Tiara terbangun karena merasa haus. Ia perlahan turun dari tempat tidur dan melangkah ke arah pintu. Ia keluar kamar dan langsung berbelok ke kanan karena di sanalah terdapat kamar Eilani. Ia hendak membangunkan suster itu untuk mengambilkan air untuknya.
Sebenarnya 2 hari yang lalu Tiara sudah dioperasi. Namun karena tekanan darahnya tiba-tiba naik sehingga dokter membatalkannya. Tiara tahu kalau ia sedikit tegang dan harus lebih tenang lagi agar operasinya bisa berjalan dengan baik. Sesekali ia sebenarnya sudah bisa melihat sesuatu namun ia belum mengatakannya pada siapapun karena sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Ini mengenal suster Ani yang akhirnya diketahuinya bernama Eilani. Nama yang pernah sangat dibencinya bahkan dengan tega ia melakukan sesuatu yang sangat jahat pada gadis itu.
Mungkin karena kesamaan nama itu dan juga suara mereka yang hampir sama, hati kecil Tiara mengatakan kalau susternya itu adalah Eilani, mantan menantunya.
Tapi, jika itu adalah Eilani, bagaimana mungkin gadis itu mau mengurusnya? Tiara masih ingat dengan sangat jelas peristiwa yang terjadi di lobby hotel itu setelah Eilani menemukan Elvaro bersama dengan Stella.
Gadis itu berlari meninggalkan kamar dan Tiara menyusulnya setelah masuk kamar dan memarahi anaknya sebentar.
"Akhirnya aku bisa membalas semua yang kamu lakukan di hari pernikahanmu dengan Elvaro. Aku juga menangis sangat keras dengan hati yang remuk karena suami dan anakku begitu tega menusuk aku dari belakang demi dirimu."
Eilani menghapus air matanya. "Ini adalah air mataku yang terakhir untuk anakmu, nyonya Tiara. Sebagaimana aku bersumpah akan melupakan Elvaro, maka aku juga akan melupakan dirimu, wanita tanpa perasaan. Aku yakin, orang yang terzolimi tidak akan perah dibiarkan oleh Tuhan. Kamu dan anakmu pasti akan hilang dari ingatanku." lalu Eilani berlari meninggalkan Tiara sendiri. Tiba-tiba terdengar suara guntur yang sangat keras dan kilat yang tiba-tiba datang seiring dengan hujan deras yang mengantikan hujan rintik-rintik yang sejak pagi memang sudah membasahi kota ini.
Hati Tiara menjadi tak tenang ketika ia mengingat apa yang dikatakan Eilani padanya saat itu. Ia merasa ingin bertemu dengan Eilani dan meminta maaf atas semua yang sudah dilakukannya.
Saat tangannya terangkat untuk mengetuk pintu kamar Eilani, ia kaget saat mendengar suara khas orang yang sedang bercinta. Apakah suara itu dari kamar ini?
Tangan Tiara terhenti di udara. Jika benar itu dari kamar Eilani, lalu dengan siapa gadis itu melakukannya? Apakah dengan Elvaro?
Tiara akhirnya kembali ke kamarnya. Ia tahu kalau hubungan Elvaro dengan Citra sejak awal memang sudah tak baik. Ia juga baru menemukan suatu hal yang membuatnya tak ingin memaksa lagi anaknya itu melanjutkan hubungannya dengan Citra.
Apakah Elvaro jatuh cinta dengan suster itu karena kemiripan suaranya dengan Eilani? Tiara mendengar pengakuan semua asisten rumah tangganya yang mengatakan kalau suster Ani memang cantik sekalipun tanpa make up, baik hati dan selalu peduli dengan orang lain. Tiara sendiri merasakan bagaimana ia bisa bangkit karena kegigihan suster itu yang selalu meyakinkannya untuk tidak pernah menyerah.
Besok Tiara akan menanyakan hal itu pada Elvaro.
************
"Mami, kenapa diam saja?" tanya Elvaro saat melihat maminya yang duduk termenung di atas tempat tidurnya. Pagi ini mereka sudah ke rumah sakit dan dokter meminta Tiara untuk beristirahat di kamar perawatannya.
"El, mana suster Ani?"
"Sedang konsultasi dengan dokter Ayu. Dia mau meminta dokter untuk melakukan operasi sore ini saja. Katanya keadaan mami fit pagi ini. Tekanan darah mami juga bagus."
Tiara mengangguk. "Sekarang mami sudah siap kapan saja di operasi."
"El senang mendengarnya, mi."
Tiara mengulurkan tangannya sebagai tanda meminta anaknya mendekat. Elvaro pun mendekat dan duduk di tepi ranjang. Ia memegang tangan kanan maminya.
"Nak, apakah kamu menyukai suster Ani?"
Elvaro terkejut. "Kenapa mami tanyakan itu?"
"Entahlah. Mami merasa, semenjak suster Ani mengurus mami, kamu selalu pulang lebih cepat. Kamu bahkan pernah makan malam bersamanya dan mengabaikan Citra."
"Apakah mami marah jika aku menyukainya?"
"El, mami kok merasa kalau suster Ani itu seperti Eilani Ningrum ya? Suaranya juga mirip. Namun kalau itu Eilani, mungkin dia sudah hilang ingatan sehingga tak mengenal mami yang dulu pernah menyakitinya."
Elvaro merasakan sakit di dadanya. Eilani memang sudah lupa ingatan, mi. Dia melupakan aku dan mami yang pernah menyakitinya, batin Eilani.
"Mengapa sekarang mami mengingat Eilani? Bukankah mami senang karena dia sudah meninggalkan aku?"
Tiara menggeleng. Ia meremas tangan anaknya dengan kuat. Air matanya mengalir. "Maafkan mami yang dulu begitu kejam pada kalian. Kecelakaan ini membuat mami banyak berpikir dan merenung tentang kehidupan mami yang jahat di masa lalu sampai akhirnya mami kehilangan papi mu."
Elvaro menghapus air mata maminya. "Jangan dulu pikirkan itu, ya? Mami sekarang fokus dulu dengan proses operasi matanya. Dokter sangat optimis kalau mami pasti sembuh."
"El, jika mami sudah selesai di operasi, apapun hasilnya, maukah kamu mencari Eilani?"
Elvaro memejamkan matanya. "Akan ku usahakan, mi. Aku takut Eilani justru sudah melupakan kita karena merasa terlalu sakit dengan semua yang terjadi di masa lalu kita."
Tiara akan bicara namun ia tak jadi karena mendengar suara pintu kamar yang terbuka.
"Nyonya, dokter sedikit lagi akan ke sini dan memeriksa kondisi nyonya. Dia setuju akan melakukan operasi sore ini jika semuanya berjalan lancar." kata Eilani. Nampak wajahnya begitu bahagia. Ia mendekati tempat tidur Tiara dan mengusap punggung wanita itu.
"Syukurlah. Aku memang sudah sangat siap." kata Tiara dengan wajah yang nampak bahagia juga.
Elvaro menatap Eilani sedang perasaan bangga. Ia tahu kalau Eilani tak bekerja dengan mereka, maka maminya pasti masih terpuruk saat ini.
Eilani jelas terlihat menghindar kontak mata dengan Elvaro. Wajarlah mengingat apa yang terjadi diantara mereka semalam. Sesuatu yang membuat Elvaro sangat bahagia walaupun Eilani nampaknya enggan untuk membahasnya.
Malam panas yang manis itu masih jelas terekam dalam ingatan Elvaro.
Satu persatu kain yang menutupi tubuh mereka akhirnya terlepas. Tangan Elvaro bahkan bergetar saat tangannya menyentuh kulit Eilani yang sangat lembut itu.
Ketika Elvaro mencium bahu Eilani, ia bahkan hampir menangis karena tak pernah terpikir kalau akhirnya ia bisa menyentuh wanita yang sebenarnya masih menjadi istrinya itu.
Paman dan bibi Eilani memang mengajukan gugatan cerai pada Elvaro ketika Eilani menghilang. Namun istri kakaknya yang adalah seorang pengacara berhasil membatalkan gugatan itu dengan alasan Elvaro ingin Eilani hadir dipersidangan karena ada harta milik bersama yang dibawa oleh Eilani. Tentu saja itu semua hanya karangan Elvaro saja karena sesungguhnya ia tak ingin bercerai. status mereka menggantung tanpa diketahui oleh Eilani.
Ketika tubuh mereka akhirnya menyatu, Elvaro begitu bahagia saat mendengar suara keni**matan itu keluar dari bibir Eilani. Suara yang dulu selalu membuat Elvaro tergoda untuk terus memberikan kepuasan pada istrinya itu.
"El, ini salah....!' kata Eilani diantara deru napasnya yang belum stabil.
Elvaro yang masih belum melepaskan penyatuan mereka, menyeka keringat di wajah perempuan itu. "Jujurlah kalau kita sama-sama menginginkannya. Tubuh kita menyatu karena hati kita lebih dulu menyatu."
"Aku tahu, El. Aku pikir kenapa juga aku tak bisa menolak sentuhanmu. Seakan sebelumnya kita pernah berada di situasi seperti ini. El, ini dosa. Kita berzinah."
Elvaro melepaskan penyatuan mereka namun tak menjauhkan tubuhnya dari Eilani. Andai saja ia bisa mengatakan kalau mereka tak melanggar hukum apapun dengan melakukan ini karena sebenarnya perceraian tak pernah terjadi diantara mereka.
"Sayang, kita menikah saja." kata Elvaro sambil menggenggam tangan Eilani.
"Aku nggak mau membuat mami mu marah, El. Nanti aku dipikir sebagai perempuan tak benar."
Elvaro memeluk Eilani. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher perempuan yang sangat dicintainya itu. "Biar aku yang bicara dengan mami setelah operasinya selesai."
"El...." Eilani mendorong tubuh Elvaro. Ia turun dari ranjang dan segera mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian pergi ke kamar mandi. Agak lama sampai akhirnya Eilani keluar dari sana dengan rambut yang basah.
"Ei, kenapa kamu keramas tengah malam begini?" Elvaro langsung mendekati Eilani namun perempuan itu mengangkat tangannya. Langkah Elvaro pun terhenti.
"El, kembalilah ke kamarmu sebelum kita menjadi bahan pembicaraan seluruh art besok pagi."
"Tapi sayang...."
"Please.....!"
Elvaro pun pergi dengan wajah kesal. Ia masih ingin bersama Eilani bahkan ingin memeluk perempuan itu dalam tidurnya namun ia juga tak mau membuat Eilani marah. Makanya ia pun pergi.
"El....!" Panggilan yang mami membuat lamunan Elvaro tentang kejadian semalam terputus.
"Ya. Ada apa?"
"Maukah kamu pergi ke makam papi? Mami baru ingat kalau hari ini adalah ulang tahun papi mu. Bawa bunga kesukaannya."
"Tapi mami...."
"Kan ada suster Ani. lagi pula ini masih pagi. Jadi kamu akan kembali sebelum mami di operasi."
Elvaro pun mengangguk. Ia segera pergi ke makam papinya untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh maminya.
Setelah Elvaro pergi, Eilani pun membantu Tiara meminum obatnya dan akhirnya Tiara tertidur.
2 jam kemudian Tiara bangun dan Eilani langsung memberikan ia makan, setelah itu membantunya berganti pakaian.
"Suster Ani, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Tiara selesai ganti pakaian dengan pakaian khusus rumah sakit.
"Ya. Ada apa nyonya?"
"Apakah kamu menyukai anakku?"
Eilani terkejut, tepat di saat itu Elvaro sudah berdiri di depan pintu kamar namun mengurungkan niatnya saat mendengar pertanyaan maminya.
"Kenapa nyonya bertanya seperti itu?"
"Aku hanya tak ingin kamu jatuh cinta padanya karena sesungguhnya hati Elvaro tak akan pernah jatuh cinta pada gadis manapun juga. Aku tak mau kamu patah hati dan merusak hubungan di antara kita. Karena sesungguhnya aku tak ingin hubungan diantara kita menjadi renggang walaupun nanti aku sudah sembuh."
Eilani tersenyum. "Nyonya tenang saja. Aku sebenarnya sudah punya tunangan. Ia bekerja sebagai pilot di salah satu maskapai yang ada di Singapura. Makanya kami jarang ketemu. Namun akhir tahun ini kami akan menikah."
"Oh ya?" Tiara nampak senang namun ia juga bingung saat mengingat apa yang di dengarnya semalam.
Sedangkan Elvaro merasakan dadanya sesak. Ia ingat saat melihat kebersamaan Eilani dengan seorang pria yang meneleponnya dengan identitas "honey". Lelaki itu memang memakai kaos yang bertuliskan Singapura di punggungnya. Kalau memang itu adalah tunangan Eilani, lalu apa arti percintaan mereka semalam? Apakah Eilani sebenarnya tak hilang ingatan namun sedang mempermainkannya?
*************
Bagaimana menurut kalian?
Banyak yang penasaran dengan versi lengkap malam manis mereka?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sandisalbiah
bahkan yg kau rasakan sekarang belum ada seperempat dr rasa sakit yg Eilani rasakan dulu akibat ulahmu dan mami mu, El..!! jd jgn mendrama
2024-09-19
0
Widi Widurai
eilani sma tunanganny aja
2024-02-04
1
Diana Oktavia
wah jangan2 pilotnya teman paman adras 😁😁
2023-09-28
2