Sepanjang malam, Dion dengan sabar menunggu Berliana siuman. Padahal Berliana sudah sadar namun karena beberapa bagian tubuhnya terasa sakit dan nyeri serta rasa takut yang masih menghantuinya maka ia lebih memilih memejamkan matanya.
Ia takut suaminya itu kembali menyiksanya. Dan tanpa terasa justru ia akhirnya tertidur pulas akibat lelah yang menderanya.
Berbeda dengan Berliana yang tertidur pulas, Dion justru tak bisa memejamkan matanya. Bahkan saat ini ia tengah mengusap wajahnya secara kasar. Sebab telah salah menilai istrinya berselingkuh dengan Hamid.
Yang ia pikir Berliana terlambat pulang ke rumah karena tengah berkencan dengan Hamid setelah keduanya terlihat jalan bersama di apartemen. Ternyata faktanya tidak seperti yang ia tuduhkan.
Tak lama setelah Dokter Aldo pulang, jam menunjukkan pukul sepuluh malam, ada seorang wanita muda seusia istrinya diantar seorang lelaki mendatangi kediamannya. Wanita muda itu memakai seragam kerja dan tertera nama supermarket yang ada di depan komplek perumahannya.
"Maaf, apa benar ini rumah Nyonya Berliana?" tanya wanita itu padanya.
"Iya, dia istri saya. Ada apa ya?" tanya Dion.
"Ini saya mau kembalikan dompetnya yang tadi tertinggal di meja kasir. Maaf saya terlambat sadar jika dompet istri bapak ketinggalan. Waktu saya kejar, ternyata mobil yang dikendarai istri bapak sudah pergi dan masuk ke perumahan ini. Karena tadi saya masih jam kerja, jadi baru bisa mengembalikannya sekarang. Maaf," cicit wanita itu dengan sopan seraya menyerahkan dompet Berliana pada Dion dan meminta maaf.
Deg...
Mendadak hatinya mencelos mendengar fakta baru dari pegawai supermarket yang tengah berdiri di hadapannya ini tentang istrinya.
"Ehm, tadi istri saya belanja ke supermarket sendiri atau berdua ya Mbak?" tanya Dion.
"Setahu saya sendirian, Pak. Kalau misal Bapak membutuhkan sesuatu, boleh dicek ke Manager saya. Di supermarket kan ada cctv," jawab wanita itu dengan lugas.
"Jadi benar yang dikatakan Berliana kalau dia terlambat pulang karena berbelanja bukan kencan sama si Hamid itu," batin Dion.
"Enggak perlu, Mbak. Terima kasih banyak. Ini ada sedikit ucapan terima kasih karena sudah mengembalikan dompet istri saya," ucap Dion tulus seraya memberikan tips berupa dua lembar uang seratus ribuan pada wanita tersebut.
"Enggak perlu, Pak. Saya ikhlas mengembalikan dompetnya," ujar wanita itu.
"Saya juga ikhlas kok, Mbak. Sudah, terima saja. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Dion sedikit memaksa.
"Sama-sama, Pak. Semoga keluarga Bapak dan Istri bahagia selalu. Amin...." ucap wanita itu seraya menerima tips pemberian Dion dan berpamitan.
"Amin...." jawab Dion seraya tersenyum tipis.
☘️☘️
Tangannya terulur membenahi rambut istrinya yang menutupi sebagian wajah Berliana. Ia mendapati beberapa helai rambut Berliana yang rontok akibat tercabut secara kasar olehnya.
Lalu pandangan sendunya beralih turun melihat pelipis mata sebelah kiri dan tulang pipi istrinya yang memar kebiruan akibat tamparan dan tonjokan yang ia lakukan.
Sedangkan di sekujur tubuh cantik putih mulus itu, kini berubah menjadi banyak cakaran serta goresan akibat cengkeraman kasar kukunya serta cambukan ikat pinggangnya. Dan bekas kemerahan akibat ikatan tali pada pergelangan tangan dan kakinya. Semua itu hasil euforia sadismenya tanpa sadar.
"Maaf, maafkan aku Ber. Argghh !!" jerit Dion seraya menitikkan air mata lalu ia bergegas pergi masuk ke dalam kamar mandi.
BRAKK !!
Suara pintu kamar mandi yang dibanting keras oleh Dion membuat Berliana terkejut lalu perlahan membuka matanya walaupun nyeri masih menghinggapinya.
Pintu kamar mandi yang tak tertutup sempurna membuat ia bisa mendengarkan suara jeritan dan tangisan suaminya itu di dalamnya. Tak ayal kesedihan pun merasuk hatinya. Air matanya menetes tanpa disuruh.
"Kuatkan aku ya Tuhan," batin Berliana sendu.
Sedangkan di dalam kamar mandi, Dion tengah dihantui oleh sosok bayangan. Sosok berwarna hitam yang selalu membangkitkan jiwa sadismenya. Namun tak lama bayangan itu pergi menghilang berganti tangisan pilu ibunya.
Saat dirinya ingin mendekati sang ibu. Justru ibunya seakan kecewa dan marah padanya. Bertahun-tahun ibunya tak pernah datang ke alam bawah sadarnya sejak meninggal dunia. Baru kali ini datang namun seakan enggan melihat dirinya. Lantas pergi meninggalkannya begitu saja sehingga membuatnya semakin menangis sejadi-jadinya di kamar mandi.
☘️☘️
Kediaman Dokter Heni, Bandung.
Setibanya Dokter Aldo pulang ke rumah orang tuanya, ia pun tanpa sengaja berpapasan dengan Bundanya yang tengah berada di dapur.
"Abang kok tumben baru pulang? Eh tunggu, bukannya tadi Abang sudah pulang sore terus masuk ke kamar. Kok ini sepertinya habis dari luar. Ada pasien?" tanya Dokter Heni, ibu tiri Aldo.
"Iya, Bun. Ada panggilan darurat jadi malam-malam periksa pasien. Bunda kok belum tidur?" tanya Aldo.
"Ini Papamu minta dibuatkan wedang jahe. Kamu mau Bunda buatkan juga?" tanya Dokter Heni menawarkan minuman pada anak tirinya itu.
"Boleh, Bun. Wedang jahe buatan Bunda paling joss pokoknya. Enggak ada tandingannya," jawab Aldo seraya tersenyum memuji.
"Halah... enggak Papa enggak anaknya suka modus. Ngomong-ngomong pasienmu sakit apa? Kamu jarang banget mau terima pasien kalau sudah di rumah kecuali orang terdekat," cicit Dokter Heni seraya menatap putra tirinya itu dengan seksama.
"Yang sakit suaminya. Cuma istrinya jadi korban K D R T. Istrinya tadi pingsan setelah dihajar babak belur sama suaminya makanya aku disuruh ke rumahnya buat lihat kondisi istrinya. Kalau dibawa ke rumah sakit kan bisa masuk penjara, Bunda." Dokter Aldo menjelaskan pada Dokter Heni namun ia tak menyebutkan nama pasiennya. Sebab ia khawatir pada nasib pernikahan Dion jika sampai Bundanya melaporkan pada orang tua Berliana.
"Kompleks juga masalah teman kamu. Tapi, apa suaminya sakit parah? Kan bisa kamu terapi di klinik kalau ada masalah kejiwaannya," cicit Dokter Heni.
"Lumayan parah tapi masih bisa sembuh kok. Aldo lama di pelosok jadi dia enggak mau terapi dengan dokter lainnya. Makanya nanti aku suruh dia terapi lagi di klinik biar cepat sembuh. Mumpung aku sudah ditugaskan kembali di Bandung," ucap Dokter Aldo.
Tanpa terasa obrolan keduanya mengalir dan wedang jahe pun telah siap diminum.
"Ini wedang jahemu. Segera tidur dan jangan begadang. Bunda balik ke kamar dulu takut singa jantan mengamuk karena singa betina lama di luar," cicit Dokter Heni cekikikan.
"Inget umur Bunda. Jangan mau dikadalin sama Papa yang tukang modus," ledek Dokter Aldo seraya menerima wedang jahe dari sang Bunda.
"Hussss !! Sudah diem. Nanti kamu kena hukuman sama Komandan. Berabe loh," ucap Dokter Heni seraya melangkah menuju kamarnya.
"Siap Bu Komandan," balas Dokter Aldo.
Bersambung...
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Intan Pakpahan
ohhh iyaaa bener Aldo anakny Dokter Heni..
2024-09-28
1
Hulatus Sundusiyah
ooh..
dt. aldo anak tiri dr heni... istrinya ndan seno...
2024-08-30
1
Fahmi Ardiansyah
iya dokter Heni ampek salah nama.
2024-08-20
1