Dokter sudah selesai memeriksa mata Tiara.
"Jika semuanya sudah siap, maka operasi sudah bisa dilakukan 3 hari lagi. Namun nyonya Tiara harus sudah berada di rumah sakit sehari sebelumnya. Apakah nyonya siap?' tanya dokter Agus.
"Siap, dok." kata Tiara dengan antusias.
"Jangan dulu pikirkan hasilnya yang penting kita usaha dulu." lanjut dokter Agus untuk mempersiapkan mental pasiennya.
"Aku tahu, dok. Suster Ani sudah memberikan aku banyak nasehat. Kan kata dokter aku masih punya kesempatan 3 kali operasi."
Dokter Agus menatap Eilani. "Good!" katanya sambil mengangkat jempolnya ke arah Eilani. Elvaro yang juga ikut dalam pemeriksaan kali ini pun merasa semakin jatuh cinta pada perempuan itu.
Mereka pun keluar dari ruang praktek dokter Agus. Tepat di saat itu, Citra datang.
"Nyonya, aku ke toilet sebentar ya?" pamit Eilani.
"Iya."
Citra mencium tangan tiara. "Mami, apa kabarnya?"
"Baik, nak. Kamu baru saja datang?"
"Iya."
Elvaro menatap maminya. "Mami, aku juga mau ke toilet. Citra tolong jaga mami sebentar ya?" Elvaro yang memang sudah kebelet pipis akhirnya pergi.
Citra nampak mendengus kesal karena sebenarnya ia tak suka harus menjaga Tiara.
"Citra, bagaimana kabar orang tuamu?"
"Mereka baik, mi. Masih di Singapura karena pengobatan ayah belum juga selesai."
"Semoga ayahmu lekas sembuh ya?"
"Ayah ingin agar aku segera menikah, mi. Namun El selalu menundanya. Aku nggak tahu karena apa."
"Cit, sabar sedikit ya? El menundanya karena keadaan mami. Berdoa saja semoga operasi mami berjalan lancar dan mami bisa melihat lagi."
Citra nampak semakin kesal. Ingin rasanya ia memaki Tira yang nampak tak bedaya ini. "Amin. Semoga operasinya lancar." Tapi bagaimana jika mami nggak bisa melihat selamanya? Apakah aku tak akan menikah sampai tua nanti? Aku harus melakukan sesuatu agar El mau menikah denganku secepat mungkin.
Sementara itu, di lorong menuju ke toilet, Elvaro dan Eilani keluar secara bersamaan.
"Ei, kamu sakit?" Elvaro dengan penuh kasih langsung memegang dahi Eilani. "Kamu berkeringat dingin, Ei." Ia juga memegang leher dan tangan Eilani.
"Jangan memberi perhatian padaku seperti ini, El. Aku bisa baper." Eilani berkata terus terang.
"Aku nggak sok memberikan perhatian. Aku sudah katakan tentang perasaanku padamu. Apakah kamu kelelahan karena mengurus mami? Kamu ijin aja dulu jangan masuk."
Eilani tersenyum. "Nggak, El. Aku baik-baik saja, kok. "
"Tapi kamu kelihatan sedikit pucat dan berkeringat. Kamu sedang datang bulan?"
Eilani mengerutkan dahinya. "Kok kamu tahu sih?"
Elvaro nampak kebingungan. Tentu saja ia tahu karena waktu pacaran dengan Eilani, gadis itu selalu mengeluh dengan tamu bulanannya itu yang selalu membuat ia lemah setiap kali datang.
"Hanya asal tebak saja. Mantan pacarku dulu begitu jika sedang PMS." Elvaro pura-pura malu untuk menghilangkan kecurigaan Eilani.
Eilani terkekeh. "Aku sudah biasa, kok. Minum air hangat dan vitamin saa pasti kan cepat pulih. Makanya tadi aku ijin ke toilet untuk mengecek. Ternyata memang sudah dapat."
"Kamu butuh pembalut?"
Eilani tertawa sambil memukul bahu Elvaro. "Kamu ini bertindak sama seperti suami saja. Aku tuh sudah ada persediaan pembalut di tas karena memang sudah tanggalnya.
Citra yang melihat kedatangan mereka berdua sambil tertawa bersama semakin bertambah cemberut.
"El, kita makan siang yuk!" ajak Citra.
"Sama mami, ya? Kan semenjak keluar rumah sakit, mami nggak pernah jalan-jalan. Mami mau ikut kan?"
Citra ingin rasanya berteriak karena kesal. Namun ia tak bisa menolaknya. Bagaimana pun ia harus mengambil hati Tiara. Ia terpaksa setuju untuk membuat Elvaro semakin jatuh hati padanya.
***********
"Ini di minum!"
Eilani yang sedang duduk di sofa kamar Tiara terkejut melihat Elvaro membawakan teh jahe untuknya.
Selesai makan siang tadi, Elvaro tak pergi dengan Citra. Dengan berbagai alasan, ia akhirnya bisa menolak ajakan Citra.
"Untukku?"
"Memangnya ada orang lain di sini?" tanya Elvaro lalu duduk di samping Eilani.
Wajah Eilani menjadi merah. Jujur saja, perhatian kecil ini membuat hatinya berbunga-bunga. "Terima kasih."
"Itu baik untuk perutmu."
Secara perlahan Eilani menyesap teh itu. Ia memang suka minum teh jahe bila sedang datang bulan dan ia kaget karena Elvaro seakan tahu dengan kebiasaannya itu.
"Mana mami?" tanya Elvaro.
"Nyonya sedang berendam di kamar mandi. Aku mencampur beberapa rempah-rempah untuk membuat nyonya merasa rileks."
"Kamu begitu perhatian pada mamiku."
"Aku perhatian kepada semua pasienku."
"Kalau begitu aku ingin sakit. Supaya bisa mendapatkan perhatian darimu."
"Ih..., kamu ini." Eilani akan mencubit tangan Elvaro namun lelaki itu dengan cepat menangkap tangannya. Menautkan jari-jari mereka lalu mengecup tangan Eilani. "Aku serius, Ei. Aku mencintaimu."
"Tapi kamu nggak boleh kayak gini. Kamu kan punya Citra."
"Aku akan memutuskan hubunganku dengan Citra." tangan Elvaro yang satu membelai wajah Eilani. "Aku tak tahu bagaimana lagi mengungkapkan perasaanku padamu saat ini. Aku sungguh mencintaimu."
"El, bagaimana mungkin. Kita kan....." Kalimat Eilani terhenti ketika sesuatu yang lembut dan kenyal itu menyentuh bibirnya.
Seluruh tubuh Eilani merasakan getaran yang aneh. Pada hal selama ini Eilani terkenal cuek dengan lelaki manapun. Di rumah sakit banyak pria lajang yang menggodanya namun tak da satu pun yang mampu menyentuh hatinya. Namun kali ini, entah kenapa hatinya begitu terpesona dengan semua perhatian Elvaro padanya. Bahkan ia mengijinkan Elvaro menciumnya.
"Please, buka hatimu untukku." bisik Elvaro begitu lembut, melelehkan hati Eilani yang selama ini membeku. Membuatnya melayang dan akhirnya membalas ciuman Elvaro.
"Ini salah, El." dengan napas yang masih memburu, Eilani berkata tepat di depan wajah Elvaro. Jarak mereka masih begitu dekat. Bahkan hidung mancung mereka saling bersentuhan.
"Tak ada yang salah untuk dua orang yang saling mencintai.
" Kata Elvaro. Kedua tangannya masih memegang pipi Eilani. Ia dengan sengaja menggesek hidungnya ke hidung Eilani. Sesuatu yang sebenarnya biasa mereka lakukan saat berpacaran dulu. Membuat hati Eilani bergetar oleh sesuatu yang ia tak tahu apa.
"El, jangan seperti ini."
"Aku tahu kalau kamu juga merasakan hal yang sama kepadaku. Aku dapat merasakan itu, Ei." Elvaro kembali menunduk dan mengecup bibir Eilani.
Mereka kembali bermesraan tanpa menyadari bahwa sebenarnya Tiara sudah sejak tadi berdiri di depan pintu kamar mandi. Begitu mesranya mereka berciuman sampai tak sadar kalau pintu kamar mandi telah terbuka.
"Suster Ani, apakah kamu ada di kamar ini?"
Ciuman diantara Elvaro dan Eilani terlepas. Dengan cepat perempuan itu berdiri dan mendekati Tiara yang masih menggunakan jubah handuknya. "Nyonya, sudah selesai?"
"Iya. Kamu sedang berbicara dengan siapa?" tanya Tiara sambil meraba-raba tempat tidur karena ia tahu Eilani menaruh pakaian gantinya di sana.
"Aku, mi." Elvaro langsung bersuara.
"Oh, kau nak. Nggak ke kantor lagi?"
"Malas, ah. Ini sudah sore. Aku mau berbicara dengan mami namun mami ganti baju dulu ya? Aku tunggu di luar." Elvaro mengecup pipi maminya lalu sebelum berbalik untuk keluar, ia mengedipkan sebelah matanya pada Eilani membuat perempuan itu melotot ke arahnya.
"Suster Ani, bolehkah aku meminta sesuatu?"
"Apa itu, nyonya?"
"Bolehkah menjelang aku operasi mata, kamu tidur di sini. Kita boleh berdoa bersama untuk saling menguatkan."
"Boleh. Tapi, aku setiap sore harus pulang karena ada tugas yang harus ku kerjakan di apartemen. "
"Baiklah. Setelah makan siang, kamu boleh pulang dan kembali lagi ke sini sebelum makan malam. Boleh?"
"Asalkan nyonya janji, akan memiliki semangat untuk sembuh."
"Baiklah. Aku merasa kamu sudah seperti anakku sendiri. Boleh aku memelukmu?"
"Ah Nyonya tentu saja boleh."
Elvaro yang sebenarnya belum pergi dan masih mengintip di pintu yang terbuka sedikit merasa hatinya tersentuh melihat bagaimana hubungan maminya dengan Eilani. Ei, andaikan kamu tahu bagaimana dulu mami membencimu....
*************
Sudah 3 hari Eilani tidur di rumah Tiara. Besok pagi, mereka akan ke rumah sakit untuk persiapan oeprasi mata lusa.
Tiara sudah tertidur setelah ia, Eilani dan Elvaro berdoa bersama.
Hujan turun dengan begitu derasnya malam ini. Eilani yang sudah berganti gaun tidur, menggunakan kimononya untuk ke dapur dan membuat segelas susu.
Waktu sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam dan Eilani tahu semua penghuni rumah ini sudah tidur.
Tadi Citra datang ke sini dan entah apa yang mereka bicarakan namun Eilani tahu alau dia dan El bertengkar di dalam ruang kerja Elvaro karena pintunya tak ditutup.
Tanpa menyalahkan lampu dapur, hanya dengan pantulan cahaya dari teras dapur, Eilani pun membuat susu. Begitu susu itu sudah selesai dibuatnya, ia bermaksud akan ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Tiara. Namun Elvaro yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depannya begitu ia berbalik membuat Eilani terkejut dan menumpahkan susu panas itu ke badan Elvaro.
"Aow.....aow.....panas.....panas.....!" Elvaro berteriak kaget sambil mengibaskan kaos oblongnya.
"Ya ampun, El, aku minta maaf. Kamu membuat aku kaget sih." Eilani jadi merasa sangat bersalah. Ia meletakan gelas berisi susu yang isinya sudah tertumpah setengah, lalu menarik tangan El keluar dapur. Elvaro dengan cepat membuka kaosnya dan membuat Eilani dengan jelas melihat perut sixpack cowok itu merah karena tertumpah susu panas.
"Astaga El, aku cari obat di kamar ku, ya. Siapa tahu ada sesuatu di tas kerjaku." Eilani berlari masuk ke kamarnya dan membongkar tas miliknya.
"Ini, Ei.....!" Elvaro mengambil sebuah salep dari kotak obat yang ada di dinding depan kamar Eilani.
Eilani yang nampak masih gugup segera menerima salep itu. Ia membacanya dan tahu kalau memang itu salep untuk kulit yang melepuh atau terbakar. Ia pun meminta Elvaro untuk duduk di tepi ranjang kemudian ia duduk di samping cowok itu, membuka penutup salep dan mengolesnya di kulit perut Elvaro.
Eilani bersikap sebagai perawat yang profesional dalam menjalankan tugasnya namun sentuhan tangan Eilani membuat Elvaro yang semenjak berpisah dengan Eilani tak pernah lagi menyentuh wanita menjadi gelisah. Bagaimana pun ia pernah menyentuh gadis ini lebih dalam dari pada yang pernah Eilani pikirkan. Ia tahu bagaimana hasrat keduanya saat menikah dulu. Bagaimana mereka menjadi pasangan mudah yang sangat panas di atas ranjang.
Elvaro menahan tangan Eilani yang masih mengoleskan salep di perutnya. Eilani menatap Elvaro dengan bingung. "Ada apa, El?"
Elvaro berdiri lalu menutup pintu kamar. Jantung Eilani berdetak dengan sangat kencang. Ia tahu ini sesuatu yang salah, namun rasanya ia pernah ada di situasi seperti ini pada saat yang benar.
Tanpa suara, Elvaro kembali mendekati Eilani. Ia kemudian memeluk Eilani dengan hasrat yang tak bisa dibendung lagi. "Ei, maaf. Aku bukannya bersikap kurang ajar padamu. Aku menginginkan kamu, Ei." lalu Elvaro melepaskan pelukannya dan langsung mencium bibir gadis itu. Menciumnya dengan kemampuannya menaklukan wanita membuat Eilani terbuai dan tak menolak saat Elvaro menarik kimono tidurnya. Pikiran Eilani menolaknya namun perasaan dan hatinya seakan mengatakan bahwa ia memang wajar untuk melakukan ini.
Di luar kamar, Tiara berdiri di depan pintu kamar Eilani. Ia akan mengetuknya namun tangannya terhenti di udara saat mendengar suara khas orang yang bercinta. Wajah Tiara terlihat tegang.
***********
Semua yang Eilani rasakan bagaikan dejavu. Ia tak ingat namun alam bawa sadarnya menuntun dia untuk mengikuti hasratnya sebagai wanita yang sudah pernah merasakan senthan seorang lelaki. Lelaki yang sebenarnya pernah sangat dicintainya namun yang sangat dibencinya.
Ini adalah bagian kisah paling romantis yang sebenarnya diceritakan penutur kisah ini padaku
Versi lengkapnya ada di .....
Sudah tahu di mana kan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Suherni 123
aduh lani,, jangan mau di rayu sama El dong
2023-09-26
1
sulastri arriza_03
kalau memang ini kisah nyata sampaikan salamku sama kak eilani asli kak auhor. semoga kak eilani asli selalu sehat dan bahagia selalu. setelah mencermati dari pertama sampai bab ini,ini semua salah paham karna pas elvaro nginep di hotel sama stella kan gak tau mereka ngapain aja bisa jadi stella cuma memanfaatkan keadaan belum tentu mereka bercinta secara eilani belum mendengar penjelasan dari elfaro secara lengkap,eilani kecelakaan langsung amnesia dan doanya dikabulkan tuhan tentang lupa akan kisah sedihnya kan belum terkuak..dan kenapa sampai sekarang serasa seperti dejavu sampai gak bisa menolak sentuhan elvaro karna jujur dari hati terdalam eilani masih sangat mencintai el,gak ada yg tahu gimana kehidupan mereka setelah eilani kecelakaan..mekipun jujur saya paling anti dgn perselingkuhan tapi untuk kisah ei dan el tetep belum berakhir karna menurutku kisah mereka belum selesai secara belum ada kata cerai diantara mereka
2023-09-24
0
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀💜⃞⃟𝓛 Jibril Adinda
duh terjadi apa yg seharusnya terjadi
2023-09-24
1