Selepas perayaan berbagi keringat yang tak biasa bersama Monic, Dewa pun naik mobil yang dikendarai oleh sopir Monic dari hotel kembali ke warung remang-remang milik Emak. Di dalam mobil hanya ada Dewa dan sopir Monic saja. Kala itu jam masih menunjukkan pukul empat pagi.
Ada rasa bahagia mendapatkan uang cukup banyak yakni tips dari Monic. Akan tetapi ada rasa bersalah dan ketakutan mendalam dalam dirinya atas pengalaman pertamanya itu. Matahari belum terbit secara sempurna dan suasana di desanya masih tampak remang-remang. Terlebih penerangan di sana sangat minim. Tiba-tiba...
DOR !!
DOR !!
DOR !!
Terdengar suara tembakan yang cukup keras dan teriakan mencekam. Dewa dan sopir Monic pun dilanda ketakutan.
"Cepat keluar !! Aku harus segera kembali ke tempat Nyonya," perintah sang sopir.
"Tapi, Pak. Aku takut. Itu di luar sana kenapa ramai suara tembakan? Apa sedang ada perang?" tanya Dewa yang kebingungan sekaligus ketakutan.
"Aku enggak tahu dan gak mau tahu. Kamu bisa jalan sendiri ke rumahmu. Cepat keluar !!" bentak si sopir seraya membuka pintu dan menyeret Dewa keluar dari mobil Monic secara paksa dan menghempas tubuh remaja tersebut ke tanah.
Bugh...
"Auchh..." rintih Dewa seraya kesakitan sebab saat tubuhnya terhempas, tangannya tanpa sengaja terkena ranting-ranting berduri yang tercecer di tanah. Sontak tangannya pun mengeluarkan darah walaupun tak banyak.
Wushh...
Seketika mobil Monic tersebut melesat pergi dengan kencang meninggalkan desanya.
Dewa pun berjalan mengendap-endap mendekati warung remang-remang yang ternyata sedang ada penggrebekan di sana. Terlihat beberapa petugas berseragam cokelat berjaga di depan warung remang-remang milik Emak.
"Bagaimana keadaan Om?" batin Dewa cemas melihat polisi menggelandang Emak dan para bunga malam ke atas mobil polisi. Tiba-tiba mulutnya dibekap oleh seseorang lalu ia diseret menjauh.
"Eumm..."
"Eummm... lepasin aku!" berontak Dewa saat sudah menjauh. Lantas ia melihat ke belakang dan trnyata yang membawanya yakni Rommy.
"Om. Om terluka? Apa yang terjadi, Om?" tanya Dewa pada Rommy saat ia melihat kaki dan punggung Rommy berdarah. Sepertinya lelaki ini terkena tembakan polisi tadi yang melakukan penggrebekan di warung remang-remang.
"Bawa Om masuk ke jalan itu Dewa. Cepat!! Kita enggak punya banyak waktu," perintah Rommy.
"Ba_ik, Om." Dewa pun menjawabnya dengan terbata-bata. Dirinya masih sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Namun belum tahu secara pasti penyebabnya.
Akhirnya mereka berdua berjalan menyusuri hutan selama dua hari. Dewa berusaha mengobati luka tembak pada kaki dan punggung Rommy dengan obat seadanya yang tersedia dari alam. Saat berjalan, tiba-tiba Rommy terjatuh ke tanah.
"Om...Om...Om... bangun, Om!!" teriak Dewa dilanda kepanikan saat melihat Rommy tergeletak tak berdaya. Lantas ia pangku Rommy dan berusaha membangunkannya dengan menepuk pipi lelaki itu. Akhirnya Rommy membuka matanya. Dewa pun sedikit bernafas lega.
"Dewa yang baik, yang sudah Om anggap sebagai anak sendiri. Maafkan Om, jika tak bisa menemani kamu hingga dewasa. Tak bisa membantumu membalaskan dendam pada Arjuna dan keluarganya. Om yakin kamu mampu bangkit walaupun sendiri di dunia ini. Dewa anak hebat. Kata mendiang Ayahmu begitu," cicit Rommy dengan nafas yang mulai tersengal.
"Huhu... Om jangan bicara seperti itu. Jangan ninggalin Dewa. Ayah, ibu dan adek semua sudah pergi ninggalin Dewa. Om enggak boleh begini. Mana janji Om ke Ayah buat nemenin aku sampai dewasa. Sampai kita bisa membalas rasa sakit Ayah ke mereka. Hiks...hiks...hiks..." ucap Dewa seraya menangis terisak pilu. Ia memangku Rommy yang sudah tak berdaya sebab lukanya terlampau dalam dan banyak kehilangan darah.
"Om tertembak karena Arjuna telah menemukan tempat persembunyian kita. Om tak mau dia melukaimu. Sehingga Om terpaksa menyeretmu masuk ke hutan ini," ucap Rommy berbohong.
"Jadi penggrebekan tadi semua ulah Arjuna brengsek itu?" tanya Dewa guna meyakinkan sesuatu.
"Iya, Dewa. Dia tidak akan pernah melepaskan kita sampai kita berdua mati terbunuh," ucap Rommy kembali mendoktrin Dewa dengan keterangan palsunya. Padahal faktanya, yang terjadi hanya penggrebekan biasa pada warung remang-remang berkat laporan warga setempat yang merasa terganggu dengan adanya Emak dan para bunga malamnya di sana.
Namun berakhir ricuh dan penuh ketegangan karena Rommy membalas menyerang petugas saat akan ditangkap sebagai dugaan muci*kari. Dengan terpaksa petugas mengeluarkan tembakan terukur padanya. Terlebih Rommy berniat melarikan diri.
"Sialan!!" maki Dewa.
"Di depan sudah masuk ke wilayah negeri tetangga. Daerah ini jarang ada yang tahu karena bukan jalan umum. Kamu akan aman masuk ke negara tetangga tanpa ditangkap petugas. Ini kartu nama punya teman dekat Om yang akan membantumu. Dia bekerja di sebuah panti asuhan. Jika bertemu dengannya berikan kartu nama dan gelang Om padanya. Sebutkan kata sandi rusuk ayam. Dia sudah mengerti apa yang akan ia lakukan untukmu," ucap Rommy seraya menyerahkan gelang berwarna silver miliknya dan juga sebuah kartu nama pada Dewa.
"Rusuk ayam?" gumam Dewa lirih.
"Itu sebuah kata laluan alias sandi rahasia di kalangan militer tertentu seperti kami. Artinya bahwa siaga barisan karena musuh bersiap menyerang kita," jelas Rommy.
"Iya, Om. Dewa paham. Dewa mohon Om bertahan. Sebentar lagi kita sudah sampai di perbatasan. Dewa bisa segera meminta bantuan teman Om guna memanggil dokter," cicit Dewa sendu menatap Rommy yang sudah pucat pasi.
"Enggak perlu. Om bahagia sudah menuntaskan impian Ayahmu. Semoga kamu berjanji pada Om akan melakukan segala keinginan terakhir Ayahmu," ucap Rommy.
"Dewa akan melaksanakan keinginan mendiang Ayah pada mereka. Om tak perlu risau," jawab Dewa.
"Baguslah. Kuburkan Om di dekat sini saja. Jaga dirimu baik-baik De_wa. Om sayang kamu, Nak." Itulah ucapan Rommy yang terakhir kalinya pada Dewa yang pada akhirnya ia menutup mata untuk selama-lamanya. Dan meninggal dalam pangkuan Dewa Anggara.
"OM !!" teriak Dewa histeris melihat Rommy sudah memejamkan mata, tak ada hembusan nafas yang tersisa dan denyut nadinya telah berhenti. Air matanya luruh tanpa disuruh. Satu per satu ia kehilangan orang yang begitu dekat dengannya. Keluarganya dan sekarang Rommy, sahabat Ayahnya. Sungguh ia merasa dunia ini begitu kejam dan tak adil padanya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Danny Muliawati
Rommy² BKN ngajarin yg bener ini malah nge doktrin memutar balikin fakta, pantes aza di di pecat dg TDK hormat, smga Allah mengembalikan Dewa JD org baik d sembuh
2025-01-20
1
bibuk duo nan
kayak sandi dikesatuan militernya Seno Pradipta Pamungkas di tapal batas ya Thor,
2024-12-10
0
Tuti Tyastuti
lanjut
2024-07-20
1