Sebelum tiba di perkampungan, Hyun berguling-guling diatas tanah yang agak becek. Berharap dengan hal itu membuat noda darah yang berada si pakaiannya bisa tersamarkan.
"Kakak kenapa sih?" tanya Heyjin yang merasa shock dengan tingkah Hyun yang diluar nalar.
"Sudah kotor semua belum?" bukannya menjawab pertanyaan adiknya, Hyun malah menanyakan kondisi tubuhnya.
"Sangat...pasti nanti ibu marah deh, Kak ."
"Tenang saja. Nanti kakak akan langsung mencucinya setibanya di rumah. Yang penting sekarang noda darah tadi tidak terlihat lagi. Bagaimana?"
Hyejin dan Seo Ah tidak menyangka jika Hyun mempunyai ide seperti itu. Apalagi noda darah yang berada di pakaiannya sudah tidak terlihat lagi.
Keduanya menganggukkan kepala mereka . Hwan yang memang tidak faham malah terkikik geli. Kakaknya mirip dengan tikus yang tercegur got.
"Kalian nanti jangan bilang kalau kita habis bertemu dengan orang yang bertarung," ucap Hyun memberi peringatan.
"Kenapa?"
"Apa kalian mau di buru oleh mereka?"
Hyun sengaja berkata seperti itu agar mereka tidak berbicara macam-macam. Dia yakin jika pemuda yang ia selamatkan bukanlah orang sembarangan.
Hyejin dan Seo Ah geleng-geleng kepala. Mengingatnya saja membuat tubuh mereka gemetar.
" Hwan juga tidak boleh bilang sama siapa - siapa, mengerti! " ucap Hyun kepada adik bungsunya.
"Bilang apa? " tanya Hwan dengan bingung. Wajahnya nampak mengemaskan jika sudah seperti itu.
"Apa yang Hwan tahu? " tanya Hyun mencoba mencari tahu seberapa banyak yang Hwan tahu dan fahami.
"Kak Hyun gulung-gulung di tanah," jawab Hwan dengan wajah polosnya.
"Terus?"
"Pergi kehutan terus sembunyi. "
Hyun lega mendengarnya. Ternyata Hwan masihlah anak yang berusia tiga tahun seperti umumnya.
"Baiklah, nanti jangan bilang kalau kakak gulung-gulung di tanah pada ibu."
"Kenapa?"
"Nanti ibu marah."
"Hwan tidak mau ibu marah. Hwan tidak akan bilang pada ibu," ucap Hwan dengan polosnya.
"Bagus...sekarang ayo kita pulang," ajak Hyun dengan semangat.
Hyun menggandeng tangan Hwan. Padahal tangannya kotor oleh lumpur. Untung Hwan tidak menghiraukanya.
Hyun dan Hwan berjalan di depan. Hyejin dan Seo Ah mengikutinya dari belakang.
Setiap bertemu dengan orang-orang pasti mereka ditertawakan . Namun keempatnya tetap cuek.
Tak lama kemudian mereka pun tiba di rumah. Seo Ah langsung pulang ke rumahnya begitupun dengan Hyun bersaudara.
Ternyata Hana masih belum pulang dari kebun. Hyun menyuruh kedua adiknya untuk mandi terlebih dahulu.
Setelah Hyejin dan Hwan selesai barulah giliran Hyun yang membersihkan dirinya.
"Susah amat sih nih baju nggak bersih-bersih," gerutu Hyun sambil terus mengucek pakaian yang tadi ia pakai.
"Mana nggak ada sabun lagi."
Di zaman ini memang belum ada sabun. Biasanya orang mandi hanya menggunakan tanah liat. Sebagai pengharum mereka menggunakan aroma bunga.
Namun tidak semua orang menggunakan aroma pewangi. Harganya yang mahal dan keterbatasan barang menjadi kesulitannya.
Hyun berusaha agar pakaian yang ia cuci menjadi bersih. Usaha tidak mengkhianati hasil. Akhirnya setela lama berusaha noda darah itu berhasil hilang dari pakaiannya.
Selesai mandi Hyun mengolah ubi yang tadi ia bawa pulang. Sedangkan Hyejin dan Hwan tertidur karena kelelahan.
Sebenarnya tidak banyak olahan yang bisa ia buat dari bahan ubi. Ditambah kurangnya bahan yang tersedia.
Akhirnya Hyun memutuskan untuk mengukus ubi itu sebelum di tumbuk. Entah apa namanya. Namun Hyun pernah memakannya saat berkunjung ke Indonesia.
Saat sedang fokus menumbuk ubi, Hana pulang dari kebun. Dia juga membawa sedikit kentang dan sayuran liar.
"Kamu sedang apa, Hyun?" tanya Hana setelah meletakkan barang bawaannya.
"Lagi membuat ubi tumbuk," jawabnya asal.
"Dapat dari mana?"
"Dari hutan."
"Kamu ke hutan?"
"Iya kan tadi sudah bilang. Tadi Hyun mengajak Hyejin, Hwan sama Seo Ah," jawab Hyun dengan jujur.
"Kan tadi sudah ibu suruh untuk tinggal di rumah saja."
"Tapi tadi pagi Hyun sudah ijin membawa Hyejin dan Hwan jalan-jalan. "
"Tapi bukan di hutan juga dong, Hyun! "
"Sama saja dong bu."
"Terserah deh. Tapi kalian baik-baik saja, kan?"
"Tenang saja, semuanya aman."
"Yakin?"
"Yakin lah."
Hana pun akhirnya terdiam. Mau marahpun rasanya percuma. Semua sudah kembali kerumah dengan selamat.
"Ini ubi apa, kok ibu baru tahu?" tanya Hana penasaran.
"Ubi jalar."
"Ubi jalar? Kok warnanya aneh banget? Memangnya bisa dimakan?"
Hana memang belum pernah mengolah maupun memakannya. Warnanya yang ungu membuatnya sedikit khawatir. Takut jika makanan itu mengandung racun.
Hyun mengerti jika ibunya masih belum percaya jika ubi ini bisa dimakan. Jadi untuk membuktikannya, dia mengambil sedikit untuk dimakan.
"Ini enak loh bu. Tidak jauh beda dengan kentang. Tapi yang ini lebih manis. Cobalah!"
Dengan ragu Hana mengambil sedikit olahan ubi itu. Begitu ia memakannya, matanya langsung berbinar.
"Benar... Bukan hanya manis tapi juga lembut. Rasanya lebih enak dari pada kentang. "
"Ibu bisa ambil lebih banyak kalau begitu."
"Tidak perlu. Lebih baik nanti kita makan sana-sama. Adik-adik kamu dimana?"
"Mereka masih tidur."
"Kalau begitu ibu mandi dulu. Oh iya... Tadi ibu mendapatkan baju bekas dari nyonya jeung. Kamu bisa ambil yang kamu suka. "
Hana berkata dengan agak masam. Inginnya memberi baju baru buat anak-anaknya namun keinginan itu belum juga bisa ia wujudkan. Dia hanya bisa bersyukur dengan baju bekas milik para tetangga.
Hyun dapat melihat wajah frustasi sang ibu. Dalam hati ia berjanji akan membuat keluarga barunya itu hidup lebih baik lagi.
"Terimakasih Bu," ucap Hyun sambil tersenyum tulus.
Hana yang melihat hal itu merasa senang. Dia meninggalkan Hyun sendiri di dapur. Kemudian membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi.
Di sore hari Hyun beserta keluarganya makan bersama. Selain membuat ubi tumbuk, Hyun juga memasak kentang yang dibawah oleh ibunya.
Karena disana belum ada minyak, Hyun hanya bisa merebus kentang itu. Ditambah dengan beberapa bumbu membuat kentang mempunyai rasa yang lebih enak.
"Ibu tidak menyangka jika kamu bisa memasak seenak ini. Sejak kapan kamu belajar memasak?" tanya Hana begitu mereka selesai makan.
"...?"
"Kenapa diam saja?"
" Hyun belajar saat keluar dari rumah."
"Belajar dari siapa?"
" Entah...namanya juga tidak tahu. Tapi orangnya sangat pandai memasak. "
Hana mempercayai jawaban asal dari putrinya. Sebab selain penduduk asal, di desa karo juga terdapat penduduk asing yang berasal dari lain desa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
susahnya tuk jelasin sm orang kono...harus ektra sabar n cerdik ini hyun
2025-01-03
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
miris ya kehidupan Hyun yg skrng
2025-01-03
0
Ds Phone
dia memang pandai semua nya
2025-01-26
0