasukannya ke dalam koper kecil yang ada di sana.
"Eilani, apa yang kamu lakukan?" Stella berusaha merebut koper itu dan mengeluarkan pakaiannya dari sana namun ia kalah cepat dengan Eilani. Perempuan itu sudah berhasil menutup koper itu lalu melemparkannya ke luar kamar melalui pintu yang memang sudah terbuka lebar.
"Pergi....kamu dari sini!"
Stella menangis. Ia menatap Elvaro."El, aku mau kemana? Robby bisa menemukan aku."
"Sayang, kamu tuh salah sangka." Elvaro berusaha menenangkan istrinya. Namun Eilani sudah tak tahan lagi. Ia menelepon Ardy dan meminta lelaki itu untuk datang.
35 menit kemudian, Ardy pun tiba.
"Ardy, sekarang kamu bawa Perempuan ini ke hotel paling mewah berikan kamar ekslusif dan suruh bodyguard berjaga di depan kamarnya. Aku tidak ingin ada bantahan!" teriak Eilani.
"Aku nggak mau tinggal di hotel, El.Please.....!" Mohon Stella.
"Sayang, bagaimana kalau Stella kembali ke lantai dua saja? Keselamatan nya harus terjamin sebelum sidang di gelar karena suami Stella sekarang dibebaskan dengan jaminan." Elvaro berusaha menenangkan Eilani.
Eilani tak menjawab. Ia hanya menatap mereka semua dengan tatapan sinis lalu segera menaiki tangga menuju ke kamar tidurnya.
"Ei....!" Elvaro mengejar Eilani. Namun begitu masuk kamar, Eilani sudah berada di dalam walk in closet.
"Sayang......!" Elvaro berdiri di depan walk in closet. Ia enggan untuk masuk karena berpikir Eilani sementara ganti pakaian sebab ia masih menggunakan seragam perawat nya.
Tak lama kemudian Eilani keluar. Ia menggunakan kaos dan celana jeans namun ditangannya ada koper kecil.
"Ei, kenapa bawah koper?" Elvaro terkejut.
"Aku akan tinggal di mess rumah sakit sampai perempuan itu pergi."
"Sayang......" Elvaro menghadang langkah Eilani.
"Dia hanya masa lalu mu kan? Kecuali dia adalah masa lalu yang tak bisa kau lepaskan, maka ceraikan aku!"
"Eilani!" Elvaro jadi marah. "Jangan sembarangan menyebut kata cerai. Ingat, sumpah pernikahan kita adalah sampai maut memisahkan. Kamu pikir pernikahan ini main-main? Sudah ku katakan, aku hanya kasihan pada Stella karena dia nggak punya siapa-siapa lagi. Ayahnya bahkan tak peduli lagi padanya."
"Pada dasarnya, jauh di lubuk hatimu, kamu masih menyimpan cinta untuknya. Aku sudah mencoba menerima keberadaannya bahkan dengan senang hati merawatnya. Namun dia sepertinya selalu mencari kesempatan untuk bersamamu." Eilani menghapus air matanya yang terlanjur jatuh.
"Kamu adalah lelaki paling egois yang pernah aku kenal. Saat aku menolong ibunya dokter Peter, kamu sudah cemburu buta dan marah-marah kepadaku. Coba kamu bayangkan, bagaimana perasaanku saat dua kali melihat kalian berduaan di kamar? Belum lagi kebersamaan kalian di apartemen lantai 2. Kamu tak melihat gaun yang dipakai Stella tadi? Dia bahkan hampir telan*ang di hadapanmu. Aku dan dokter Peter tak ada hubungan apa-apa sedangkan kamu dengan Stella pernah tinggal bersama layaknya suami dan istri. Wajar kalau aku marah! Wajar kalau aku curiga. Wajar kalau aku cemburu! Hatiku bukan terbuat dari batu." Eilani tanpa sadar memukul dada Elvaro. Lelaki itu dengan cepat segera memeluk istrinya.
"Maafkan aku, sayang. Aku tak bermaksud menyakitimu. Aku tak ada niat mengkhianati mu. Aku cinta kamu, Ei."
Eilani menangis dalam pelukan Elvaro. Hatinya sakit, bingung cemas.
***********
Ardy membawa Stella pergi ke hotel dengan pengawalan bodyguard.
2 hari dipakai Eilani untuk beristirahat dan Elvaro menemaninya di rumah.
Di hari yang keempat, Eilani justru mendapatkan kejutan dari ibu mertuanya yang datang menemuinya di rumah sakit. Saat itu Eilani bertugas malam dan paginya Tiara mengunjunginya dan mengatakan sesuatu yang membuat Eilani sakit hati.
"Mami, ada apa? Mami sakit?"
"Kamu hanya asyik bekerja di sini tanpa tahu apa yang suamimu lakukan bersama mantan kekasihnya?"
"Maksud mami apa?"
"Pergilah ke hotel Century, kamar nomor 788 di lantai 7. Elvaro ada di sana. Sedang menemani kekasihnya. Apa kamu tahu kalau semalam Elvaro tak pulang dan tidur di sana?"
"Apa?"
************
Nah....kan....inilah awal perpisahan mereka guys
kejamnya Elvaro.....
Apakah dia masih pantas diberikan kesempatan kedua?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sandisalbiah
fix.. perkataan Eilani akan sikap Elvaro dan Stella bener adanya.. Elvaro lelaki plin plan.. emang panras buat di tinggalkan
2024-09-19
0
Diana Oktavia
menurutku gk pantas mak. aku yg cuma baca aja udah sakit hati bgt. gmn eilani yg ngejalani yaampunn.. pantas lah kalo el dilupain
2023-09-28
1
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀💜⃞⃟𝓛 Jibril Adinda
dih tambah di provokasi sama mertua yg kejam
2023-09-24
0