"Ah, SAKIT !!" pekik Berliana.
Berliana langsung memutus ciuman mereka. Bibirnya terasa sakit, lengan bagian atas terasa sangat panas dan nafasnya tersengal.
Tanpa sadar hal itu terjadi karena Dion mencengkeram kuat lengan sang istri. Terlalu tenggelam dengan rasa baru yang disuguhkan oleh Berliana.
Sangat berbeda dengan yang ia rasakan bersama mantan-mantan istrinya terdahulu. Terlebih dirinya sudah lama tak merasakan hal seperti ini. Dikarenakan ia sudah cukup lama menduda sejak lima tahun lalu.
Da-da Berliana begitu pengap seakan kehabisan oksigen untuk bernafas. Sebab Dion mencerup rakus bibir merah delimanya itu tanpa jeda hingga ia merasa bibirnya kebas.
Bahkan ada sebagian kulit di bagian da-danya yang tampak kemerahan dan sedikit terkelupas karena goresan jari kuku suaminya.
"Ciuman kok sakit, Mas? Kenapa harus pakai gigit bibir? Apa semua orang yang berciuman akan seperti itu, Mas?" tanya Berliana dengan polosnya.
Lalu Berliana pun memegang bibirnya yang masih terasa kebas dengan tangannya. Rasanya seakan bibirnya tengah bengkak dan pastinya hal itu terjadi karena Dion mencu*mbunya secara rakus. Dan tiba-tiba lidahnya merasakan suatu bagian yang perih pada bibirnya.
"Darah? Hah, bibirku berdarah Mas?" tanya Berliana dengan nada terkejut bukan kepalang.
Dion yang saat ini telah sadar kembali. Lelaki ini hanya bisa mengangguk lemah. Sebab ia pun melihat bibir sang istri memang terluka dan berdarah. Tentu semua itu akibat ulahnya.
"Apa berciuman memang seperti ini, Mas? Pakai acara saling menggigit? Kenapa beda sekali dengan drakor yang aku tonton bersama Reni ya?" tanyanya kembali dengan polosnya guna memastikan sesuatu.
Dion hanya bisa menunduk, diam tak menjawab, dan tak sanggup memandang wajah Berliana yang lugu. Tiba-tiba ada rasa yang tengah berperang dalam hatinya. Rasa marah karena dendam yang tak kunjung padam berbalut rasa sedih serta menyesal ia telah tega menyakiti istrinya ini yang mungkin tak tahu apapun mengenai masa lalunya.
Tiba-tiba Berliana terlonjak kaget saat melihat sang suami berteriak histeris sekaligus menjambak rambutnya sendiri. Bahkan memukul kepalanya dengan kepalan tangan. Dion menyakiti dirinya sendiri.
"Arrghhh... brengsek !! Pergi !" teriak Dion histeris hingga berkali-kali menampar pipinya sendiri.
"Mas, kamu kenapa?"
"Hentikan, Mas. Jangan menyakiti dirimu sendiri. Hentikan !!" teriak Berliana sekuat tenaga memegang tangan Dion yang menyakiti tubuhnya sendiri. Air matanya luruh seketika.
Suaminya tidak memukulnya melainkan memukul tubuhnya sendiri. Tentu ia dilanda cemas dan kebingungan dengan apa yang terjadi pada suaminya. Alhasil ia hanya memeluk Dion agar tangan suaminya tak bergerak kembali.
Dion pun melepaskan tangan Berliana secara kasar lalu segera melesat pergi keluar dari kamar tidur mereka dan menuju ruang kerjanya yang ada di samping kamar.
BRAKK !!
Derit pintu tertutup setelah dibanting keras oleh Dion guna melampiaskan kekesalannya. Berliana dilanda kepanikan saat melihat sikap suaminya yang cukup aneh seperti marah, sedih dan kecewa bercampur jadi satu yang ia tangkap dari raut wajah suaminya. Ia pun bergegas berganti baju dan sebelumnya ia sudah mengobati luka di bibir dan da-danya.
Ketika berada di depan pintu ruang kerja suaminya, ia pun mengetuknya beberapa kali. Sebab suaminya itu mengunci ruangan tersebut sehingga dirinya tak bisa langsung masuk. Ia tak punya kunci cadangan di rumah ini. Sang suami belum memberikan pada dirinya.
Tok...tok...tok...
"Mas, buka pintunya. Ayo kembali ke kamar. Aku takut sendirian. Bibir dan da-daku sudah kuobati. Enggak apa-apa kok sayang. Yuk mulai lagi keburu nanti ngantuk lho," rayu Berliana agar suaminya keluar dari sana.
Bahkan ia menempelkan telinganya pada pintu ruang kerja Dion. Menajamkan pendengarannya khawatir terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan nantinya.
"Mas, aku digigit nyamuk nih di luar. Yuk bobo. Katanya besok ke kampus. Aku takut bobo sendirian," ucap Berliana terpaksa berbohong.
Sedangkan di dalam sana, Dion mendengar dengan seksama semua kata yang terlontar dari bibir istrinya. Ia tahu Berliana hanya sekedar merayunya agar keluar dari ruang kerjanya. Ia juga tahu istrinya itu tengah berbohong.
Sebab dirinya sudah mengenal track record sang istri dengan baik. Berliana terbiasa tinggal sendiri di apartemen selama kuliah di Bandung. Mana mungkin mengatakan tidak bisa tidur sendirian.
Tindakan sadismenya masih kental dan ia begitu frustasi. Beberapa tahun setelah perceraiannya dengan Puspa yakni istri ketiganya, ia rutin terapi ke dokter spesialis jiwa. Sebelum dirinya menjadi dosen di kampus Berliana. Kala itu dirinya masih tinggal di luar Jawa.
Namun sejak kepindahannya di kota Bandung dan kesibukannya mulai cukup padat, ia pun sudah jarang terapi maupun konsultasi kembali dengan ahlinya. Hingga pada akhirnya bertemu dan menikah dengan Berliana.
Setelah kejadian ini, ia semakin frustasi dan putus asa jika dirinya tak akan pernah sembuh. Tangannya terulur menarik sebuah laci khusus yang hanya bisa dibuka dengan password rahasia. Dan hanya dirinya yang tahu.
Krieett...
Laci pun terbuka. Menampilkan obat-obatan yang biasa ia minum yakni jenis penenang dari resep dokter. Di sebelahnya tampak sebuah foto usang yang mulai menguning namun gambar di sana masih terlihat jelas.
Ayah, ibunya, ia dan adiknya yang bernama Dimas. Mereka berfoto di area pasar malam tepatnya depan wahana bianglala. Senyum terpancar jelas pada semua wajah di dalam foto tersebut.
Ia belum bisa berdamai dengan dirinya serta masa lalunya yang kelam dan penuh luka. Ya, ia masih butuh waktu yang lebih lama untuk itu. Tapi dalam benaknya, apa Berliana sanggup hidup bersamanya?
Ia pun mengambil obat tersebut lalu ia minum bersama dengan seteguk air yang ada di meja kerjanya.
"Mas, ayo keluar. Maafin aku ya kalau belum bisa maksimal. Ayo kita coba lagi," rengek Berliana karena ia merasa suaminya tengah marah pada dirinya sebab masih amatir.
Keheningan terjadi beberapa saat. Seketika...
"Duh, perutku kok tiba-tiba nyeri. Aduh, jangan sampai tamu bulananku datang," batin Berliana cemas seraya tangannya memegang bagian perutnya yang terasa sakit.
Tiba-tiba Berliana merasakan sesuatu yang keluar secara perlahan dari intinya. Hal yang ia takutkan dan sejujurnya ia tak mau jika rutinitasnya setiap bulan itu harus datang malam ini.
"Aaahhhh..." jerit Berliana sedih saat melihat yang ia khawatirkan ternyata datang malam ini juga. Padahal dirinya ingin melakukan malam pertama dengan suaminya. Seakan semesta belum merestui dirinya melakukan perayaan cinta dengan Dion.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
werdi kaboel
Dion km beruntung dapat seorang istri yg bgt mencintai sepenuh hati.
semoga kamu bisa berdamai dgn masa lalu kamu.
2024-11-13
1
Hulatus Sundusiyah
ikut bersyukur berliana kedatangan tamu bulanannya...
di cancel dulu belah durennya...
2024-08-30
1
Zerazat
Alkhamdulillah Berliana mending tamu bulananmu datang dulu jadi Dion biar bisa menenangkan dirinya dulu
2024-08-28
1