"Ibu sudah mau berangkat?" tanya Hyun saat melihat Hana mengambil keranjang di pojok dapur.
Mereka baru saja menyelesaikan sarapan. Namun Hana sudah bersiap untuk berangkat kerja.
Hyun jadi berpikir, Hana nampak begitu rajin bekerja. Namun kenapa hidupnya masih banyak kekurangan?
"Iya..hari ini Ibu akan pergi ke hutan. Siapa tahu ada sesuatu yang bisa ibu ambil buat makan kita."
"Memangnya ibu tidak pergi ke ladang tuan jeung lagi?"
"Sudah selesai. Kamu dirumah saja bersama kedua adikmu. Jangan main sendiri di luar," ucap Hana memberi arahan.
"Aku mau ikut!" ucap Hyun tanpa banyak pikir lagi
"Tidak boleh! " tolak Hana dengan cepat .
Dia memandang putri sulungnya yang juga sedang menatapnya. Kenapa sekarang putrinya nampak berbeda dari biasanya?
"Boleh tidak boleh Hyun harus ikut," jawab Hyun dengan tegas.
Saat ini keduanya sedang ada di dapur. Sedangkan Hyejin dan Hwan berada di ruang depan.
Hyun tidak bisa membiarkan ibunya ke hutan sendirian. Bagaimana kalau ada orang jahat seperti kemarin?
"Tetap tidak boleh! " jawab Hana tak kalah tegas.
"Kalau begitu Hyun mau main di luar saja. Ngapain dirumah tidak ada yang seru," ucap Hyun enteng.
Bagaimanapun caranya dia tidak akan membiarkan Hana berangkat sendiri ke hutan. Urusan Hyejin dan Hwan belakangan. Kalau mereka mau ikut juga tidak masalah.
"Hyun... "
"Ibu..."
"Adik-adik kamu bagaimana, kalau kau ikut ibu ke hutan?" tanya Hana dengan lembut.
Dia sadar jika putri sulungnya tidak bisa di keras. Jadi dia mencoba bersikap lembut.
"Biasanya kalau Hyun tidak ada di rumah, mereka sama siapa dong?"
Benar juga. Bukan hanya sekali Hyun tidak berada di rumah. Hari-harinya sering ia kerjakan di luar rumah.
"Tapi _"
"Kami akan tinggal di rumah dengan baik Bu. Biarkan kak Hyun ikut bersama dengan ibu," ucap Hyejin yang tiba-tiba muncul dari belakang Hyun.
Hyejin tidak mungkin membiarkan sang ibu pergi ke hutan sendiri. Dia dan juga Hwan tidak mungkin ikut bersamanya, karena mereka berdua hanya akan menyusahkan ibunya.
Biarkan sang kakak yang berangkat. Meskipun tubuh kakaknya kecil, namun dia bisa diandalkan.
"Baiklah. Ibu akan berangkat dengan kakakmu. Kamu harus tinggal di rumah dengan baik," ucap Hana menyerah dengan keinginan putrinya.
Setelah berpamitan, Hana dan Hyun berangkat. Di belakang punggung mereka sudah ada keranjang beserta sabit.
"Hey anak nakal!" teriak seorang lelaki paruh baya sambil berkacak pinggang.
Wajahnya agak menyeramkan dengan wajah berewoknya. Disamping lelaki ada sesosok anak lelaki kecil yang pernah melempari Hyun dengan batu kerikil. Lelaki kecil itu bernama Baek Su.
"Ada apa kakak Hu?" tanya Hana pada lelaki itu.
" Asal kamu tahu... putrimu telah mencuri buah manggaku. Sekarang aku mau, kamu membayar ganti rugi. Kalau tidak jangan salahkan aku jika putrimu yang nakal ini aku bawa ke pihak keamanan desa," ucap paman Hu.
Hana melirik putrinya yang berdiri santai di sampingnya. Hyun tidak merasa takut ataupun gentar dengan ancaman paman Hu.
"Apakah yang dikatakan paman Hu benar, Hyun?" tanya Hana dengan lembut.
"Memangnya paman mempunyai bukti ?" bukannya menjawab, Hyun malah mengajukan pertanyaan pada paman Hu.
"Aku buktinya," kata Baek Su dengan arogan.
"Memangnya kapan aku mencuri mangga itu?" tanya Hyun dengan hati-hati.
Jangan bilang saat dirinya baru masuk di tubuh ini. Tapi dia kan tidak membawa pulang mangga sama sekali .
"Kemarin aku dan A jie melihatmu memetik sekeranjang mangga di kebun paman Hu."
"Enak saja jangan asal tuduh kamu! palingan kamu sendiri yang mencurinya!" elak Hyun tak terima. Sebab selama seharian dia pergi ke hutan.
"Tidak usah mengelak kamu aku dan A jiu melihat dengan mata kepala sendiri _"
Tuk tak Tuk tak
Suara beberapa tapak kaki kuda menghentikan ucapan Baek Su. Kemudian mereka secara refleks berjalan kepinggir.
Terlihat beberapa orang yang berpakaian ala prajurit menaiki kuda. Ada juga kereta kuda yang nampak mewah.
Ckit!
Bruk!
Tiba-tiba kereta kuda berhenti tepat di depan mereka . Otomatis kereta kuda yang ada dibelakangnya ikut berhenti.
Tirai yang menutup kereta itu terbuka. Nampak dua orang pemuda dengan tampilan yang rupawan menatap ke arah mereka.
"Beri hormat kepada pangeran Jung Hee dan pangeran Jung Hwa!" ucap sang kasir dengan keras.
"Hormat kepada pangeran Jung Hee... Hormat kepada pangeran Jung Hwa... Semoga kebahagiaan selalu menyertai," ucap orang-orang di sekira situ. Begitupun dengan Hana dan paman Hu.
Hyun hanya menatapnya tanpa ada niatan untuk memberi hormat. Dia merasa kedua pangeran itu sangat sombong.
Kedua pangeran itu diberi penghormatan namun masih duduk santai di dalam kereta. Baginya jika ingin dihargai maka kamu harus menghargai orang lain.
"Lanjutkan!" ucap pangeran Jung Hee dengan datar.
"Baik yang mulia."
Sang kusir melanjutkan langkahnya kembali. Kedua pangeran itu mengajak prajurit miliknya untuk kembali ke istana sejak semalam.
Sebenarnya tadi pangeran Jung Hee seperti melihat seseorang yang mirip dengan pengawal pribadi pangeran Ji Won. Untuk itulah ia menyuruh sang kusir menghentikan keretanya.
Namun setelah diperhatikan dengan benar ternyata hanya orang yang tidak penting menurutnya.
Saat paman hu dan Baek fokus melihat kepergian kereta kuda, Hyun menarik lengan Hana untuk menjauh dari mereka.
"Ayo cepat bu!" ajak Hyun dengan cepat.
"Kamu beneran tidak mengambil mangga itu kan?"
"Kemarin kan kami pergi ke hutan, tidak ada waktu untuk bermain di kebun paman Hu."
"Betul juga. Tapi paman Hu tidak akan berhenti begitu saja sebelum mendapatkan ganti rugi. Jangan sampai..."
Hana langsung menghentikan langkah. Tiba-tiba pikirannya tidak tenang.
"Kenapa bu? "
"Kita harus kembali kerumah, "ucap Hana yang langsung berbalik arah untuk kembali ke rumah.
"Tapi bu _"
"Kedua adikmu dalam bahaya!"
Deg!
Benar...dirumah mereka masih ada dua anak yang masih kecil. Bagaimana jika mereka dalam bahaya.
Hyun pun berlari mengejar Hana yang sudah agak jauh darinya. Hana sangat khawatir dengan keadaan kedua anaknya.
Saat sudah dekat dengan rumah, Hyun mendengar suara tangisan anak kecil. Hatinya langsung mencolos. Apalagi saat melihat kondisi kedua adiknya.
"Hentikan!" teriak Hana dengan histeris. Bagaimana bisa ada orang yang sangat kejam hingga membuat kedua anak kecil terluka.
"Ternyata kembali juga kamu. Kenapa? Mau marah? Siapa yang menyuruh putriku mencuri buah manggaku?"
"Hei pak tua. Siapa yang sudah mencuri manggamu?"
"Kamu lah, siapa lagi? dasar pencuri nakal!"
"Ada apa ini?"
Deg!
Hyun menatap pemuda yang sudah ia tolong kemarin. Ternyata pemuda itu juga penduduk desa sini.
"Gadis kecil ini mencuri mangga saya kemarin. Jadi sekarang saya ingin dia membayarnya. Namun bukannya menjawab, dia malah tidak mau mengaku. "
"Apakah anda melihat sendiri saat dia mencurinya?"
"..."
"Saya yang melihatnya tuan," jawab Baek Su saat melihat paman Hu tidak menjawabnya.
"Apakah yang dikatakan anak ini benar gadis kecil? "
"Ish...bukankah kakak tahu sendiri saya sama kedua saudara saya kemarin pergi kehutan. Jadi kami tidak ada waktu untuk mencuri mangga paman Hu."
Pangeran Ji Won tertegun mendengarnya. Tidak menyangka karena ingin melihat keributan ini malah menemukan gadis kecil penyelamatnya.
Pangeran Ji Won juga tidak menyangka jika gadis kecil itu masih mengingatnya.
"Apa yang dikatakannya benar tuan. Kemarin saya bertemu dengannya di hutan," ungkap pangeran Ji Won kepada paman Hu.
Baek Su langsung pucat. Tidak menyangka jika kebohongannya akan terbongkar.
"Kamu tidak berkomplot dengannya kan?" tuduh paman Hu sambil melotot.
"Buat apa saya berkomplot dengan gadis kecil ini? Anda tahu sendiri kan, kami baru pindah di tempat ini. Jadi kamu pun belum saling kenal."
"Terus bagaimana dengan mangga ku yang sudah hilang. Saya ingin menjualnya untuk membeli kebutuhan sehari-hari," ucap pamn Hu dengan lesu. Entah dimana kearoganan yang ia tunjukkan tadi.
"Saya akan mengganti kerugian itu asal anda mau meminta maaf pada gadis kecil ini, " ucap pangeran Ji Won dengan tegas.
"Benarkah? " tanya paman Hu dengan mata berbinar.
Tidak masalah jika dia harus memberikan minta maaf pada Hyun. Asal dia bisa membeli kebutuhan buat keluarganya.
Tanpa menjawab, pangeran Ji Won mengambil kantong yang ada di pinggangnya. Dia mengambil beberapa koin mas dan memberikannya pada paman Hu.
"Terima lah... jangan lupa untuk meminta maaf padanya. "
"Terimakasih tuan muda. Hyun...tolong maafkan paman. Paman tidak tahu kalau bukan kamu pelakunya. Paman minta maaf."
" Hemm." jawab Hyun datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
setan bener ini anak si paman hu..huh..di tabok aja tu mulutnya..
2025-01-03
0
Bzaa
akhirnya sang pangeran tau penyelamat ny
2024-12-24
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
ketemu jg sama yg nolong
2025-01-03
0