“Zam.. kamu ngerti soal yang ini, ngga?” tanya Niken.
Gadis itu mendorong buku di dekatnya pada Azzam. Keduanya sekarang berada dalam perpustakaan, sedang belajar bersama. Bukan hanya mereka berdua, tapi juga ada Eko, Seno, Zakaria dan Zuhaidar. Azzam melihat pada buku yang diberikan Niken. Dia membaca dulu hal yang ditanyakan gadis itu sebentar.
Azzam mengambil kertas, lalu mulai menerangkan rumus matematika yang membuat kepala Niken pening. Dengan seksama gadis itu mendengarkan penjelasan Azzam. Ternyata, selain pintar untuk dirinya sendiri, Azzam juga bisa menerangkan dengan baik. Pemuda itu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti olehnya.
“Makasih, Zam. Ternyata gampang banget.”
“Sama-sama.”
Setelah mendapatkan penjelasan dari Azzam, Niken meneruskan pembelajarannya. Begitu pula dengan Azzam dan Eko. Zakaria yang sedang belajar bersama dengan Zuhaidar, ingin menciptakan momen yang sama seperti kedua orang tadi.
“Zuha.. soal yang ini, gimana?” tanya Zakaria sambil mendorong buku ke dekat Zuhaidar.
“Tanya aja ke Azzam, ngapain tanya ke aku.”
“Kan beda jurusan sama dia. Kita yang satu jurusan.”
“Biar beda jurusan, tapi materi matematika yang diajarkan tetap sama. Ngga usah modus.”
Seno dan Eko tertawa pelan mendengar ucapan Zuhaidar. Zakaria menyandarkan punggung ke kursi sambil melipat kedua tangannya. mendekati Zuhaidar memang cukup sulit. Gadis itu tidak mudah termakan rayuan gombal, atau modus yang dilakukan Zakaria.
Dua puluh menit kemudian, Azzam bersama yang lain keluar dari perpustakaan. Niken dan Zuhaidar masih membereskan buku-buku mereka, sedangkan keempat pemuda itu sudah keluar lebih dulu.
“Zak.. lupain aja si Zuha itu. Kamu ditolak terus,” ujar Seno seraya merangkul bahu sahabatnya.
“Ini bukan masalah ditolak atau diterima. Zuhaidar itu bagiku seperti vitamin. Di tengah latihan dan pendidikan yang berat ini, aku butuh suntikan vitamin. Vitaminku itu ya si Zuha.”
“Buatmu, Zuha itu vitamin. Tapi buat Zuha, kamu itu racun.”
“Hahaha..”
Perkataan Eko langsung disambut tawa Azzam dan Seno. Zakaria hanya menyebikkan bibirnya saja. Zuhaidar memang berkali-kali mematahkan rayuan gombalnya, tapi justru itu yang menjadi penyegar bagi Zakaria di tengah penatnya pendidikan yang ditempuhnya.
“Posisiku itu sama seperti Niken. Bagi Niken, Azzam itu vitamin. Vitamin mata dan juga vitamin jiwa. Kalau lihat Azzam, hilang sudah penat dan letihnya si Niken itu, hahaha..”
“Ck.. ngarang bebas terus. Kamu cocoknya jadi novelis aja,” celetuk Azzam.
“Kamu ngga usah pura-pura, Zam. Biar tidak bicara, tapi pancaran mata si Niken itu menyiratkan semuanya.”
“Azzam..”
Mulut Zakaria langsung terbungkam begitu mendengar Niken memanggil Azzam. Gadis itu segera menghampiri Azzam dan yang lainnya bersama dengan Zuhaidar.
“Sabtu ini ada acara ulang tahun pernikahan orang tuaku. Kalian datang, ya,” ajak Niken.
‘Kita semua diundang? Atau Azzam aja?” tanya Seno.
“Ya kalian semua. Acaranya malam jam tujuh. Cuma pesta kecil-kecilan aja, kok.”
“Gimana, Zam?” tanya Eko sambil melihat pada Azzam.
“Kalau kalian pergi, aku juga ikut.”
“Rumahmu di mana?” tanya Eko.
“Ngga jauh dari pasar Ngasem. Kita berangkatnya bareng aja dari sini.”
“Iya, boleh.”
Senyum terbit di wajah Niken. Acara ulang tahun pernikahan orang tua Niken sebenarnya hanya dilangsungkan sederhana saja. Hanya makan malam bersama keluarga besarnya. Dia sudah meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk membawa temannya di akademi untuk menikmati makan malam. Mendengar Azzam setuju untuk datang, tentu saja gadis itu merasa gembira.
🌻🌻🌻
Sabtu sore, Niken bersama Zuhaidar keluar dari akademi. Azzam dan yang lain juga ikut bersamanya. Karena acara akan berlangsung sampai malam, keenam taruna dan taruni tersebut pergi dengan mengenakan pakaian dinas pesiar malam.
Sebelum menuju kediaman Niken, gadis itu mengajak semua temannya menuju mal Malioboro. Niken bermaksud membelikan hadiah untuk kedua orang tuanya. Kesempatan itu juga digunakan Azzam untuk mencari hadiah bagi kedua orang tua Niken. Rasanya tak enak saja datang dengan tangan kosong.
“Kamu mau beli hadiah, Zam?” tanya Zakaria.
“Iya. Masa kita datang tangan kosong.”
“Mau beli apa? Kita patungan aja,” usul Seno.
“Jangan yang terlalu mahal. Aku nda punya uang,” lanjut Eko.
Sejenak mereka terdiam, memikirkan hadiah apa yang tepat untuk kedua orang tua Niken. Mata Azzam berkeliling melihat-lihat mal yang didatanginya ini. Dia melihat sebuah tenant yang menjual jam tangan dari berbagai merk. Pria itu mengajak yang lainnya masuk ke sana.
Seorang pramuniaga menyambut kedatangan mereka. Azzam meminta pramuniaga tersebut memperlihatkan koleksi jam couple mereka. Wanita itu segera mengeluarkan beberapa koleksi jam couple. Harganya pun beragam, dari yang ratusan ribu sampai puluhan juta.
“Yang paling murah, harganya tujuh ratus lima puluh ribu,” gumam Zakaria pelan.
“Waduh kalau segitu, aku nda berani. Uangku nda cukup buat patungan,” bisik Eko.
“Menurut kalian, yang ini bagus, ngga?” tanya Azzam menunjukkan sebuah jam couple dengan model klasik namun terlihat elegan. Lengan jam terbuat dari kulit asli.
“Bagus tuh, berapa harganya.”
Eko cukup terkejut melihat harga yang tertera. Jam couple yang dipilih Azzam harganya cukup mahal baginya. Tiga juta enam ratus ribu rupiah adalah nominal yang besar untuknya.
“Nda kemahalan, Zam?” tanya Eko.
“Tapi bagus, kan?”
“Bagus. Tapi..”
“Jamnya biar aku yang bayar. Kalian siapin kartu ucapan aja.”
“Serius?” tanya Seno.
Azzam menganggukkan kepalanya. Dia menyerahkan jam yang dipilihnya pada pramuniaga seraya memberikan kartu debitnya. Setelah transaksi selesai diproses, pegawai tersebut memasukkan kotak berisi jam tangan ke dalam paper bag, lalu memberikannya pada Azzam.
“Sekarang tinggal beli kartu ucapannya.”
Keempatnya kemudian mencari toko buku. Mereka membeli kartu ucapan dan juga kotak kado. Zakaria menuliskan ucapan selamat ulang tahun pernikahan, dan tak lupa membubuhkan nama mereka berempat. Azzam menaruh kotak jam ke dalam kotak kado yang dibeli, lalu memasukkannya kembali ke paper bag.
Niken yang sudah selesai membeli kado untuk kedua orang tuanya, segera menghampiri Azzam dan yang lain. Dia langsung mengajak semua temannya menuju rumah orang tuanya.
🌻🌻🌻
Suasana rumah Niken sudah ramai dikunjungi sanak saudaranya. Orang tua Niken bisa dibilang cukup mapan. Ayahnya bekerja di kantor pemda, dan menduduki jabatan cukup penting. Ibunya adalah ibu rumah tangga biasa, tapi memiliki toko yang menjual batik. Niken anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya sudah menikah, sedang adiknya masih duduk di kelas dua SMA.
Kedatangan Niken dan teman-temannya disambut hangat oleh orang tua Niken. Seno memberikan hadiah yang Azzam beli mewakili yang lain. Satu per satu mereka mengucapkan selamat ulang tahun pernikahan pada pasangan tersebut.
“Selamat ulang tahun pernikahan, om, tante. Semoga selalu rukun dan langgeng sampai mau memisahkan,” ujar Azzam.
“Terima kasih. Namamu siapa?”
“Azzam, om.”
“Kalau yang ini?”
“Zakaria.”
“Eko.”
“Seno.”
Satu per satu, semua memperkenalkan diri pada orang tua Niken. Ayah Niken mempersilahkan Azzam dan yang lain mencicipi hidangan yang sudah disediakan. Mereka segera mengambil makanan dan menikmatinya di teras. Sementara Niken berada di dapur. Dia sedang memotong kue untuk teman-temannya.
“Jadi itu yang namanya Azzam?” tanya ibu Niken sambil mendekati anaknya.
“Iya, bu.”
“Ganteng. Anaknya sopan lagi. Kamu suka ya, sama Azzam?”
Tak ada jawaban dari Niken, hanya wajahnya saja yang terlihat merona mendengar godaan sang mama. Dia melanjutkan kegiatannya memotong kue.
“Kapan-kapan ajak lagi Azzam kemari.”
“Iya, bu. Kalau dia mau.”
“Kamu kuliah yang benar. Kalau Azzam memang jodohmu, dia tidak akan kemana-mana. Tapi kalau bukan dia jodohmu, kamu harus legowo.”
“Iya, bu.”
Usai memotong kue dan menatanya di piring, Niken membawanya ke teras. Di sana Azzam dan yang lain tengah menikmati makanan sambil berbincang. Zuhaidar sebagai satu-satu perempuan sebelum kedatangan Niken, selalu dijadikan objek gombalan oleh Zakaria dan Seno. Untung saja gadis itu sudah meminum jamu tolak gombal, jadi gombalan kedua pemuda itu tidak mempan padanya.
🌻🌻🌻
Niken udah bawa Azzam ke rumah ortunya. Pepetan tajam nih😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
zeus
Sangat jarang taruna jodohnya taruni
Biasanya di luar itu yg paling lazim, bidan..
2025-03-06
1
Khodijah Cyti
tepat sasaran 😂😂😂😂
2023-12-04
2
Khodijah Cyti
😂😂😂 syuuliiit kalau udah gitu 🤣🤣
2023-12-04
1