Hyun berencana membuat sate kelinci. Dia memotong daging kelinci itu menjadi kecil-kecil, kemudian ia tusukkan ke tusuk yang baru ia buat.
Setelah semua daging selesai di tusuk, Hyun membuat bumbunya. Untung Hana masih memiliki berbagai bumbu masakan. Meskipun tidak semua bumbu tersedia.
Setelah itu Hyun mulai menyalakan api. Tidak sulit untuknya buat menyalakan api. Setelah berhasil menyalakan api, Hyun mulai membakar satu persatu daging yang sudah ditusuk.
Bau harum sudah mulai keluar saat daging terbakar . Hal itu membuat tiga orang yang masih bergulung dalam selimut terbangun.
"Hemm...baunya harum banget. Bikin perut Hwan makin lapar," gumam Hwan yang sudah duduk di atas ranjang.
Hyejin pun duduk disamping sang adik. Reaksinya pun sama seperti Hwan.
"Mari kita lihat!" ajak Hyejin dengan semangat.
Hyejin menyangka jika ayahnya telah kembali. Sebab tidak mungkin jika kakaknya yang masak.
Hana sepertinya tahu dengan yang difikirkan oleh Hyejin. Dengan lembut ia tepuk kepala sang putri dengan sayang.
"Ayo kita lihat bersama," ajak Hana sambil memegang kedua tangan anaknya.
Kemudian Hana menuntun kedua anaknya menuju dapur. Hana merasa jantungnya berdebar. Setelah sekian lama akhirnya...
Namun kenyataannya tidak sesuai ekspektasinya. Mereka melihat Hyun yang sedang sibuk dengan masakannya.
"Ternyata kakak. Aku kira tadi...."
Hyejin tidak melanjutkan ucapannya. Wajahnya nampak sendu saat perkiraannya tidak tepat. Jauh berbeda dengan reaksi Hwan yang berteriak kegirangan.
"Wah...Kak Hyun hebat. Baunya enak," ucap Hwan sambil berlari kearah Hyun.
Hyun yang baru menyadari kedatangan mereka langsung terkekeh melihat tingkah Hwan yang menurutnya sangat lucu.
"Hwan lapar?"
"Lapar banget. Masakan kak Hyun baunya harum. Kakak masak apa?" tanya Hwan sambil duduk disamping sang kakak.
Hwan penasaran dengan apa yang dimasak Hyun. Begitupun dengan Hyejin dan Hana yang turut duduk di dekat Hyun.
"Kakak masak apa?" Hyejin menanyakan hal yang sama seperti Hwan.
" Coba tebak! "
"Ini kelinci yang semalam kan, Hyun?" tanya Hana membuat Hyejin yang ingin menjawab pertanyaan sang kakak mengurungkan niatnya.
"Betul. Maaf tidak menunggu ibu bangun."
"Tidak masalah. Namun sejak kapan kamu bisa masak?" tanya Hana heran.
Hyun hanya bisa menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Bingung mau menjawab apa.
"Hyun cuma pernah lihat orang masak," jawab Hyun asal.
Hana percaya saja dengan ucapan Hyun. Karena putri sulungnya itu memang sering kali menghilang. Tidak satu dua kali malah sering membuat masalah.
"Hwan boleh mencicipinya ?" tanya Hwan pelan.
Dia yang sudah tidak tahan untuk mencicipi hasil masakan sang kakak. Perutnya meronta-ronta minta diisi.
"Tentu saja. Ayo dimakan!"
Hwan yang mendapat persetujuan dari sang kakak langsung mengambil satu tusuk dan memasukkannya kedalam mulut.
"Ehm...enak! Kakak hebat! " seru Hwan sambil mengunyah makanannya.
Hyejin nampak tergiur dengan reaksi Hwan yang begitu menikmatinya. Dia menatap Hyun dan Hana seolah meminta izin untuk ikut memakan tusukan daging itu.
"Hyejin kalau mau langsung makan saja. Ibu juga, " ucap Hyun sambil tersenyum.
Dengan malu Hyejin mengambil satu tusuk dan memakannya. Ternyata dia memberi reaksi yang sama dengan Hwan.
"Ini makanan terbaik yang pernah aku makan," ucap Hyejin dengan jujur.
Hyejin memang bukan sekali ini memakan daging kelinci, namun rasanya tidak seenak yang dibuat Hyun. Bumbunya meresap sempurna kedalam daging.
Hana yang penasaran pun ikut mengambil satu tusuk. Begitu daging itu masuk kedalam mulutnya, mau tidak mau Hana harus menyetujui ucapan Hyejin. Dia pun baru kali ini memakan masakan seenak ini.
Hyun merasa senang hasil masakannya di sukai keluarga barunya. Dia pun turut makan bersama mereka . Tak lama kemudian semua sate habis dimakan mereka berempat.
Sehabis makan Hana menyuruh ketiga anaknya untuk mandi. Jadi ketiganya mandi secara bergiliran. Namun untuk Hwan, Hana masih memandikannya.
"Hari ini ibu akan bekerja memanen kentang di tempat tuan Jeung. Ibu harap kalian bertiga diam di rumah dengan baik," ucap Hana kepada ketiga anaknya.
"Bolehkah saya bawa adik berjalan-jalan?" pinta Hyun penuh harap.
Dia tak mungkin sanggup jika seharian berdiam diri di rumah. Apalagi tidak ada telivisi maupun ponsel yang dapat dijadikan hiburan.
"Kemana? Jangan buat kerusuhan lagi!" ucap Hana memberi peringatan. Ia berharap kali ini putrinya tidak membuat masalah lagi.
"Ibu tenang saja. Kalian berdua mau kan?" tanya Hyun pada kedua adiknya.
"Mau," jawab Hwan dan Hyejin dengan semangat.
Sangat jarang Hyun mengajak mereka untuk bermain. Mereka malah sering bermain bersama Seo Ah.
Melihat semangat ketiga anaknya membuat Hana mau tidak mau memberikan izin. Setelah itu ia pun berangkat untuk bekerja.
Tempat yang saat ini ditinggali Hyun bernama desa Karo ( 😂😂😂bingung mau beri nama). Penduduk desa Karo sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.
Hana tidak memiliki sebidang tanah untuk bertani. Begitupun dengan kwang. Untuk itu dia hanya bisa bekerja di lahan milik warga yang lain.
Hana berasal dari desa sebelah. Setelah menikah dia ikut bersama kwang. Kwang sendiri berasal dari desa Karo .
Kwang hanya memiliki seorang kakak yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.Kedua orang tua kwang sudah lama meninggal. Sedangkan kedua orang tua Hana masih lengkap.
Hyun mengajak kedua adiknya ke hutan. Meskipun awalnya Hyejin menolak, namun mau tidak mau dia menyetujuinya saat Hwan tidak sabar untuk berangkat.
Saat keluar dari rumah mereka bertiga bertemu dengan Seo Ah yang ingin mengajak Hyun bermain.
"Kalian mau kemana?" tanya Seo Ah begitu melihat keranjang yang berada di gendongan Hyun.
"Mau jalan-jalan. Kamu mau ikutan tidak?"ajak Hyun pada Seo Ah.
"Jalan-jalan kemana? Apa mau menyusul bibi Hana?"
"Tidak. Aku mau mengajak Hyejin dan Hwan ke hutan."
"Beneran?"
Hyun mengangguk. Seo Ah kaget mendengarnya. Ngapain temannya ini mengajak kedua adiknya kehutan. Dia menatap Hyun dengan pandangan menyelidik.
"Lihat nya biasa saja bisa kan? Bisa-bisa bola mata kamu keluar jika melotot kayak gitu, " ucap Hyun dengan tersenyum.
"Siapa juga yang melotot. Aku cuma penasaran, tumben kamu mau membawa kedua adikmu."
"Oh...aku baru dapat pencerahan. Kasihan juga kalau mereka berdua diam saja dirumah," jawab Hyun dengan enteng.
"Kalau begitu aku juga mau ikut. "
"Tentu saja. Lebih banyak orang lebih baik. Jangan lupa bawa keranjang sama sabit. "
"Buat apa? "
"Siapa tahu ada tumbuhan yang bisa kita ambil. Jadi tidak sia-sia kita jauh-jauh ke hutan. "
"Benar juga. Sejak kapan kamu pintar seperti ini? "
"Dari dulu aku memang sudah pintar. Lebih baik sekarang kamu ambil keranjang sekarang agar kita tidak kesiangan. "
"Baiklah. Tunggu sebentar. Jangan ditinggal loh! "
"Kami tunggu di depan. Ayo dek! "
Seo Ah langsung berlari ke rumahnya yang berada di depan rumah Hyun. Sedangkan Hyun dan kedua adiknya berjalan terlebih dahulu ke jalan.
Tak lama kemudian Seo Ah sudah berhasil menyusul ketiganya dengan keranjang di punggungnya.
Sepanjang jalan Hwan tidak berhenti bertanya. Dengan sabar Hyun menjawabnya. Hal itu membuat Hyejin dan Seo Ah curiga. Sejak kapan Hyun memiliki kesabaran yang tinggi?
Di tengah perjalanan Hyun melihat daun ubi jalar. Tentu saja hal itu membuat Hyun senang.
Namun tidak dengan ketiga anak yang lain. Sebab mereka memang belum pernah memakan ubi jalar.
Meskipun bentuknya tidak jauh beda dengan kentang, namun penduduk Karo belum pernah memanfaatkan ubi jalar sebagai bahan makanan.
Hyun dengan semangat menggali ubi yang ada di dalam tanah. Dia tidak menghiraukan tatapan heran dari Hyejin dan Seo Ah. Sedangkan Hwan mengikuti sang kakak menggali.
"Apa yang kamu gali, Hyun?" tanya Seo Ah yang sudah tidak bisa menyimpan rasa penasarannya.
"Ini namanya ubi jalar madu. Jika kita masak rasanya sangat manis," jawab Hyun tanpa mengalihkan pandangannya.
"Sejak kapan kamu tahu jika rumput ini bisa dimakan? " tanya Seo Ah penasaran.
"Tidak usah banyak tanya. Lebih baik kamu juga gali yang sebelah sana. Masih ada tuh. Setelah selesai, kita akan bakar buat isi perut."
" kKamu yakin ini bisa dimakan?"
Seo Ah masih belum percaya jika tumbuhan yang sedang digali oleh Hyun dan Hwan. Meskipun masih kecil namun Hwan merasa senang bisa menggali bersama Hyun.
Hyejin dan Seo Ah saling pandang sebelum ikut menggali di tempat yang ditunjuk oleh Hyun.
Setelah agak lama akhirnya keranjang yang dibawa Hyun dan Seo Ah penuh dengan ubi jalar. Untuk itu Hyun mengajak mereka untuk berhenti menggali.
"Aku rasa ini sudah cukup. Bagaimana kalau sekarang kita cari kayu yang sudah kering bakar ini ubi?"
"Memangnya kakak bawa pemantik api?"
"Soal itu mah gampang, yang penting sekarang kita kumpulkam dulu kayu dan ranting kering dulu," ajak Hyun yang langsung bertindak mengumpulkan kayu kering di sekitarnya.
Ketiga anak yang lain mau tidak mau menuruti ajakan Hyun. Jadi tidak membutuhkan waktu yang lama sudah terkumpul.
Hyun mencari batu yang bisa menghasilkan percikan api. Setelah itu mulai menyalakan api menggunakan batu tersebut.
Saat api mulai menyala mau tidak mau Seo Ah, Hyejin dan Hwan merasa kagum dengan keahlian Hyun.
Hyun memasukan ubi kedalam bara api. Setelah dirasa ubi itu matang, Hyun mengambil dan memberikan kepada masing-masing anak untuk memakan ubi bakar tersebut.
"Bagaimana rasanya?"
"Enak,lembut dan manis. Aku baru tahu kalau tanaman ini bisa dimakan," jawab Seo Ah dengan jujur.
"Tunggu...dari mana kamu tahu kalau tanaman ini bisa dimakan?"
"He he he rahasia dong. Tenang saja masih banyak yang aku ketahui."
"Tak sia-sia memang kamu sering ngilang entah kemana," ucap Seo Ah geleng-geleng kepala.
Mereka asyik menikmati ubi jalar itu sampai akhirnya mereka mendengar sesuatu yang membuat merinding.
Ting!
Ting!
Prang!
Bruk!
Kira-kira suara apaan tu ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
🍃🥀Fatymah🥀🍃
waduuhh
ada yang lagi bertarung kah?
cepat kabur bocil bocil, jangan sampe penasaran lah
2025-03-12
0
Shinta Dewiana
apa ada yg lagi bertarung ini..siapakah...
2025-01-03
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
pasti orang yg lg bertarung
2025-01-03
0