Bab 19 - Menangislah

"Oh, maaf. Apa sebelumnya sudah buat janji dengan Dokter Heni atau belum?" tanya sang resepsionis klinik dengan sopan.

"Maaf, Mbak. Belum," jawab Berliana apa adanya karena memang ia tak memiliki nomor kontak Dokter Heni sehingga tak membuat janji terlebih dahulu. Apalagi kunjungannya ini yang perdana dan sekaligus dadakan alias tanpa rencana sama sekali.

"Baru saja lima menit yang lalu Dokter pulang. Lebih baik kita buatkan jadwal terlebih dahulu bagaimana?" tanya sang resepsionis.

"Aduh, gimana ya Mbak. Saya soalnya urgent mau konsultasi dengan Dokter Heni. Begini saja, kalau boleh saya minta tolong Mbaknya telepon Dokter Heni sekarang dan bilang saja bahwa Berliana Cahaya Mahendra cucu Jenderal Polisi Prasetyo Pambudi penting ingin bertemu di klinik. Saya yakin pasti beliau akan merespon dengan cepat. Dan semoga belum jauh jadi masih bisa putar balik guna kembali ke klinik," ucap Berliana dengan nada memohon.

"Baik, Nyonya Berliana duduk dulu saja. Saya coba hubungi Dokter Heni," jawab si resepsionis.

"Oke. Terima kasih banyak Mbak," cicit Berliana seraya berjalan perlahan ke arah salah satu tempat duduk yang kosong di lobby klinik.

Dan tak berselang lama akhirnya si resepsionis wanita itu mendekati tempat duduk Berliana dan mengatakan bahwa Dokter Heni bersedia menuju ke klinik. Berliana tersenyum sumringah dan setia menunggu.

Sedangkan di dalam mobil yang dikemudikan sang sopir, Dokter Heni cukup terkejut setelah mendapat telepon dari resepsionis kliniknya bahwa cucu dari lelaki yang namanya menjadi cinta pertama di hatinya, kini mendatangi kliniknya.

"Ada apa gerangan sampai cucunya Pras datang ke klinikku? Apa ingin berkunjung biasa atau ada masalah penting?" batin Dokter Heni.

Secara kebetulan hari ini dirinya memang bertugas pagi dan hanya beberapa jam berada di klinik, sehingga siang sudah harus kembali pulang ke rumah. Ia tidak boleh lama-lama bekerja. Sebab selain faktor usia, juga karena sifat posesif dan perhatian dari suaminya. Yang dengan tegas melarangnya terlalu capek dan sebagainya.

Bahkan Dokter Heni sebenarnya sudah disarankan pensiun oleh sang suami. Namun karena kecintaannya dengan profesinya sebagai dokter spesialis kejiwaan maka ia tetap menekuni profesinya itu hingga usia senjanya.

Semangatnya menyembuhkan pasien-pasiennya masih berkobar tinggi. Alhasil suaminya mengizinkan tetapi dengan berbagai syarat yakni salah satunya membatasi waktu bekerjanya dan prioritas pada pasien wanita. Jika ada pasien laki-laki maka itu tugas Aldo, putranya.

Beruntung mobil Dokter Heni belum jauh dari klinik sehingga lima belas menit kemudian, orang yang ditunggu Berliana itu pun tiba di klinik.

Wanita yang sudah berusia senja namun masih bugar dan terlihat tetap cantik itu pun melangkah perlahan memasuki area klinik pribadinya dan langsung menatap Berliana dibalik kacamata tuanya.

"Berliana," sapa Dokter Heni seraya tersenyum.

"Dok_ Dokter Heni," ucap Berliana sedikit tergagap karena ada kegamangan dan keresahan yang berkecamuk di hatinya. Bimbang untuk melangkah maju atau mundur. Tetapi kini ia sudah berhadapan dengan Dokter Heni. Mau tak mau ia berusaha memukul mundur keragu-raguan yang sempat menggelayutinya sejak tadi saat menunggu kedatangan Dokter Heni.

"Apa kabar pengantin baru?" tanya Dokter Heni seraya tersenyum dan memeluk Berliana dengan penuh sayang.

"Baik, Dok."

"Ehm... tumben pengantin baru, datang ke klinik. Bukankah seharusnya lagi asyik bulan madu," ledek Dokter Heni sengaja berbasa-basi.

"Belum bisa bulan madu, Dok. Soalnya sudah mau lulus kuliah. Sayang kalau ditunda-tunda," ucap Berliana memberi alasan. Dan fakta itu memang benar adanya sehingga ia dan suaminya sepakat menunda bulan madu. Walaupun dalam hatinya ia sangat ingin menikmati fase indah tersebut.

"Ayo-ayo masuk dulu ke ruanganku. Nanti kamu bisa bebas cerita hal yang lebih menyenangkan dan menenangkan di dalam sana," ucap Dokter Heni seraya mengajaknya masuk ke ruangan pribadinya.

Berliana pun berjalan beriringan dengan Dokter Heni menuju ruangan yang dimaksud. Dokter Heni bukan anak kemarin sore. Mendengar kedatangan Berliana ke kliniknya saat fase yang seharusnya dilakukan pasangan pengantin baru, hal itu sudah membuatnya terkejut.

Terlebih saat kedatangannya kembali ke kliniknya, melihat Berliana sendirian tanpa suami dan memakai pakaian yang berbeda dari keseharian Berliana yang ia tahu, membuat intuisinya sebagai seorang psikiater tergerak dengan apik.

Namun ia berusaha membuat Berliana senyaman mungkin bersamanya. Karena tidak mungkin cucu mendiang Prasetyo ini datang ke kliniknya hanya untuk sekedar basa-basi menyapanya. Darah kental seorang Jenderal Polisi Prasetyo Pambudi pasti menurun juga pada anak cucunya, yang ia yakini. Pasti ada hal lain yang sangat penting.

☘️☘️

Keheningan sesaat sempat melanda kedua wanita beda usia di dalam ruangan khusus tersebut. Terlebih Berliana bertingkah cukup aneh di mata Dokter Heni.

Putri sulung Bening ini sejak tadi dilihatnya hanya menunduk sambil meremat jarinya. Dan kacamata hitamnya masih bertengger apik di hidung mancung Berliana, tak dilepas walaupun sudah berada di dalam ruangan. Akhirnya Dokter Heni mengambil inisiatif bersuara terlebih dahulu.

"Apa ada masalah dengan rumah tanggamu, Nak?" tanya Dokter Heni lembut penuh keibuan seraya memegang pundak Berliana yang duduk di sampingnya.

Berliana yang tak kuasa menahan gejolak dalam hatinya, akhirnya menangis juga. Ia memeluk Dokter Heni dan menangis tersedu-sedu. Air matanya mengalir deras. Luruh tanpa disuruh. Tumpah ruah.

"Hiks...hiks...hiks..." tangis Berliana pecah seketika.

"Keluarkan semua yang bercokol di hatimu. Lepaskan beban itu agar kamu lega. Cukup sehari kamu menangis, setelahnya aku melarangnya dengan tegas. Menangislah sayang, tak apa. Semua manusia pernah menangis karena memang Tuhan menciptakan air mata untuk dikeluarkan bukan untuk dipendam," bisik lembut di telinga Berliana. Begitu menentramkan jiwanya yang tengah tergoncang hebat akibat ulah suaminya yang tengah sakit. Entah sakit apa, dirinya belum tahu. Begitu juga dengan obat agar suaminya segera sembuh seperti manusia normal pada umumnya. Masih abu-abu dalam benaknya.

Ingatlah bahwa semesta tidak akan pernah memberikan kita cobaan melebihi batas kemampuan hambaNya. Selalu ada solusi terbaik di setiap masalah yang tengah kita hadapi. Dan yakinlah bahwa Sang Pencipta sedang meninggikan derajat kita dalam setiap cobaan yang datang menghampiri.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

@⍣⃝కꫝ🎸BuNdAιиɑ͜͡✦🇵🇸

@⍣⃝కꫝ🎸BuNdAιиɑ͜͡✦🇵🇸

berliana datang ke alamat yg tepat

2024-02-23

2

Nendah Wenda

Nendah Wenda

tetap kuat Berliana semangat💪💪

2023-11-17

2

Yanti Yanti

Yanti Yanti

heemm.semoga berliana kuat menjalani rumah tangganya.

2023-11-17

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Pernikahan Mewah
2 Bab 2 - Perjanjian Pernikahan
3 Bab 3 - Tamparan
4 Bab 4 - Dewa Anggara
5 Bab 5 - Pulang ke Bandung
6 Bab 6 - Aku Menginginkanmu
7 Bab 7 - Menu Pembuka
8 Bab 8 - Frustasi
9 Bab 9 - Tabir Masa Lalu Part 1
10 Bab 10 - Tabir Masa Lalu Part 2
11 Bab 11 - Tabir Masa Lalu Part 3
12 Bab 12 - Anak ?
13 Bab 13 - Rutinitas di Kampus
14 Bab 14 - Terbakar Api Cemburu Tak Kasat Mata
15 Bab 15 - Papah-Mamah, Tolong Aku !
16 Bab 16 - Ada Apa Dengan Suamiku ?
17 Bab 17 - Istriku Tidak Selingkuh
18 Bab 18 - Terpaksa Menutupinya
19 Bab 19 - Menangislah
20 Bab 20 - Konsultasi
21 Bab 21 - Ketahuan
22 Bab 22 - Perubahan Berliana
23 Bab 23 - Menggoda Suami
24 Bab 24 - Test Drive
25 Bab 25 - Belum Sembuh
26 Bab 26 - KKN
27 Bab 27 - Janda Dua Kali
28 INPO RECEH
29 Bab 28 - Pengabdian di Desa Tapal Batas
30 Bab 29 - Mengambil Langkah Seribu
31 Bab 30 - Menguak Tabir
32 Bab 31 - Pertemuan Rahasia
33 Bab 32 - Cinta dan Takdir
34 Bab 33 - Ruang Kerja
35 PROMO KARYA BARU
36 Bab 34 - Duda Tanpa Malam Pertama
37 Bab 35 - Liburan
38 Bab 36 - Demi Istriku
39 Bab 37 - Sayang ?
40 Bab 38 - Upah Jadi Joki
41 Bab 39 - Hukuman
42 Bab 40 - Dua Wanita Cantik Merajuk
43 Bab 41 - Siapa Dia?
44 Bab 42 - Pura-Pura Hamil
45 Bab 43 - Menantu Megalodon
46 Bab 44 - Kedatangan Seseorang
47 Bab 45 - Penuh Ketegangan
48 Bab 46 - Darah ?
49 Bab 47 - Ulah Siapa ?
50 Bab 48 - Menguak Tabir Sebenarnya
51 Bab 49 - Saya Suaminya
52 Bab 50 - Dibuat Tak Berkutik
53 Bab 51 - Siuman
54 Bab 52 - Tak Mau Bertemu
55 Bab 53 - Penjelasan
56 Bab 54 - Mimpi Indah
57 Bab 55 - Kepergian Berliana
58 Bab 56 - Empat Bulanan
59 Bab 57 - Mertua vs Menantu
60 Bab 58 - Gelayut Mendung
61 Bab 59 - Kritis
62 Bab 60 - Buka Puasa
63 Bab 61 - Bahagia Bersama (Ending)
64 PROMO KARYA BARU
65 PROMO KARYA BARU
66 PROMO KARYA BARU
67 Launching Novel Baru
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 - Pernikahan Mewah
2
Bab 2 - Perjanjian Pernikahan
3
Bab 3 - Tamparan
4
Bab 4 - Dewa Anggara
5
Bab 5 - Pulang ke Bandung
6
Bab 6 - Aku Menginginkanmu
7
Bab 7 - Menu Pembuka
8
Bab 8 - Frustasi
9
Bab 9 - Tabir Masa Lalu Part 1
10
Bab 10 - Tabir Masa Lalu Part 2
11
Bab 11 - Tabir Masa Lalu Part 3
12
Bab 12 - Anak ?
13
Bab 13 - Rutinitas di Kampus
14
Bab 14 - Terbakar Api Cemburu Tak Kasat Mata
15
Bab 15 - Papah-Mamah, Tolong Aku !
16
Bab 16 - Ada Apa Dengan Suamiku ?
17
Bab 17 - Istriku Tidak Selingkuh
18
Bab 18 - Terpaksa Menutupinya
19
Bab 19 - Menangislah
20
Bab 20 - Konsultasi
21
Bab 21 - Ketahuan
22
Bab 22 - Perubahan Berliana
23
Bab 23 - Menggoda Suami
24
Bab 24 - Test Drive
25
Bab 25 - Belum Sembuh
26
Bab 26 - KKN
27
Bab 27 - Janda Dua Kali
28
INPO RECEH
29
Bab 28 - Pengabdian di Desa Tapal Batas
30
Bab 29 - Mengambil Langkah Seribu
31
Bab 30 - Menguak Tabir
32
Bab 31 - Pertemuan Rahasia
33
Bab 32 - Cinta dan Takdir
34
Bab 33 - Ruang Kerja
35
PROMO KARYA BARU
36
Bab 34 - Duda Tanpa Malam Pertama
37
Bab 35 - Liburan
38
Bab 36 - Demi Istriku
39
Bab 37 - Sayang ?
40
Bab 38 - Upah Jadi Joki
41
Bab 39 - Hukuman
42
Bab 40 - Dua Wanita Cantik Merajuk
43
Bab 41 - Siapa Dia?
44
Bab 42 - Pura-Pura Hamil
45
Bab 43 - Menantu Megalodon
46
Bab 44 - Kedatangan Seseorang
47
Bab 45 - Penuh Ketegangan
48
Bab 46 - Darah ?
49
Bab 47 - Ulah Siapa ?
50
Bab 48 - Menguak Tabir Sebenarnya
51
Bab 49 - Saya Suaminya
52
Bab 50 - Dibuat Tak Berkutik
53
Bab 51 - Siuman
54
Bab 52 - Tak Mau Bertemu
55
Bab 53 - Penjelasan
56
Bab 54 - Mimpi Indah
57
Bab 55 - Kepergian Berliana
58
Bab 56 - Empat Bulanan
59
Bab 57 - Mertua vs Menantu
60
Bab 58 - Gelayut Mendung
61
Bab 59 - Kritis
62
Bab 60 - Buka Puasa
63
Bab 61 - Bahagia Bersama (Ending)
64
PROMO KARYA BARU
65
PROMO KARYA BARU
66
PROMO KARYA BARU
67
Launching Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!