"Ber... Berliana. Berliana bangun," panggil Dion seraya menepuk-nepuk pipi istrinya yang dalam kondisi mata terpejam. Lantas ia pun bergegas menghubungi Dokter Aldo, dokter langganan dirinya memeriksakan kondisinya.
Dion belingsatan dan merasa ketakutan yang luar biasa melihat reaksi tubuh Berliana yang berbeda dengan ketiga mantan istrinya. Dahulu Arumi, Indah dan Puspa tidak pernah mengalami kejadian seperti ini saat pertama kali menerima cambukan darinya.
Bahkan lebih dari yang ia lakukan pada Berliana. Tetapi sepertinya tubuh istrinya ini tengah rapuh atau mungkin jiwanya syok hebat sehingga pingsan. Dan cukup lama tak sadarkan diri. Membuat dirinya seketika cemas tak karuan.
Ia pun dengan tak sabaran menunggu kedatangan Dokter Aldo. Usia Aldo yang lebih tua darinya kadang ia anggap sebagai kakak sekaligus temannya yang mengerti akan kondisinya.
Dirinya akrab dengan Dokter Aldo sejak melakukan terapi pertama kali saat datang ke Bandung. Namun karena kesibukan keduanya dan ia yang jarang datang terapi, pada akhirnya jarang bertemu.
Tak berselang lama Aldo pun datang membawa peralatan medisnya. Sebelumnya, Dion telah membereskan kekacauan di rumahnya. Pakaian Berliana pun sudah ia ganti dengan piyama baru. Semua tali yang mengikat istrinya telah ia lepaskan dan simpan kembali di lemari.
Dokter Aldo pun memeriksa Berliana dalam diam. Setelah menyuntikkan beberapa pereda nyeri sekaligus antibiotik, keduanya pergi ke balkon kamar guna berbincang sejenak.
"Aku kan sudah bilang, jangan gauli istrimu dulu kalau kamu belum sembuh benar. Kasihan anak orang cantik begitu kamu bikin babak belur. Kalau Bapaknya sampai tahu, bisa-bisa kepalamu di dor habis. Nyawa melayang. Wusshh..." ucap Dokter Aldo.
"Maaf," cicit Dion lirih.
"Ngapain kamu minta maaf ke aku. Harusnya kamu minta maaf ke istrimu. Buanglah jauh-jauh rasa sakit hatimu atas luka masa lalu keluargamu. Khawatirku apa yang kamu rasakan tentang masa lalu, tak semuanya benar. Walaupun aku enggak mengenal baik keluarga mertuamu. Tapi Bundaku pernah dekat dengan mendiang kakek istrimu," ucap Dokter Aldo.
"Bunda? Bukankah ibumu sudah meninggal?" tanya Dion kebingungan.
"Yang meninggal itu Mama yakni ibu kandungku. Papaku menikah lagi sama Bunda. Nah dia ibu tiriku yang baik hati. Bunda sangat menyayangiku dan adikku, selayaknya anak kandungnya sendiri. Yang aku tahu dari Papa, dulu Bunda pernah dekat dengan kakek Berliana yang jadi Wakapolri. Namanya Jenderal Polisi Prasetyo Pambudi. Tapi sayang beliau wafat di usia muda sebelum kelahiran Berliana dan adik-adiknya," jawab Dokter Aldo.
"Kamu sepertinya tahu banyak tentang keluarga mertuaku. Kenapa kamu baru bilang padaku sekarang?" tanya Dion seraya menghela nafas kasar.
"Yang aku tahu hanya sebatas itu saja dan hanya mendengar sesekali Bunda cerita bersama Papa. Tapi untuk masa lalumu dengan mereka, aku tak tahu. Toh aku juga baru mengatakan ini karena kan kalian baru saja menikah. Aku baru pulang ke Bandung setelah lama pengabdian di pelosok. Dan ternyata wanita yang menjadi istri keempatmu itu Berliana. Saat pernikahanmu di Jakarta kan cuma Papa dan Bundaku saja yang hadir. Masa kamu lupa sih!" gerutu Dokter Aldo.
"Iya juga. Maaf, aku juga lupa sama wajah Bundamu. Karena lama tak main ke rumah orang tuamu," ucap Dion.
"Rajinlah terapi lagi. Mumpung sekarang aku sudah di Bandung lagi. Aku yakin kamu pasti bisa sembuh. Memangnya kamu mau istri cantikmu itu lari ke pelukan lelaki lain karena penyakitmu itu?" tanya Dokter Aldo yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Dion tanpa sadar.
"Bilangnya enggak cinta. Tapi istri sama pria lain enggak mau. Dasar aneh. Ya sudah aku pamit dulu. Itu obat untuk istrimu. Semangat Bro, untuk sembuh. Kalau perlu utarakan penyakitmu pada istrimu. Aku yakin Berliana akan menerima kondisimu dengan ikhlas dan membantu kesembuhanmu. Jangan sampai ada penyesalan nantinya jika kamu terlambat menyadari pentingnya kehadiran dia di hidupmu," ucap Dokter Aldo menasehatinya.
"Thanks, Al. Maaf aku tak bisa mengantar ke depan. Aku mau nungguin Berliana di kamar," ucap Dion seraya menepuk pundak sahabatnya itu dan keduanya berjalan ke arah pintu kamar.
"Tenang saja. Kau jaga istrimu saja. Dan jangan emosi kembali. Aku tunggu kehadiranmu untuk terapi kembali di klinikku," ucap Dokter Aldo seraya melambaikan tangan berpamitan.
"Hem," jawab Dion singkat seraya menutup pintu.
Tanpa keduanya sadari, sejak tadi Berliana telah siuman. Ia mendengarkan dengan seksama semua pembicaraan Dokter Aldo dengan suaminya. Secara kebetulan pintu balkon tidak tertutup rapat.
"Masa lalu? Sakit? Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi dengan suamiku?" batin Berliana bertanya-tanya.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Danny Muliawati
cari tau ttg suami km Berliana utk antisipasi
2025-01-22
1
Novano Asih
òo ini Aldo anknya Seno,ada kisahnya nģgak kak??
2024-10-26
2
Eceu Asnah
asik ketemu dokter Aldo d sini, gmn kabar nya Thor dokter Aldo dah menikah blom.?
2024-10-18
2