Tiara menutup mulutnya saat Eilani akan menyuapi obatnya.
"Nyonya, apakah anda akan selamanya seperti ini? Nyonya sayang anak nyonya nggak sih?"
"Peduli apa kamu dengan keluargaku? Pergi!" Tiara nampak marah.
"Aku nggak akan pergi!"
"Dasar nggak tahu malu!"
"Anggaplah aku nggak tahu malu dari pada nyonya yang nggak tahu diri."
"Apa kamu bilang?"
"Ya. Nyonya nggak tahu diri! Sudah dikasih kesempatan oleh Tuhan untuk hidup namun tak memanfaatkan. Nyonya nggak sayang melihat tuan El yang nampak sedih karena nyonya sama sekali tak mau berobat?"
"Apa peduli mu?"
"Jelaslah aku peduli. Karena aku juga kasihan sama nyonya. Aku yakin nyonya pasti bisa sembuh lagi. Pasti bisa jalan dan melihat lagi. Nyonya tunjukan pada dunia kalau nyonya bisa survive. Aku yakin kalau teman-teman sosialita nyonya tersenyum senang karena nyonya terpuruk. Kalau aku jadi nyonya, aku akan bangkit. Aku punya uang yang bisa membuatku mencari pengobatan di tempat termahal sekalipun."
"Diam!"
"Aku yakin kalau almarhum suami nyonya pasti akan menangis di atas sana."
"Kenapa kamu berpikir demikian?"
"Karena dia melihat kalau nyonya tak menghargai pengorbanannya. Apakah mereka tak memberitahu kepada nyonya kalau sebelum mobil itu meledak, tuan masih sempat menarik tubuh nyonya menjauh dari mobil itu tanpa memperdulikan luka yang ada di tubuhnya?"
"Apa?" Tiara nampak kaget.
"Mungkin mereka tak menceritakan karena takut nyonya merasa bersalah. Namun saya pikir nyonya perlu tahu agar tak menyia-nyiakan pengorbanan tuan." Ujar Eilani lalu segera berdiri dan meninggalkan kamar itu. Ia memang sudah mencari penyebab kecelakaan itu melalui salah satu teman polisinya.
**********
Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam saat Elvaro tiba di rumah. Ia yakin kalau Eilani sudah pulang dan itu membuatnya galau karena tak melihat gadis itu.
Hari ini Elvaro ada urusan di Lombok dan ia berangkat ketika waktu masih menunjukan pukul 4 subuh dan kembali sudah hampir tengah malam.
"Bagaimana kabar mami?" tanya Elvaro saat Ned menyusulnya masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai 2.
"Keajaiban terjadi hari ini, tuan. Nyonya mau meminum obatnya dan tak membuang lagi makanan yang diberikan padanya. Walaupun memang nyonya hanya makan sedikit."
Wajah Elvaro langsung tersenyum. Setidaknya berita ini bisa membuat tubuhnya yang lelah menjadi segar.
"Suster Eilani tak menyerah meyakinkan nyonya untuk minum obat. Ia bahkan sering aduh mulut dengan nyonya. Ia tak marah saat nyonya mengusirnya. Baru seminggu ia kerja di sini dan nyonya sudah takluk padanya."
"Dia memang pantang menyerah. Gadis yang sangat keras dengan prinsip hidupnya." Elvaro menyerahkan pakaian kotornya pada Ned dan segera ke kamar mandi untuk mandi setelah seharian penuh beraktivitas.
Selesai mandi, ia ke kamar maminya dan tersenyum melihat ada bunga mawar di sudut kamar mamanya. Elvaro jadi ingat dengan kenangan tentang bunga mawar.
************
Waktu itu Elvaro sedang sibuk dengan tugas akhirnya untuk meraih gelar S2 nya. Sementara ia sendiri harus bekerja di perusahaan kakaknya yang sudah menikah dengan seorang bangsawan asal Inggris dan menetap di Liverpool.
Ia meminta Eilani mengunjunginya di apartemen karena dia begitu rindu dengan gadis itu.
Eilani datang dengan membawa setangkai bunga mawar.
"Untukku?" tanya Elvaro saat Eilani mengulurkan bunga itu padanya.
"Ya."
"Tapi sayang, biasanya cowok yang memberikan bunga untuk cewek. Kenapa sekarang justru terbalik?"
"Memangnya kenapa kalau cewek yang memberikan pada cowok? Aku ingin memberikan sesuatu yang istimewa padamu. Bunga mawar ini adalah bunga pertama yang aku tanam dan berhasil berbunga. Dan aku ingin memberikannya pada seseorang yang istimewa."
Hati Elvaro begitu tersentuh saat merasakan kalau Eilani menjadikannya sebagai orang yang istimewa. Ia kemudian mengambil setangkai mawar itu dari tangan Eilani lalu menciumnya dengan lembut. "Mawar ini sangat indah namun tak dapat menandingi keindahan mu."
Keduanya kini berdiri saling berhadapan. Elvaro meletakan mawar itu di atas meja. Kini kedua tangannya menangkup pipi Eilani. Sedikit memaksa agar gadis itu menatapnya karena Eilani sebenarnya sedang tersipu dan berusaha menghindari kontak mata dengan Elvaro.
"Aku suka tatapan matamu. Selalu bisa membuat aku merasa tenang." Kata Elvaro lalu mengecup dahi Eilani. "Terima kasih sudah datang dalam hidupku disaat aku sedang berada di titik terendah dalam hidupku." Ciuman Elvaro kini berpindah ke mata Eilani membuat gadis itu memejamkan matanya. "Aku mencintaimu dan sangat merindukanmu karena seminggu ini tak bisa bertemu denganmu." Lalu ciuman itu mendarat di bibir Eilani membuat gadis itu sedikit bergetar dan meremas pinggiran kaos Elvaro.
Ciuman itu begitu lembut, menggoda dan akhirnya menjadi panas.
Elvaro adalah lelaki dewasa yang sudah biasa dengan hubungan intim karena ia dibesarkan di budaya Barat. Tentu saja Elvaro menginginkan lebih karena semenjak putus dengan pacarnya yang lalu, ia sudah cukup lama tak berhubungan intim dengan perempuan.
Dengan semua pengalaman yang ia miliki, Elvaro menggoda, merayu dan mencari titik kelemahan gadis yang sama sekali tak berpengalaman ini.
Eilani yang polos dan memang tak memiliki pengalaman apapun memang awalnya tak bisa menolak pesona lelaki tampan ini. Ia terbuai dan hampir mengikuti hasrat masa muda di usia yang ke-19. Namun, nasehat dari paman dan bibinya yang dengan keras mengingatkan dia tentang norma-norma agama dan adat ketimuran membuatnya berhasil menahan tangan Elvaro yang hendak membuka kemeja yang ia kenakan.
"Tidak, El. Aku nggak mau!" Mata Eilani mulai berkaca-kaca.
"Sayang, aku nggak mungkin akan meninggalkan kamu." Kata Elvaro sambil berusaha meredam napsu yang sudah menguasainya.
"Tapi aku nggak mau!" Eilani mendorong tubuh Elvaro yang masih ada di atasnya. Ia memperbaiki kemejanya dan berdiri menjauh. "Maaf, aku memang sudah 2 tahun tinggal di sini. Namun aku nggak mungkin melupakan batasan-batasan pergaulan orang yang berpacaran. Aku nggak bisa seperti mantan-mantan mu yang lain."
Elvaro mengusap wajahnya. Ia berusaha tenang dan menguasai tubuhnya yang begitu ingin menyentuh kekasihnya itu. "Maafkan, aku."
Eilani mengangguk. Ia duduk agak menjauh dari Elvaro. Berusaha juga menenangkan dirinya sendiri. Eilani juga tahu kalau ia bukan sepenuhnya kesalahan Elvaro karena ia juga sempat terbuai ketika Elvaro menyentuhnya.
Selama beberapa menit, keduanya saling diam sampai akhirnya Elvaro yang mendekati Eilani. Ia berlutut di depan pacarnya itu, kemudian meraih kedua tangan Eilani dan menggenggamnya erat. "Sayang, kamu nggak marah kan?"
"Nggak. Aku hanya ingin kamu tahu kalau aku tetap ingin menjaga kesucian diriku sampai di hari pernikahan nanti. Aku begitu menginginkan malam pertama yang istimewa."
Elvaro mencium kedua tangan Eilani yang ada di genggamannya. "Aku akan berusaha menjagamu, sayang."
Akhirnya Elvaro berusaha mengendalikan dirinya untuk tak menyentuh Eilani melebihi apa yang sewajarnya. Hubungan mereka selama 3 bulan berjalan dengan mulus. Elvaro semakin yakin kalau dirinya mencintai Eilani. Dan hari wisudanya pun tiba.
"Papi, mami, ini Eilani pacarku." Elvaro memperkenalkan Eilani sambil menggenggam tangan Eilani dengan erat.
Tiara Evans, menatap Eilani dari ujung kepala sampai ujung rambut. Ia sebenarnya sudah mendengar kedekatan Elvaro dengan Eilani dari kakak Elvaro. Dan ia sudah menyelidiki siapa gadis ini.
"El, kamu tahu bagaimana selera mami. Gadis yatim piatu ini hanya ingin mencari keuntungan dengan mengencani mu." Tiara dengan sengaja ingin menjatuhkan mental gadis yang bersama putranya itu. Ia tak mau putra bungsunya dengan sembarangan mendapatkan gadis yang berasal dari kalangan bawa.
"Honey....!" Steward Evans menegur istrinya namun semua orang juga tahu kalau lelaki bule itu sangat mencintai istrinya dan selalu mau mengikuti kemauan istrinya.
"Mami!" Elvaro pun nampak nggak suka. Apalagi Eilani terlihat begitu sok dipertemuan pertama mereka langsung berhadapan dengan ibu suri yang secara terus terang menunjukan ketidaksukaan nya pada Eilani.
"Mami sudah menyelidiki siapa dia, El. Kamu tahu kan bagaimana kedua kakakmu bisa mendapatkan perempuan terbaik dalam hidup mereka?"
"Maaf nyonya. Saya memang hanya gadis yatim piatu yang miskin. Namun saya tak akan membiarkan harga diri saya diinjak-injak. Permisi!" Eilani melepaskan tangan Elvaro yang menggenggam tangannya. Ia langsung berlari meninggalkan gedung tempat pelaksanaan wisuda itu.
"Mami sungguh keterlaluan! Dia sangat berharga bagi ku. Kalau bukan karena Eilani, aku mungkin sudah mati." Elvaro membuka topi wisudanya dan menyerahkannya kepada papanya. Ia kemudian berlari dan menyusul Eilani. Namun gadis itu sangat cepat menghilang sampai Eilani tak terlihat lagi.
Elvaro mencoba meneleponnya namun Eilani tak mau mengangkatnya. Selama 2 hari Elvaro terus mencari Eilani namun ia tak ada di asramanya. ponselnya pun susah untuk dihubungi. Sampai akhirnya Elvaro menelepon bibi Nova yang mengatakan kalau Eilani sedang praktek di salah satu rumah sakit.
Setelah bertanya pada bagian resepsionis, mereka mengatakan kalau Eilani ada di ruangan dokter Peter. Elvaro ingat kalau Ardy yang berpacaran dengan sahabat Eilani pernah mengatakan kalau di rumah sakit, ada seorang dokter yang naksir Eilani. Namanya dokter Peter. Dada Elvaro langsung dipenuhi dengan rasa cemburu yang mendalam. Apalagi saat ia melihat kalau Eilani sedang tertawa bersama dokter itu sambil menikmati segelas kopi.
"Ei.......!" panggil Elvaro dari depan pintu.
Eilani menoleh. Ia kaget melihat Elvaro ada di sana. "Dokter, saya pamit dulu ya?" Eilani langsung berdiri dan melangkah ke arah Elvaro. Keduanya berjalan bersama ke taman yang ada di rumah sakit itu.
"Kenapa kamu nggak mengangkat teleponku? Kamu bahkan sama sekali tak membaca pesan yang ku kirimkan padamu. Sebenarnya ada apa, Ei?" tanya Elvaro diantara rasa cemburu yang mulai membakar hatinya.
"Aku hanya ingin menenangkan diriku saja."
"Dengan bersama dokter Peter? Aku tahu dokter itu menyukaimu."
Eilani dapat melihat bagaimana cemburunya Elvaro. Berpacaran dengan cowok itu beberapa bulan, cukup membuat Eilani tahu sifat Elvaro yang posesif.
"Aku kebetulan saja ada di ruangannya karena kami baru selesai melakukan operasi. Aku bersyukur karena aku yang masih seorang perawat magang telah diberikan kesempatan untuk melihat proses operasi jantung. Dan sambil melepas lelah kami minum kopi."
"Dan tertawa bersama?"
"Apa salahnya tertawa?"
"Fu**k!" Elvaro melayangkan tinjunya pada pohon yang ada di sampingnya. Eilani terkejut.
"Kamu bodoh! Tanganmu terluka." Eilani akan mengambil tangan Elvaro namun cowok itu menepisnya dengan kasar.
"Aku selama 2 malam ini tak bisa tidur karena terus memikirkan kamu, namun kamu ternyata begitu senangnya tak bertemu dengan aku."
"Siapa bilang? Memangnya kamu bisa tahu perasaan aku? Apa kamu tahu bahwa mami mu kemarin mencari aku di rumah sakit dan mempermalukan aku di depan semua orang?"
"Apa?"
"Sudah ku katakan sejak awal kalau jurang pemisah diantara kita sangat dalam, El. Kita memang nggak cocok. Sebaiknya kita berpisah saja. Aku nggak mau kalau kamu sampai bersitegang dengan kedua orang tuamu hanya karena aku."
Elvaro terkejut. Berpisah dengan Eilani? Itu bukan sesuatu yang ia inginkan. Eilani sudah menyelamatkannya dari kehancuran saat kedua orang tuanya justru sibuk bekerja. "Tidak, Ei. Aku nggak mau." Elvaro tiba-tiba saja memeluk Eilani. "Jangan katakan tentang perpisahan. Aku nggak siap. Aku mencintaimu."
"Lalu bagaimana dengan orang tuamu."
"Aku siap menghadapi mereka. Aku siap memperjuangan kamu asalkan kamu tak meninggalkan aku." Elvaro melepaskan pelukannya. Ia membelai wajah Eilani. "Katakan kalau kamu akan tetap bersama dengan aku. Please.....!"
Eilani memejamkan matanya. Teringat kembali bagaimana kasar dan menyakitkan kata-kata yang diucapkan nyonya Tiara padanya kemarin. Namun, Eilani juga tak bisa memungkiri kalau ia mencintai Elvaro.
***********
Elvaro menutup pintu kamar maminya. Ia kemudian berdiri di depan jendela yang menghadap ke taman samping. Kenangan demi kenangan manis itu kembali bermain di memori Elvaro. Apakah benar Eilani melupakan aku?
********
Bagaimana menurut kalian? Apa sih yang menyebabkan Eilani terluka dan tak ingin mengingat Elvaro lagi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sandisalbiah
jika Tiara memandang dan memperlakukan Eilani serendah itu maka amnesia ini merupakan hal terbaik buat Eilani.. setidaknya dia tdk. merasa terganggu dgn masa lalu yg menyakitkan itu.. dan anggap lah kondisi nyonya Tiara sebagai teguran utknya yg begitu sombong dan suka menghina dan memandang rendah orang lain..
2024-09-19
1
neng ade
mungkin karena terlalu menyakitkan kata2 yg dilontarkan mom Tiara apalagi dipermalukan didepan semua orang sangat direndahkan juga
2023-09-08
1
Melya Siena Siena
sampai sini masih misteri sih masih tanda tanya. kayaknya masih ada belum diceritain deh masa lalu nenyakitkannya, kalau menurutku nih yah thor ini Eilani bencinya sama El bukan maminya krn sekasar apapun itu maminya kalau besarnya cintanya ke El psti bertahan. bisa jadi El bikin kecewa ini🤭🤭🤭tebak² dulu
2023-09-08
0