Karena Jin Hu sudah menjawab, maka Hyun melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan pangeran Ji Won memilih diam sambil memperhatikan Hyun yang tengah memasak.
Hyun membuat hidangan kentang rebus berisi irisan daging cincang. Selain tidak ribet, masakan itu tidak membutuhkan bumbu yang beraneka ragam.
Hyun tidak begitu memperdulikan pangeran Ji Won yang sedari tadi menatapnya. Menurutnya yang penting masaknya matang dan bisa kembali ke rumah ibunya.
Setelah menunggu hingga setengah jam, akhirnya masakannya benar-benar matang. Dia mengajak pangeran Juan dan ke empat anak buahnya untuk sarapan bersama.
"Ayo kita makan!" ajak Hyun setelah semua makanan tersedia di atas meja.
"Tuan dan nona muda lebih baik makan lebih dulu. Biar kami berempat makan setelahnya," tolak Jin Hu dengan halus.
Diantara empat pengawal pangeran Ji Won hanya Jin Hu yang menerima Hyun dengan sangat baik. Apalagi saat mengetahui jika Hyun lah yang sudah menjadi penolong buat pangeran Ji Won.
"Oke lah kalau begitu."
Hyun tidak mamaksa. Mungkin saja mereka sungkan makan satu meja dengannya.
"Apa itu oke?" tanya pangeran Ji Won penasaran.
"Ok bisa berarti baiklah, " jawab Hyun dengan asal.
"Bahasa apa itu? "
"Tidak usah banyak tanya. Lebih baik kak Ji Won segera makan. Setelah ini aku harus memeriksa luka yang ada di perut kakak. Kemarin kan kita tidak jadi memeriksanya," ucap Hyun sambil memberikan sepiring kentang isi kepadanya.
Pangeran Ji Won mengangguk dan tidak membantah . Dia mengambil makanan yang sudah diambilkan oleh Hyun .
Begitu makanan itu masuk kedalam mulut, dia memuji dalam hati. Tidak menyangka jika hasil masakan istri kecilnya sangat menggugah selera.
Pangeran Ji Won sejak kecil sudah tinggal di istana. Segala makanan dipersiapkan oleh koki yang tidak biasa. Namun ternyata masakan mereka masih kalah dengan makanan sederhana di depannya.
Secara tidak langsung pangeran Ji Won memberi nilai plus lagi buat Hyun . Selain pandai bela diri, pandai ilmu pengobatan, dan sekarang pandai memasak. Menurutnya tidak buruk juga menikah dengan Hyun.
Hyun tentu saja tidak mengetahui apa yang ada dalam pikiran pangeran Ji Won. Dia menikmati makanannya dalam diam.
"Makanannya enak. Terimakasih," ucap pangeran Ji Won tulus.
Hyun tidak menyangka jika suaminya akan berterima kasih hanya karena masakannya.
"Kalau enak makan yang banyak, biar kakak cepat sembuh."
"Tentu."
Keduanya makan dengan lahap. Setelah selesai Hyun mencuci semua peralatan yang kotor. Kemudian meminta anak buah suaminya untuk sarapan.
Karena tidak ada pekerjaan lain yang ia lakukan, Hyun mengajak pangeran Ji Won kedalam kamar. Dia ingin memeriksa hasil operasinya.
Setelah masuk kedalam kamar tanpa basa basi lagi Hyun meminta pangeran Ji Won membuka pakaian bagian atasnya.
Pangeran Ji Won tidak membantah. Dia membuka pakaian atasnya dengan santai.
Lagi-lagi Hyun mendapatkan pemandangan gratis yang membuatnya terpesona. Sampai-sampai pangeran Ji Won merasa risih.
"Jaga pandanganmu!" ucap pangeran Ji Won datar. Dia
Mendengar ucapan pangeran Ji Won membuat Hyun kembali sadar dan merasa malu secara bersamaan.
Kemudian ia pun mulai fokus dengan pekerjaannya. Dia membuka perban secara perlahan.
"Syukurlah...lukanya sudah hampir sembuh."
Pangeran juga melihat hasil operasi tersebut. Dahinya mengernyit begitu melihat perutnya seperti dijahit.
"Kok bisa begini?" tanya pangeran Ji Won penasaran.
"Jika akau tidak menjahit luka kakak mungkin sekarang kakak tidak akan tertolong. Lihat besarnya luka!"
Benar juga luka yang ada di perutnya memanjang. Tapi bagaimana gadis itu melakukannya?
"Kakak tidak usah terlalu memikirkan hal yang tidak perlu. Yang penting kakak masih bisa sembuh. Pil yang aku berikan waktu itu masih ada kan?"
Pangeran Ji Won tidak menyangka jika Hyun mampu menebak pikirannya. Dia hendak menyahut namun mengurungkan niatnya.
Dia berdiri dan mengambil botol kecil yang ada di laci meja. Kemudian menunjukkannya pada Hyun.
Hyun mengambilnya dan memeriksa isinya. Ternyata pangeran Ji Won meminumnya dengan tepat. Sehari diminum tiga kali.
Hyun mengangguk dan mengembalikan pil itu pada pangeran Ji Won. Pangeran Ji Won menerimanya dan kembali meletakkannya di laci.
"Sudah berapa lama kamu belajar ilmu pengobatan?" tanya pangeran Ji Won penasaran.
"Kenapa?"
"Dari yang aku tahu usia kamu tidak lebih dari sembilan tahun. Tapi ilmu yang kamu miliki sudah seperti tabib yang handal. Sepertinya kamu sudah lama mempelajarinya. "
"Aku mempelajarinya sejak masih kecil."
"Siapa yang mengajarimu? "
"Seorang tabib pengembara."
"Dimana beliau sekarang? "
"Entah...namanya juga tabib pengembara. Beliau tidak hanya tinggal di satu desa. Entah dimana beliau sekarang. "
Hyun mencoba memberikan penjelasan yang cukup logis pada pangeran Ji Won. Dia tahu pangeran Ji Won bukanlah orang bodoh. Tapi dia juga tidak mungkin berbicara jujur.
Pangeran Ji Won menatap mata Hyun, seolah mencari kebohongan di dalamnya. Namun pangeran Ji Won tidak melihatnya.
"Kenapa?" tanya Hyun seolah-olah tidak mengetahuinya.
Namun pangeran Ji Won hanya menggelengkan kepalanya. Dia mengambil pakaian atas yang tadi ia buka dan memakainya.
"Bolehkah aku pulang ke rumah?" tanya Hyun sambil menatap pangeran Ji Won yang masih sibuk dengan pakaiannya.
"Kenapa?"
"Mau melihat keadaan Hyejin dan Hwan. Bukankah kemarin mereka terluka. Selain itu aku juga meminta sedikit makanan buat mereka."
"Aku akan ikut denganmu, " ucap pangeran Ji Won dengan datar.
"Oke!"
Hyun dan pangeran Ji Won berangkat bersama. Ditangan Hyun ada bungkusan yang berisi kentang isi dan sedikit bahan makanan.
Saat tiba disana Hyun dan pangeran Ji Won bertemu dengan Hyejin dan Hwan yang sedang duduk di depan rumah.
"Hyejin.... Hwan...kenapa kalian duduk disini?" tanya Hyun mengagetkan kedua adiknya.
"Kakak..."
Hyejin dan langsung berdiri. Wajah mereka nampak cerah begitu cerah begitu melihat kedatangan kakaknya.
"Ibu kemana?"
"Ibu pergi ke hutan. Katanya mau mencari sesuatu buat dimakan."
"Kalian sudah makan?"
"Sudah. Ibu membuat ubi seperti yang kakak masak tapi _"
"Tapi apa?"
"Masakan ibu tak seenak masakan kakak."
Bukan Hyejin yang menjawabnya. Namun Hwan. Sesekali dia melirik pangeran Ji Won yang berdiri disampingnya.
Pangeran Ji Won bukannya tidak tahu. Namun dia bersikap cuek. Dia memang tidak suka berinteraksi dengan orang lain.
"Ayo kita masuk kedalam. Kakak punya sesuatu buat kalian, " ajak Hyun pada mereka.
"Kakak punya apa?" tanya Hwan dengan wajah imutnya.
"Kita lihat di dalam saja. Ayo!"
Hyun menggandeng kedua adiknya di kanan dan kirinya. Dia membawa keduanya kedalam rumah. Pangeran Ji Won berjalan di belakang mereka tanpa suara.
Hyun membuka bungkusan yang tadi ia bawa saat sudah berada di ruang tamu. Begitu bungkusan itu dibuka mau tidak mau Hyejin dan Hwan ngiler.
"Ini apa kak?"
"Makanlah."
Bukanya menjawab Hyun malah menyuruh mereka untuk memakannya. Karena sudah tergiur jadi mereka tidak lagi membantah.
Meskipun ada pangeran Ji Won namun keduanya tetap memakan kentang isi yang Hyun bawah. Meskipun harus makan dengan malu-malu.
Setelah keduanya selesai makan, Hyun izin untuk pegi ke hutan. Dia merasa khawatir dengan ibunya.
Awalnya pangeran Ji Won berniat mengikutinya. Namun karena lukanya belum sembuh dengan sempurna, Hyun tidak membiarkan untuk ikut.
Dia malah menyuruh suaminya untuk menjaga kedua adiknya. Setelah sedikit perdebatan akhirnya Hyun berangkat bersama Dao.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
ji won kalah debat dg hyun...malah pergi dg bao bukannya pergi dg jihu aja
2025-01-03
0
Ds Phone
dia sangat susah hati pasal ibu nya
2025-01-27
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
hanya Hyun yg berani perintah JiWon 🤭🤭
2025-01-03
0