Diberkati Naga

Tatapanku terkunci pada mata wanita itu. Sorot matanya yang diarahkan padaku terasa penuh dengan kebencian. Aku merasakan keringat dingin mengaliri punggungku. Ini baru pertama kalinya kami berdua bertemu, namun kenapa dia tampak seperti seseorang yang memiliki dendam pribadi padaku?

Lamunanku sirna karena suara Evander.

"Dalish, aku membutuhkan bantuanmu untuk menemukan siapa pelaku yang telah menyebabkan kekacauan di lembah naga." Perintah Evander terdengar begitu tegas.

Dalish? Ah, wanita itu bernama Dalish. Mendengar ucapan Evander, tatapan wanita itu beralih ke arah Evander. Aku berani bersumpah bahwa aku melihat sorot kekaguman yang tampak begitu jelas dalam tatapan wanita itu ketika ia menatap Evander. Bagaimana bisa ia berubah secepat itu? Beberapa detik yang lalu dia menatapku dengan sorot mata penuh kebencian, namun saat ini sorot matanya tiba-tiba berubah menjadi tatapan kekaguman ketika ia menatap Evander.

"Apapun yang kau mau, Yang Mulia." Ia mengatakannya dengan senyum yang tampak mempesona.

Ia terlihat begitu menyukai Evander. Aku menatap bergantian ke arah Dalish lalu ke arah Evander. Sepertinya Evander terlihat biasa saja. Tidak tampak ketertarikan yang nampak di matanya terhadap Dalish. Ah, sudahlah itu bukan urusanku, aku mengingatkan diriku sendiri.

"Aku ingin kau segera menemukan pelakunya dan membawanya padaku!" Evander mengulangi perintahnya.

"Baiklah." Dalish melangkah maju dan mendekati Evander. "Apapun akan ku lakukan untukmu."

"Berhenti bersikap berlebihan seperti ini!" Evander nyaris mendesis ketika mengucapkannya.

"Aku akan menunggu kabar darimu. Untuk saat ini, semuanya boleh kembali ke rumah masing-masing!" Perintahnya.

Semua gerombolan itu berbalik dengan serentak dan pergi meninggalkan halaman istana. Kelompok penyihir juga pergi, namun aku sekilas melihat Dalish mengerling ke arah Evander sebelum ia melangkah pergi. Aku mencuri pandang ke arah Evander, pria itu tidak membalas kerlingan Dalish. Aku menyembunyikan senyum kemenanganku.

Kini, hanya ada aku, Evander, Azelyn dan Baltazar di tempat ini.

"Siapa wanita itu?" tanyaku tidak menyembunyikan rasa penasaranku.

"Ia adalah pemimpin penyihir di Woodland Realm." Evander menjawab dengan singkat.

"Sepertinya dia terlihat menyukaimu," ujarku lugas.

Aku menoleh ke arah Evander ketika dia mengerucutkan bibirnya ke depan dengan jengkel.

"Jangan konyol!" ujarnya dan mengibaskan tangannya ke udara.

"Baltazar, kembalilah bekerja. Aku akan ke kamarku." ujar Evander tanpa menoleh ke arah pengawalnya.

Aku melirik ke arah Baltazar yang mengangguk dengan tegas. Ia tersenyum ke arahku dan mengangguk sebelum berbalik dan berjalan meninggalkan kami.

Saat ini kami tinggal bertiga. Aku menatap ke arah Azelyn yang masih terdiam seolah kesedihannya masih belum berkurang semenjak kejadian tadi. Evander menyentuh bagian samping kepala Azelyn.

"Istirahatlah, Azelyn!" Evander mengucapkannya secara langsung, bukan melalui telepati.

Aku melihat Azelyn mengedipkan kelopak matanya dan mengangguk ke arah Evander. Setelahnya ia menatap ke arahku dan tiba-tiba moncongnya di dekatkan ke arahku. Aku memekik dan melangkah mundur.

"Jangan takut, makhluk kecil!" ucap Azelyn lewat pikiranku.

Aku nyengir dan seketika merasa bersalah atas tindakanku barusan. Aku mengusapkan tanganku di bagian samping kepalanya seperti yang tadi Evander lakukan.

Tiba-tiba Azelyn kembali mendekatkan moncongnya ke arahku. Kali ini aku tidak mundur dan juga tidak merasa takut. Toh, aku percaya ia tidak akan menyemburkan api naganya ke arahku.

Tiba-tiba moncongnya menyentuh dahiku. Aku merasakan kulit Azelyn yang agak panas. Aku sedikit mengernyit namun aku tidak menjauh darinya agar aku tidak membuatnya terluka oleh sikapku. Tiba-tiba aku merasakan aliran energi yang seperti mengalir ke dalam jiwaku. Aku tersentak ketika aliran energi itu seolah memberiku kekuatan yang lebih dari biasanya.

Aku merasakan energi itu seperti mengalir dan berdenyar di seluruh tubuhku. Apakah ini sihir seperti yang dikatakan Evander? Mungkin benar begitu. Aku bingung kenapa ia mengirimkan energi padaku. Aku kan manusia biasa yang tidak mengerti apa-apa tentang sihir. Sudahlah, terlalu banyak pertanyaan di dalam kepalaku seolah seperti teka-teki yang masih saling bertautan.

Beberapa detik berlalu dan Azelyn menjauhkan moncongnya dari dahiku. Ia mengangguk dan berkedip dengan perlahan ke arahku. Aku masih menatap ke arahnya dengan pandangan bingung. Aliran energi itu telah berhenti. Kini aku merasakan tubuhku seperti menjadi lebih kuat dari biasanya. Aku melihat ke arah kedua telapak tanganku dan ke arah lenganku. Tidak ada yang berubah dari tubuhku.

"Apa itu barusan?" tanyaku ke arah Evander.

Evander menatapku lama.

"Azelyn memberkatimu," jawabnya lirih.

"Memberkati?" Aku tidak mengerti apa yang ia maksud.

"Naga akan memberkati orang-orang yang dipilihnya. Selama ini hanya aku yang dipilih oleh Azelyn." Evander menjelaskannya dengan menatap tepat ke arah mataku.

"Lalu, kenapa dia memberkatiku? Apa artinya ini?" tanyaku lirih.

"Artinya, dia menyukaimu." Evander menjawabku dengan cengiran khasnya.

Setidaknya aku lega karena sikapnya yang hangat telah kembali. Walaupun aku masih belum benar-benar mengerti apa artinya diberkati oleh naga, setidaknya kini aku kembali melihat senyuman di wajah Evander. Ah, kenapa aku menyukai senyumannya? Aku menepiskan pikiran itu.

"Istirahatlah bersamanya!" Suara Azelyn terdengar tegas di dalam pikiranku.

Ada yang berbeda dari komunikasi Azelyn saat ini. Sekarang ia membuka pikirannya sekaligus kepaku dan Evander secara bersamaan! Itu artinya kami bertiga bisa berbicara dengan telepati secara bersamaan! Wow, batinku.

Aku seketika menoleh ke arah Evander yang saat ini sedang tertawa ke arahku. Tampaknya dia senang dengan apa yang diperintahkan oleh naganya. Aku mengangkat sebelah alisku padanya. Dia mengangkat sebelah bahunya sebagai balasan terhadapku.

Azelyn melangkah pergi dan meninggalkan kami berdua.

"Kemana dia pergi?" tanyaku.

"Dia biasa tidur di bagian belakang istana." Ia menjawab dengan tatapannya yang masih tertuju ke arah Azelyn.

Aku ingat saat pertama aku sampai di sini ketika aku melihat naga itu terbang kemudian menghilang di bagian belakang istana.

Beberapa saat telah berlaku sejak Azelyn meninggalkan kami berdua di halaman. Kini halaman itu tampak sepi, hanya ada aku dan Evander. Aku berdiri dengan kikuk. Kenapa aku seperti ini? Ah, aku mengenyahkan pikiran konyolku.

"Mmm...apa yang akan kau lakukan setelah ini?" Aku berusaha memecahkan keheningan di antara kami berdua.

Evander menatap tepat ke arah mataku. Dia tidak mengatakan sepatah katapun. Hanya menatapku. Namun anehnya, seolah tatapan matanya menembus ke dalam jiwaku. Aku merinding dan memalingkan wajahku untuk menghindari tatapannya. Aku merasakan jantungku berdebar karena tatapannya.

Tiba-tiba, aku merasakan sentuhan lembut tangan Evander di pipiku. Aku menoleh ke arahnya. Ia masih menatapku seperti tadi. Tatapan yang seolah menembus jiwa. Aku merasakan jantungku semakin tidak karuan. Kenapa sentuhannya membuatku semakin gugup begini?

"Ayo, ikutlah denganku!" ujarnya pelan.

"Kemana?" tanyaku polos

"Ke kamarku." Ia menjawab dengan begitu singkat.

"Apa?" Aku membelalak kaget.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!