Elvaro merasakan kalau kepalanya pening. Namun ia berusaha untuk keluar dari diskotik itu saat tahu kalau sebentar lagi akan ada razia dari polisi.
Ia sudah berulang kali menelepon Arby, namun sahabatnya itu entah di mana.
Elvaro merasa kalau ia tak kuat lagi. Ia tahu kalau narkoboi ini akan membunuhnya. Namun ia tak bisa lagi lepas dari barang terkutuk ini.
Patah hati, itulah yang Elvaro rasakan sekarang. Setelah 2 tahun lebih menjalin kasih dan Elvaro yakin kalau gadis ini akan menjadi pelabuhan terakhirnya, ia justru ditinggalkan begitu saja tanpa pesan. Hal terakhir yang Elvaro dengar kalau mantannya itu justru sudah menikah dengan orang lain.
Mobil Lamborghini merahnya sudah terlihat. Tinggal beberapa langkah lagi ia akan tiba di sana. Namun kakinya sudah tak kuat lagi. Ia akhirnya terjatuh.
"Are you ok?"
Suara merdu itu membuat Elvaro membuka matanya lagi. Di hadapannya berdiri seorang gadis cantik, bertubuh mungil dengan wajah Asia.
"Please help me. Mobilku yang berwarna merah itu. Tolong bawa aku pergi dari sini sebelum ditangkap polisi." kata Elvaro dengan kesadaran yang semakin menepis. Ia menyerahkan kunci mobilnya lalu tak sadarkan diri.
**********
Elvaro terbangun di sebuah kamar yang berukuran kecil, tangannya diinfus dan ia mencium ada aroma bau parfum wanita.
Ia mencoba bangun dan mendudukkan dirinya. Ada rasa nyeri di tangannya yang diinfus membuat Elvano ingin mencabutnya.
"Jangan!"
Elvaro menoleh ke arah suara itu. Seraut wajah cantik yang terhalau sinar matahari yang masuk melalui jendela yang terbuka, membuat Elvaro bagaikan melihat bidadari. Apalagi perempuan itu menggunakan pakaian serba putih.
"Apakah aku di sorga?" tanya Elvaro sambil terus menatap gadis itu.
"Bukan. Kamu di neraka."
"Ha?" Elvaro terkejut.
"Mana ada seorang pecandu obat-obatan terlarang yang akan masuk surga?" Gadis itu mendekat lalu meraba dahi Elvaro.
"Kamu sudah tidak panas."
"Jadi aku di mana?" tanya Elvaro.
"Di rumahku."
"Kenapa kamu membawa aku ke sini?"
"Karena aku nggak tahu harus bawa kamu kemana. Kamu tuh semalam sudah hampir mati. Aku sangat beresiko membawa kamu ke sini. Untung saja paman dan bibiku nggak ada."
Elvaro diam sejenak. Ia menatap tangannya yang diinfus. "Boleh lepaskan ini?"
"Boleh. Tapi kamu harus segera ke pusat rehabilitasi."
"Nggak!"
"Kamu mau mati? Kecanduan kamu ini sudah ditahap yang sangat parah."
"Apa peduli mu?"
"Yang peduli dong. Kita itu harus saling mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Karena aku mengasihi diriku, ya aku harus mengasihi kamu juga."
"Kamu kan nggak mengenal aku?"
"Mengasihi sesama itu tanpa batas. Bahkan seorang penjahat pun harus kita kasihi."
Elvaro menatap gadis yang ada di depannya tanpa berkedip. "Are you an angel?"
"No. My name is Eilani Ningrum."
Itulah awal pertemuan mereka sampai akhirnya Elvaro mau menjalani pengobatan di pusat rehabilitasi.
Beberapa kali Elvaro hampir menyerah karena tak kuat dengan rasa sakit yang menyerang tubuhnya namun Eilani yang sering mengunjunginya di pusat rehabilitasi itu selalu memberikan dia semangat. Dan akhirnya, setelah 6 bulan tinggal di pusat rehabilitasi itu, Elvaro akhirnya bisa keluar.
Hal pertama yang Elvaro lakukan ketika keluar dari sana adalah mencari Eilani di rumah tempat Eilani membawa Elvaro pertama kali. Di sana hanya ada paman dan bibinya. Mereka mengatakan kalau Eilani hanya pulang ke rumah setiap dua minggu sekali. Selebihnya ia tinggal di asrama.
Elvaro pun pergi ke asrama Eilani.
"Elvaro? Kamu sudah bisa keluar?" Eilani nampak senang melihat Elvaro.
Cowok tampan itu tersenyum. "Apakah aku menganggu waktu belajarmu?"
"Nggak. Kalau sedang belajar kami tak diijinkan menerima tamu."
"Boleh aku ajak kamu keluar?"
"Sekarang?"
"Kalau memang bisa."
Eilani tersenyum senang.
Itulah awal kedekatan mereka. Setiap kali ada kesempatan, Elvaro selalu mengajak Eilani keluar. Setiap malam, ada waktu khusus diantara mereka untuk saling berkirim pesan atau saling telepon.
Kedekatan mereka menjadi semakin dalam saat Eilani tahu kalau Elvaro ternyata bisa berbahasa Indonesia karena mama Elvaro adalah orang Indonesia keturunan Bali-Manado.
Sampai akhirnya, di suatu weekend, saat keduanya sedang makan di sebuah cafe yang letaknya di dekat danau, Elvaro menyatakan cintanya pada Eilani.
"Aku cinta kamu, Eilani."
Mendengar perkataan Elvaro, Eilani yang sementara minum, langsung tersedak. "Kamu nggak bercanda kan?"
"Mengapa harus bercanda kalau ini masalah hati?"
Eilani menatap Elvaro tanpa berkedip. "Maksud aku, memangnya aku siapa? Aku hanya mahasiswa biasa yang beruntung kuliah di Liverpool karena paman dan bibiku juga kerja di sini. Sedangkan kamu, tanpa kamu ceritakan pun aku tahu kalau kamu bukan orang biasa. Kesenjangan diantara kita terlalu jauh."
Elvaro meraih tangan Eilani dan menggenggamnya erat. "Look at me. You are my life saver. I know, God gave me a second chance to change all because of you." (Kamu adalah penyelamat hidupku. Aku tahu, Tuhan memberikan aku kesempatan kedua berubah semua karena kamu.)
Eilani nampak masih ragu.
"Apakah kamu tak pernah memiliki perasaan untukku? Atau, kamu sebenarnya punya rasa namun takut untuk membuka hati?"
Eilani memberanikan diri menatap Elvaro. "Tanpa menjadi pacarmu, aku akan tetap menjadi sahabat mu. Sahabat yang selalu mendukung dan memberikan support padamu."
Elvaro melepaskan satu tangannya yang menggenggam tangan Eilani. Ia kemudian menyentuh pipi gadis itu dan mengusapnya perlahan. "Please open your heart to me."
"Aku takut tersakiti. Lagi pula aku belum siap punya hubungan serius. Usiaku baru 19 tahun sebulan yang lalu." Eilani akhirnya mengungkapkan isi hatinya. Wanita mana yang tak akan luluh dengan pria seperti Elvaro. Namun Eilani masih menggunakan logikanya dari pada perasaannya sendiri.
"Ia don't care berapapun usiamu. Aku ingin bersamamu. Kalau perlu untuk meyakinkanmu, bahwa aku tak main-main dengan perasaanku, aku ingin menikah denganmu."
"Elvaro.....!" Mata Eilani jadi berkaca-kaca melihat bagaimana gigihnya cowok itu meyakinkan nya.
"I love you, Eilani."
Dan malam itu, menjadi malam yang paling membahagiakan bagi Elvaro saat Eilani akhirnya menerima cintanya.
**********
Ada sesak di dada Elvaro saat ia mengingat kenangan ketika Eilani menerima cintanya. Pria itu kemudian berdiri dari kursi kerjanya. Ia meraih kunci mobil dan ponselnya dari dalam laci meja kerjanya lalu meninggalkan ruang kerjanya.
"Mau kemana?" Ardy yang baru saja akan masuk ke ruangan Elvaro terkejut saat akan menyentuh gagang pintu dan pintunya justru terbuka dari dalam.
"Mau pulang."
Ardy melihat jam tangannya. Baru menunjukan pukul setengah satu siang. Para karyawan yang lain masih belum kembali dari makan siang."Jam segini?"
"Memangnya kenapa?" Elvaro balas bertanya.
"Biasanya kamu sangat disiplin dengan jam kerja. Ada sesuatu yang pentingkah?"
Elvaro tersenyum. "Aku ingin melihat mamiku."
"Mami atau perawatnya?"
Elvaro tak menjawab pertanyaan asistennya itu. Ia segera melangkah memasuki lift dan meninggalkan Ardy yang nampak masih penasaran.
Begitu tiba di rumah, Ned pun nampak terkejut melihat tuannya.
"Tuan, kok nggak bilang kalau akan pulang cepat?" tanya Ned. Mereka tak menyiapkan makan siang untuk sang tuan.
"Memangnya tak ada makanan?"
"Ada. Hanya saja bukan yang spesial."
"Perawat mami sudah makan?"
"Belum."
"Siapkan makan siang untuk kami berdua di taman belakang. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengannya." Elvaro kemudian menuju ke kamar maminya. Saat ia membuka pintu, nampak Eilani baru saja menutupi tubuh Tiara dengan selimut.
"Mami sudah tidur?" tanya Elvaro pelan.
"Ya."
Elvaro memperhatikan rok putih Eilani yang nampak kotor.
"Rok nya kenapa?"
"Tadi nyonya nggak mau makan. Dan ia melempari aku dengan sup."
"Astaga..., kamu nggak apa-apa kan?"
Eilani tersenyum. "Untung sup nya nggak begitu panas, tuan."
"Kamu belum makan siang kan? Ayo kita makan siang sambil membicarakan sesuatu."
"Tapi saya ganti baju dulu ya?"
"Baiklah."
30 menit kemudian, keduanya sudah duduk di taman belakang. Sebuah meja makan bulat sudah diatur di sana.
Elvaro tertegun melihat penampilan Eilani. Ia menggunakan rok hitam dengan kemeja warna pink. Tak ada topi perawat dan rambut panjang hitam itu dibiarkan tergerai indah. Elvaro jadi ingat bagaimana dulu ia sangat menyukai rambut Eilani dan melarang gadis itu untuk mengguntingnya.
"Maaf ya tuan, aku tak menggunakan pakaian perawat lagi. Soalnya, aku tak membawa pakaian perawat cadangan. Aku janji mulai besok, aku akan membawa pakaian seragam cadangan." kata Eilani saat duduk di depan Elvaro dan merasakan kalau cowok itu memperhatikannya.
"Tak masalah." Elvaro sedikit salah tingkah karena ia yakin kalau Eilani tahu bahwa Elvaro memperhatikan penampilannya.
"Terima kasih."
"Eilani, bolehkah kamu tidak memanggil aku dengan sebutan tuan? Panggil saja nama ku, El."
"El?" Eilani nampak mengerutkan dahinya. Sepertinya ia mengingat sesuatu.
"Kenapa?"
"Nama El sepertinya begitu familiar buat ku. Namun entahlah...."
Elvaro berharap agar Eilani mengingatnya. Namun jika perempuan itu mengingatnya, bukankah sangat beresiko kalau Eilani justru akan membencinya?
"Tuan...eh..El, aku sudah membaca kontrak kerja ku yang diberikan oleh tuan Ardy. Apakah upahku memang seperti itu?" tanya Eilani.
"Kenapa? Kurang ya? Sebutkan saja jumlah yang kau inginkan. Aku pasti akan setuju."
Eilani menggeleng sambil tersenyum. "Justru aku merasa itu sangat banyak, El. Itu hampir 3 kali lipat dari gajiku di rumah sakit. Kalau kamu membayarku lebih karena takut aku pergi karena tak tahan dengan sikap nyonya Tiara, kamu nggak perlu khawatir. Aku janji, aku nggak akan menyerah sampai nyonya Tiara sembuh."
Elvaro ingin rasanya menangis. Ia sudah tahu kebaikan hati Eilani. Gadis ini pantang menyerah seperti juga yang Eilani lakukan padanya dulu.
"Eilani, terima saja jumlahnya. Aku tak akan mengubah apa yang ada disurat kontrak. Kamu jangan merasa nggak enak hati dengan apa yang akan kamu terima."
"Tapi ..."
"Please .....!" Elvaro mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Baiklah." Eilani akhirnya mengalah. "Boleh kita makan sekarang? Aku sudah lapar."
"Silahkan!" Elvaro jadi senang. Bibir tipis Eilani mengingatkan Elvaro bagaimana ia pertama kali mencium gadis itu.
***********
"Selamat ulang tahun. Maaf ya, aku nggak memberikan kado khusus. Soalnya bingung mau kasih kado apa. Kamu kan sudah punya segalanya." Kata Eilani saat ia akhirnya mau datang ke apartemen Elvaro. "Namun aku membuatkan kue untukmu."
Elvaro mengambil kotak kue yang disodorkan Eilani padanya. Saat ia membukanya, matanya langsung berbinar melihat ada kue tart kecil yang dihiasi lilin dengan angka 24.
Eilani langsung mengeluarkannya dari kotak kue, menyalahkan lilin.
"Selamat ulang tahun, El. Semoga diusia yang baru ini, kamu tambah dewasa, dan pekerjaannya semakin sukses, study S2 nya juga boleh selesai."
Elvaro bahagia. Ia menunduk dan langsung meniup lilin itu. Kemudian Eilani memotong kue itu sedikit dan menyuapi Elvaro.
"Waw, enak. Ini beneran kamu yang buat?"
Wajah Eilani langsung cemberut. "Kamu nggak percaya sama aku?"
Elvaro langsung memeluk Eilani dan tanpa gadis itu duga, setelah pelukannya terurai, Elvaro langsung mengecup bibir Eilani. Sangat singkat namun membuat mata gadis itu membulat.
"Kenapa?" tanya Elvaro melihat Eilani terkejut.
"Kamu mencium ku, El."
"Kenapa? Wajarlah jika aku mencium mu. Kita sudah 3 minggu pacaran."
"Tapi, kamu mencium bibirku. Biasanya hanya di dahi atau tangan."
Elvaro mengangkat sebelah alisnya. "Jangan katakan kalau ini adalah ciuman pertamamu."
Wajah Eilani langsung memerah. "Ini memang ciuman pertamaku. Aku kan belum pernah pacaran."
Elvaro kembali memeluk Eilani. "Jadi aku lelaki pertamamu?"
Eilani mengangguk dalam dekapan Elvaro. Cowok itu kembali mengecup bibir Eilani. Tak sesingkat tadi dan cukup membuat Eilani panas dingin.
"Aku ingin jadi pertama dan yang terakhir bagimu, Ei." bisik Elvaro dengan hati yang meluap dengan kebahagiaan.
***********
Duh, kisah mereka manis kan?
Lalu persoalan apa yang membuat mereka terpisah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sandisalbiah
jika Elvano behittu mencintai Eilani kenapa dia tega menyakitinya??
2024-09-19
1
Melya Siena Siena
cinta terhalang restu itu susah banget banyak menderita😔😔😔tpi tidak bisa salahkan ortu juga karena pilihan ortu juga kadang bagus. ibaratnya yah paling banyak berhasil ketimbang pilihan sendri😁
2023-09-08
1
Neng Ati
JD pengen tau knp elvaro dl selingkuhin eilani
2023-09-08
1