Keesokan paginya, Dion dan Berliana berpamitan pada Arjuna dan Bening serta anggota keluarga lainnya termasuk Eyang Lina dan ketiga adik Berliana yang ada di hotel.
Dion beralasan hanya mengambil cuti singkat sebab jadwal mengajar masih sangat padat. Kuliah Berliana juga masih harus masuk. Sebagai suami, ia tidak mau istrinya itu lalai akan tugasnya sebagai mahasiswi yang sebentar lagi akan menghadapi KKN hingga skripsi demi segera lulus kuliah.
Tetapi pada kenyataannya memang begitu adanya. Otomatis keduanya tidak bisa bepergian untuk berbulan madu dalam waktu dekat ini.
Bening sangat memahami keinginan pengantin baru tersebut. Dirinya pernah menikah muda tentu saja ingin selalu berdua dengan pasangan sangat diharapkan oleh pasangan pengantin baru.
"Titip Berliana ya Nak Dion. Jika nantinya Berliana melakukan kesalahan dan sebagai suami, kamu sudah tidak mencintainya lagi, tolong jangan pernah lukai atau sakiti putriku. Sampaikan hal itu apa adanya pada kami berdua selaku orang tua Berliana. Kamu bisa menyerahkan kembali putri kami ke rumah atau kami yang akan menjemputnya di Bandung. Nanti kami yang akan mendidik kembali dirinya agar bisa menjadi manusia dan istri yang lebih baik di masa depan," cicit Bening terdengar sendu sebab pertama kalinya ia akan melepas Berliana pada orang lain.
Walaupun selama ini Berliana kuliah di Bandung sedangkan ia dan suaminya menetap di Jakarta, setiap hari komunikasi antara orang tua dan anak tersebut terjalin begitu intens dan sangat dekat. Bahkan seminggu sekali Bening selalu datang ke apartemen Berliana di Bandung baik dengan sang suami maupun sendirian kala Arjuna tengah sibuk bertugas.
"Iya, Ma. Dion pasti jaga Berliana dengan baik. Doakan semoga pernikahan kami langgeng selalu," ucap Dion dengan sopan di hadapan keluarga Bening dan Arjuna.
"Amin..." jawab mereka serempak.
"Hati-hati di jalan ya sayang. Jangan lupa kalau libur atau ada waktu senggang, kalian tengokin eyang di Jogja. Semoga kalian berdua segera memberi cicit buat eyang," ucap Eyang Lina, Ibunda Arjuna.
"Ah, eyang. Baru nikah kemarin, sudah minta cicit. Masih belum jadi," bisik Berliana berusaha tersenyum di depan keluarganya.
Berliana memakai masker di wajahnya sehingga memar di bagian dagu dan pipinya yang terdapat bekas tamparan semalam dari suaminya itu tidak terlihat. Dan juga ia berusaha tutupi dengan make up.
Sebelumnya juga dirinya dan Dion tidak ikut sarapan bersama di restoran hotel. Keduanya sarapan di kamar dengan dalih bangun kesiangan. Padahal faktanya Berliana sengaja tak turun untuk sarapan bersama khawatir keluarganya mengetahui jejak K D R T dari suaminya di wajahnya.
"Ya sudah segera dijadikan. Biar eyang masih bisa menimang cicit sebelum Tuhan memanggil," ucap Eyang Lina.
"Ih... gak boleh bicara begitu eyang. Pokoknya eyang harus sehat terus sampai aku punya banyak anak nantinya. Jadi di hari tua eyang bisa senang main sama banyak cicitnya. Bener enggak, Mas?" celetuk Berliana seraya menatap suaminya dengan memberi kode agar terlihat kompak.
"Be_tul. Betul sayang," jawab Dion dengan terbata-bata.
Deg...
Mendadak wajah Dion sedikit pucat saat Berliana membahas tentang anak. Karena ada satu rahasia yang ia sembunyikan pada Berliana terkait mengenai anak selama pernikahan mereka nantinya.
"Semoga dia tidak pernah tahu akan hal itu," batin Dion.
Sejak tadi Arjuna dan Brahma hanya diam sambil melanjutkan acara sarapan mereka. Telinga mereka mendengarkan dengan seksama percakapan dan interaksi yang terjadi di sekitarnya. Binar dan Bisma tengah asyik main game di ponsel masing-masing.
Arjuna sempat melirik raut wajah menantunya itu yang mendadak terkejut saat membahas masalah kehadiran buah hati atau anak. Padahal dalam pernikahan sudah sewajarnya untuk mendapatkan keturunan guna meneruskan garis keluarga.
Arjuna tahu selama pernikahan menantunya itu dengan ketiga mantan istrinya terdahulu tak ada satupun yang menghasilkan seorang anak. Dan pernikahan tersebut semuanya hanya bertahan beberapa bulan saja. Tidak ada yang lebih dari satu tahun.
Hal ini membuatnya semakin pelik memikirkan sosok menantunya itu yang ia anggap sangat misterius.
"Kenapa wajah dia seakan familiar. Tapi siapa? Argghh..." batin Arjuna.
Akhirnya acara pamitan secara kata-kata tersebut usai dan kini menyisakan tangisan saat pelukan perpisahan itu terjadi di lobby hotel.
"Ma, aku sama Mas Dion pamit dulu. Semoga Papa dan Mama sehat selalu. Jangan lupa kabari Berliana kalau mau ke Bandung biar aku jamu," ucap Berliana seraya sesenggukan memeluk ibunya.
"Hiks...hiks...hiks... jaga diri baik-baik ya sayang. Dan selalu ingat pesan Mama yang semalam," bisik Bening sambil membalas pelukan erat dari putri sulungnya itu.
"Sudah, Ma. Putrimu itu mau tinggal sama suaminya di Bandung. Kan rumah mereka enggak jauh dari apartemen Berliana. Nanti kita masih bisa tengok ke Bandung kalau kangen. Putrimu bukan mau berangkat perang. Jadi gak perlu ditangisin. Kan pernikahan ini dia juga yang mau," jawab Arjuna tajam.
"Papa. Enggak boleh begitu. Bagaimanapun juga Mama yang ngelahirin Berliana. Pastinya melepas anak seperti ini membuat Mama sedih. Wajar dong Pa," cicit Bening mendengus sebal pada suaminya.
"Hem," jawab Arjuna singkat.
"Kami pamit dulu. Assalamualaikum..." ucap Dion dengan sopan guna berpamitan pada semuanya.
"Waalaikumsalam..." jawab mereka serempak.
"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut kalau enggak mau SIMmu aku cabut," ucap Arjuna seraya menatap tajam Dion.
"Beres, Pa." Dion pun menjawab dengan tersenyum sopan pada mertuanya itu. Walaupun sejak tadi Arjuna memandangnya dengan tatapan tajam. Hal itu tidak mempengaruhinya sama sekali.
Mobil Berliana dan Dion melaju meninggalkan Ibukota Jakarta menuju ke kota Bandung.
"Mas, malam ini kita nginap di hotel atau ke mana enaknya?" tanya Berliana seraya tersenyum berusaha melupakan kejadian semalam.
"Di rumah saja. Lagipula masih banyak hal yang perlu kita bereskan di rumah. Besok juga sudah masuk kuliah," jawab Dion seraya menatap lurus ke depan. Ia tetap fokus menyetir mobil tanpa melirik istrinya sama sekali yang duduk cantik di sebelahnya.
"Yah, di rumah. Padahal kita belum malam pertama," cicit Berliana sengaja menggoda untuk mencairkan suasana.
Deg...
Jantungnya mendadak berdetak cukup kencang sekaligus gelisah membahas masalah malam pertama dengan Berliana. Semalam dirinya sengaja keluar kamar cukup lama setelah marah pada istrinya itu akibat masalah Hamid. Sehingga keduanya tak jadi melewati malam pertama di hotel.
Namun sepertinya hal ini tidak bisa terus ia hindari. Berdekatan dengan gadis cantik seperti Berliana yang selalu rutin merawat diri dan cantik dari lahir, membuat lib*idonya naik turun dengan sendirinya.
Dia adalah lelaki normal yang tentu saja berhasrat jika melihat wanita cantik. Terlebih semalam Berliana memakai lingeri yang cukup se*xy. Beruntung semalam ia tidak menuntaskan hasratnya pada Berliana. Dan memilih beranjak tidur di sofa saat Berliana sudah tertidur pulas dan kembali ke ranjang sebelum istrinya itu terbangun.
"Huft... sepertinya aku harus rajin kontrol ke dokter jika seperti ini terus," batin Dewa.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*KKN \= Kuliah Kerja Nyata.
Note :
Ada beberapa segmen aku menulis dengan sebutan Dion dan ada segmen di mana aku menulis dengan sebutan Dewa. So, pembaca setiaku jangan bingung ya. Mereka adalah orang yang sama. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Danny Muliawati
siapa sih yg sdh men doktrin Dion/ Dewa yg memutar balikin fakta
2025-01-20
1
bibuk duo nan
Dion bukan nama aslinya kah thor
2024-12-10
0
Katherina Ajawaila
Dewa se pinter-pinternya kamu menutup diri mu, mertua mu, itu Reserse pasti keciduk kamu. 😡
2024-09-23
1