Suasana romantis dinikmati oleh 2 manusia berbeda jenis itu yang duduk di atas sofa.
Ciuman manis seolah enggan mereka akhiri. Bukan tentang napsu, tapi tentang rindu yang sudah lama dipendam.
Sesuatu yang rasanya pernah dirasakan oleh Eilani. Ciuman yang menghadirkan rasa bahagia. Seolah cinta sudah lama dimiliki. Sampai akhirnya Eilani dengan cepat mengahiri ciuman itu. Ia menatap Elvaro dengan dada yang sesak.
"Mengapa aku merasa kalau kamu pernah mencium aku sebelumnya?" tanya Eilani.
Elvaro diam sejenak. Haruskah ia jujur kalau dia adalah mantan suami yang sebenarnya telah dilupakan oleh Eilani? Tapi, bagaimana kalau Eilani akan membencinya dan akhirnya tak mau merawat mami Tiara lagi?
Hati Elvaro bergejolak dengan semua pertanyaan itu. "Apakah kamu merasa kalau kita pernah dekat sebelumnya?" tanya Elvaro.
Eilani berdiri sambil memegang kepalanya. "Aku....., aku nggak tahu. Aku sebaiknya pulang."
"Tunggu, biar aku mengantar kamu pulang."
Sepanjang perjalanan, Eilani hanya diam. Elvaro pun tak mau mengajaknya bicara karena sesungguhnya ia tak punya jawaban jika tentang kedekatan mereka di masa lalu.
Akhirnya mobil itu tiba di depan apartemen Eilani. Elvaro dengan cepat turun dan membukakan pintu mobil untuk Eilani.
"Terima kasih untuk makan malam nya ya?" ucap Eilani begitu ia turun dari mobil.
"Apakah besok-besok boleh ku ajak lagi?"
"Akan ku pikirkan."
"Boleh nggak aku peluk kamu?"
"Ha?"
Elvaro langsung memeluk Eilani tanpa menunggu persetujuan perempuan itu. "Terima kasih untuk malam ini." lalu ia melepaskan pelukannya dan langsung masuk ke dalam mobilnya.
Saat tiba di rumah, Elvaro menuju ke kamar maminya. Ia terkejut melihat sang mami yang masih terjaga. Duduk sambil bersandar di sandaran ranjang.
"Mami, kenapa belum tidur?" tanya Elvaro sambil mendekat. Ia duduk di tepi ranjang lalu memegang tangan maminya.
"Tadi mami ke kamar mandi."
"Sendiri? Kenapa nggak pencet bel dan panggil salah satu ART?"
"Kasihan mereka capek, El."
Elvaro terkejut mendengar jawaban maminya. Biasanya Tiara Evans tak pernah peduli dengan para art nya. Mereka capek atau tidak, pokoknya mereka harus melayani sang nyonya. Tiara selalu mengatakan kalau mereka sudah mendapatkan upah yang cukup banyak dibandingkan mereka bekerja di tempat lain.
"Aku takut mami jatuh."
Tiara tersenyum. "Suster Ani sudah mengajarkan cara berjalan ke.kamar mandi. Ada beberapa langkah sebelum belok kanan. Ada beberapa langkah setelah pintu kamar mandi terbuka dan mencapai kloset. Suster Ani itu sangat pintar mengajari mami, El."
"Syukurlah, mi."
"Dia mengajarkan mami agar tak tergantung pada orang lain. Dan tadi mami kayaknya samar-samar melihat cahaya, El."
"Oh ya? Apakah mami tak bermimpi?"
"Tidak. Saat mami keluar dari kamar mandi, mami sempat melihat cahaya selama beberapa detik. Bahkan bentuk kamarnya mulai terlihat. Lalu kemudian semuanya menjadi gelap lagi."
"Mungkin itu proses untuk kesembuhan mami. Aku senang banget."
Tiara mengusap punggung tangan putranya yang ada di genggamannya. "El, besok mami akan minta suster Ani mengantarkan mami ke dokter mata."
"Kalau perlu, El yang akan mengantar mami ke sana."
"Kamu suka sama suster Ani, El?"
Pertanyaan maminya membuat Elvaro terkejut.
"Maksud mami?"
Tiara mencoba meraba wajah putranya. "Mami kemarin mendengar percakapan antara sesama art. Mereka tak tahu kalau mami ada di kamar mandi. Kata mereka, kamu tuh suka banget melirik suster Ani lama-lama. Bahkan katanya setiap kamu memandang suster Ani wajahmu selalu berseri-seri. Apa benar? Secantik apa sebenarnya wajah suster Ani?"
"Secantik hatinya." Elvaro memegang tangan maminya Ang ada di pipinya. "Mi, wajarlah jika aku selalu terlihat berseri-seri saat melihatnya. Aku kagum pada kegigihannya dalam merawat mami. Dia juga penuh kasih pada semua."
"Kamu nggak jatuh cinta padanya kan, El? Kasihan Citra kalau kamu suka sama suster Ani. Mami memang walaupun nggak bisa melihatnya merasa nyaman dengan dia. Mami yakin kalau dia memiliki pesona juga yang membuat semua orang di rumah ini menyukainya. Hanya saja, kamu kan sudah bertunangan dengan Citra. Kurang enak rasanya kalau kalian berpisah hanya karena orang ketiga."
"Seandainya aku belum bertunangan dengan Citra, apakah mami akan setuju aku suka dengan suster Ani?"
Tiara mengangguk. "Mami mungkin akan menjodohkan kalian."
Elvaro merasa hatinya sakit. Ia mencium dahi maminya. "Sebaiknya mami tidur saja. Ini sudah larut."
"Baiklah, El. Kamu juga tidur ya, nak?"
"Iya." Elvaro membantu maminya untuk berbaring. Setelah itu ia menarik selimut dan menutupinya ke tubuh maminya. Setelah meredupkan lampu kamar, ia pun segera keluar dari sana.
El masuk ke kamarnya sendiri. Ia jadi tersenyum membayangkan manisnya ciuman mereka tadi. Lelaki itu memegang bibirnya sendiri seakan itu adalah ciuman pertamanya.
Terbayang kembali masa di mana hubungannya dengan Eilani mulai menjadi renggang.
************
Liverpool waktu itu ...
Sekarang sedang musim dingin. Semua orang yang beraktivitas di luar rumah pasti menggunakan mantel tebal.
Hari ini ada rapat penting di kantor dan sudah berakhir pukul 8 malam. Elvaro sebenarnya sudah bersiap untuk pulang karena Ardy juga sudah pulang karena ada janji kencan dengan Laura. Beberapa menit yang lalu Eilani memberi kabar kalau ia sudah selesai memasak dan Elvaro sudah lapar.
Namun, baru saja ia akan mengambil jaketnya, pintu ruangannya diketuk dan sebelum Elvaro mempersilahkan yang mengetuk pintu itu masuk, pintu sudah dibuka dari luar.
Mata Elvaro terbelalak melihat siapa yang kini memasuki ruangannya. Belum hilang rasa terkejutnya, ia juga melihat ada memar di wajah perempuan itu dan rambutnya nampak berantakan.
"Stella?"
Perempuan cantik berambut pirang itu segera berlari ke arah Elvaro dan langsung memeluknya dengan sambil menangis dengan sangat kencang.
"Tolong aku, El. Tolong aku!" ucap Stella sambil mengencangkan pelukannya. Ia nampak ketakutan karena badannya juga gemetar.
Elvaro berusaha menguasai dirinya dari rasa terkejut yang luar biasa. Stella Jonsons, gadis keturunan Inggris-Spanyol yang merupakan gadis yang pernah sangat dicintainya, yang pergi tanpa pesan, yang membuat hati Elvaro saat itu hancur sampai ia kecanduan narkoba, kini datang kepadanya dalam keadaan kacau.
"Duduk dulu.....!" Elvaro melepaskan pelukannya dan mengajak Stella duduk.
Keduanya pun duduk di sofa yang ada di ruangan Elvaro. Pria itu kemudian mengambil tissue dan memberikannya pada Stella. Ia dapat melihat memar di kedua pipi perempuan itu bahkan sudut bibirnya terlihat berdarah.
Stella berusaha menghentikan tangisnya lalu ia menyisir rambutnya yang berantakan dengan tangannya, mengambil sebuah ikat rambut dari dalam tas nya kemudian mengikat rambutnya dengan asal.
"Aku buatkan teh untukmu." Elvaro pun berdiri, melangkah ke arah meja bulat yang ada di sudut ruangannya, menyalahkan tempat memanaskan air dan tak sampai 5 menit, secangkir teh hangat sudah siap untuk Stella.
Stella sudah membuka jaket tebal yang tadi dipakainya dan sekarang hanya menyisakan sweater berwarna merah dan Elvaro menyadari kalau sweater itu adalah hadiah darinya saat mereka masih pacaran.
"Minumlah." kata Elvaro.
Stella langsung menyesap teh nya dan menghabiskannya. "El, apakah kamu punya makanan di sini? Aku sangat lapar."
Elvaro membuka sebuah toples yang berisi kue kering. Kue buatan Eilani yang baru tadi pagi di bawahnya. "Makanlah."
Stella langsung mengambil beberapa buah kue dan memakannya dengan cepat. Ia bahkan tersedak. Sangat terlihat bagaimana ia lapar.
Elvaro pun menuangkan teh lagi ke dalam gelas milik Stella. Ia dapat melihat kalau tubuh Stella jauh lebih kurus dibandingkan 2 tahun yang lalu. Namun tak menghilangkan kecantikan wajahnya yang pernah menjadi idola di kampusnya dulu. Stella begitu digilai banyak pria. Ia pintar dan aktif mengikuti berbagai kegiatan yang mengharumkan nama universitas mereka. Dan saat itu, Elvaro merasa sangat beruntung ketika Stella menerima cintanya.
"Mau aku pesankan makanan?" tanya Elvaro melihat bagaimana lahapnya Stella memakan kue itu. Perempuan itu langsung mengangguk. Elvaro pun menelepon restoran langganannya dan memesan makanan untuk Stella lalu menelpon bagian keamanan untuk mengantarkan makanan itu ke atas jika sudah datang.
"Maafkan aku mengganggumu, El. Aku tahu kamu pasti kecewa dengan aku. Namun aku tak punya tempat lain untuk pergi. Kamu kan tahu aku hanya memiliki satu saudara dan ia sudah menikah dan tinggal di Australia. Sangat jauh dari sini. Dan semenjak ibuku meninggal dan ayahku kawin lagi, aku memilih tinggal denganmu karena tak mau menganggu kehidupan mereka. " Air mata Stella mengalir lagi.
"El, tolong bantu sembunyikan aku selama beberapa hari. Mantan suamiku pasti akan menemukan aku jika aku pergi ke rumah ayahku. Aku nggak mau lagi bersamanya, El. Dia menyiksa aku dan menjadikan aku sebagai budak di atas ranjangnya."
"Kenapa kamu mau menikahi lelaki psikopat itu?"
Stella menatap Elvaro. "Sebab, jika aku tak menikah dengannya waktu itu, maka ayahku pasti akan dibunuh. Sementara ibu sambung ku waktu itu sedang hamil. Aku terpaksa menikah karena membayar hutang ayahku, El."
"Kenapa kamu tak mengatakan padaku?"
"El, hutang ayahku sangat banyak. Waktu itu kamu baru saja meniti karir."
"Kamu kan tahu keluargaku punya banyak uang?"
"Aku tahu, El. Namun hutang ayahku tak sedikit. sangat banyak. Kamu tahu siapa aku. Aku tak mungkin menyusahkan kamu dengan semua hutang itu. Aku tahu kalau aku sudah menyakiti kamu, El. Namun aku terpaksa melakukannya. Aku bahkan tak pantas mendapatkan maaf darimu." Air mata Stella mengalir dengan begitu derasnya. Ia memegang tangan Elvaro lalu mencium tangan lelaki itu sebagai permintaan maafnya.
Elvaro memejamkan matanya. Stella adalah cinta terbesar yang pernah ia miliki dari sekian banyak perempuan yang pernah dekat padanya. Elvaro hanyut dalam kenangan masa lalu yang memang belum selesai. Kenangan yang ternyata membuat Eilani sangat terluka.
**********
Beberapa episode ke depan adalah cerita masa lalu Elvaro dengan Stella yang membuat Eilani terluka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Elvaro terbuai dgn cinta lamanya dan menyakiti Eilani dan sekarang dia krmbali terbuai dgn cinta lamanya dan ingin menyakiti Citra.. walau dia gak ada rasa dgn Citra tp El kan mau menerima pertunanganya dgn Citra.. jd laki jgn maruk napa El.. jgn jd pecundang yg gak menghargai perasaan perempuan.. bisa jadi Eilani akan membencimu jika ingatanya kembali
2024-09-19
1
ˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀💜⃞⃟𝓛 Jibril Adinda
oh begitu critanya dan kemungkinan El lebih perhatian pada stella waktu itu
2023-09-18
1
Apriyanti
lanjut thor
2023-09-18
1