Dion dan Berliana pun berangkat ke kampus bersama. Selama di perjalanan, terjadi keheningan dengan keduanya. Terlebih Dion yang tak menjawabnya saat Berliana membahas tentang anak.
Namun Berliana berusaha berpikir positif. Dan ia tidak membahasnya lebih lanjut karena khawatir berujung pertengkaran. Dia ingat pesan Mamanya bahwa jika menemukan masalah yang kecil di dalam rumah tangga, jangan membuatnya jadi besar.
Lebih baik masalah kecil tersebut dihilangkan. Jika sebaliknya menemukan masalah yang besar maka segera dikecilkan dan cari solusi terbaik bersama.
Mobil pribadi Berliana masih tertinggal di apartemen. Sehingga untuk pergi ke kampus, ia masih menumpang di mobil suaminya. Dan Berliana sudah meminta izin pada Dion, selepas pulang kuliah mau mengambilnya.
Dion pun memberi izin namun tak bisa mengantar Berliana ke apartemen, karena pada jam tersebut dia ada jadwal rapat dengan Dekan terkait promosi jabatannya.
Salah satu Dekan di fakultas hukum ada yang akan memasuki masa pensiun. Terlebih akhir-akhir ini beliau sering sakit-sakitan. Alhasil pihak kampus mengusulkan jabatan tersebut untuk ia ambil. Namun Dion tetap akan melewati beberapa tes sebagai prosedur yang biasa dilakukan kampus tersebut jika ada kenaikan jabatan.
Selepas kelas, Berliana dan Reni berjalan menuju ke kantin untuk makan siang.
"Eh, pengantin baru bibirnya kenapa j0ntor begitu? Ehem...ehem... Pak Dosen ganas di ranjang nih yee..." ledek Reni seraya berbisik.
"Kelihatan banget ya Ren, bibirku? Padahal semalam sudah kuobati terus kudempul make up. Ternyata belum tertutup sempurna. Huft..." keluh Berliana.
"Haha... pengantin baru sudah biasa kok begitu. Harap maklum, duda keren sudah lama menduda. Jadi basokanya perlu di test drive dulu yang kencang biar bisa ngebut kejar setoran," ledek Reni tanpa basa-basi. Sahabat Berliana ini memang terkenal ceplas-ceplos dan somplak.
"Hah, kejar setoran? Setoran apaan?" tanya Berliana kebingungan.
"Astaga, pengantin baru yang satu ini masih saja polosnya minta ampun. Padahal semalam juga sudah dipolosin sama suaminya. Masih saja otaknya enggak maju-maju. Kalau urusan pelajaran kuliah, tokcer terdepan otaknya. Tapi kalau soal asmara, masih saja polosnya kebangetan. Setoran benih dong Berliana, sayang. Masak setoran arisan. Memangnya Pak Duda yang sudah jadi mantan duda itu ikut arisan emak-emak? Sudah paham, belum?"
"Haha... maafin aku, Ren. Kamu kan tahu kalau aku enggak pernah jatuh cinta. Baru pertama kali ini jatuh cinta sama Mas Dion. Jadi wajar saja aku masih perlu banyak belajar dari Suhu Reni," ucap Berliana seraya tertawa.
"Boleh saja. Per jam nanti aku buka kelas khusus pengantin baru harganya 1.000.000/jam. Tips jitu membuat suami klepek-klepek," balas Reni.
"Fantastis harganya. Hebat nih Suhu Reni belum nikah sudah punya resep rahasia menaklukkan suami. Calon suami Suhu Reni siapa nih? Kenalin dong," ledek Berliana sengaja bercanda.
"Eh...eh... sebentar. Aku perhatikan kok jalan kamu biasa saja. Enggak kayak soang. Tapi bibir j0ntor. Kamu sudah buka segel apa belum sih sama Pak Mantan Duda?" tanya Reni blak-blakan seraya menghentikan langkah Berliana.
"Sudah ah enggak perlu bahas yang itu. Aku lagi sebel semalam datang bulanku mendadak bertamu enggak tahu adat. Jadinya gagal mau merayakan cinta sama Mas Dion," cicit Berliana tampak lesu.
"Wah, tamu bulanan sialan! Seharusnya kamu depak dia jauh-jauh biar enggak mengganggu malam indah kalian. Hem, jadi Pak Dosen belum berhasil cetak gol nih. Hehe..." ujar Reni seraya tertawa kecil.
"Husstt jangan rame-rame, Ren. Malu kalau kedengaran yang lainnya," cicit Berliana lirih.
"Iya, iya. Lagipula kita lagi jalan di lorong yang sepi begini. Jadi aman kok. Tenang saja," ucap Reni.
"Maskerku ketinggalan. Kamu punya masker baru enggak, Ren?" tanya Berliana pada Reni setelah ia membuka tasnya dan tak menemukan maskernya.
"Buat apa masker? Kan sekarang sudah enggak wajib pakai masker. Covidnya sudah pulang kampung," cicit Reni yang kebingungan.
"Buat nutupin bibir aku yang j0ntor ini. Gimana sih!" keluh Berliana seraya mengerucutkan bibirnya.
"Enggak seberapa kelihatan kok. Santai saja. Lagipula anak-anak yang lihat pasti paham. Mereka kan sudah cerdas semua kalau menyangkut ciuman. Ini aku ada masker baru kok. Pakai saja kalau memang butuh," ucap Reni seraya menyerahkan sebuah masker baru pada Berliana.
"Makasih ya Ren. Kamu memang sahabat terbaikku. Oh ya, soal KKN kok kamu dapatnya enak banget sih di Jawa. Sedangkan aku ditempatkan di luar Jawa. Huft...jauh dari suami," rengek Berliana.
"Yang sabar. Cobaan pengantin baru. Ehm, tapi kan KKNnya masih dua bulan lagi. Jadi kalian masih bisa bulan madulah setelah datang bulan tak ada akhlak itu pergi jauh," ucap Reni memberikan ide.
"Boleh juga ide kamu, Ren." Berliana tersenyum bahagia setelah mendengar ide brilian dari sahabatnya itu. Keduanya berpelukan layaknya sahabat baik yang saling mendukung.
"Reni gitu loh," puji Reni pada dirinya sendiri yang membuat Berliana tertawa kecil menanggapi kenarsisan sahabatnya itu.
☘️☘️
Setelah selesai kuliah, Berliana pun pergi ke apartemennya dengan naik taksi online. Dia berencana mengambil beberapa barangnya yang masih tertinggal di sana dan juga mobilnya.
Tiba-tiba di lobby apartemen, ada seorang pria memanggilnya. Sontak ia pun menoleh.
"Berliana," panggil pria itu.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
hamid lg, perang aja 🤭
2024-09-23
1
Fahmi Ardiansyah
mungkin Hamid yg manggil betliana.
2024-08-20
1
Fahmi Ardiansyah
Reni temannya somplak banget orgnya.tpi gak apa2 biar berlina ada teman untuk bercanda.
2024-08-20
1