Paman Hu sudah bersiap untuk kembali ke rumahnya. Wajahnya nampak bersinar setelah mendapatkan koin emas dari pangeran Ji Won.
"Kalau begitu saya pergi dulu," kata paman Hu dengan semangat.
"Ets...tunggu dulu Paman. Kenapa buru-buru sekali. Urusan Paman memang sudah selesai. Namun urusan saya masih belum." Hyun menghentikan langkah paman Hu.
"Apa maksudmu?" tanya paman Hu bingung.
"Apa menurut Paman, aku akan diam saja melihat adik-adikku disakiti?"
Semua menatap ke arah dua anak kecil yang saat ini berada di pelukan Hana. Tiba-tiba tubuh paman Hu bergetar. Wajah Hyejin dan Hwan terlihat banyak memar. Di sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"Paman tidak salah... semua salah kamu. Kenapa kamu dan ibumu harus melarikan diri?" bantah paman hu dengan gugup. Tubuhnya bergetar. Apalagi melihat tatapan Hyun.
"Kami pergi karena kami tidak merasa bersalah. Jadi buat apa mengurusi hal yang tidak penting?"
"Kamu _"
"Tidak usah banyak bicara deh Paman. Tidak ada gunanya juga. Lebih baik paman bertanggung jawab itu lebih baik."
" Tidak bisa!"
" Tidak bisa?"
Hyun menatap paman Hu dengan tajam. Aura yang ia keluarkan membuat suasana menjadi menegang.
Untuk bernafas pun rasanya sangat sulit. Pangeran Ji Won tidak menyangka jika Hyun bisa mengeluarkan aura sekuat ini.
Hyun masih belum mengetahui dampak dari kemarahannya. Hyejin dan dan Hwan mengeluarkan batuk darah.
" Hyejin! Hwan! Kamu kenapa sayang?" teriak Hana dengan bibir bergetar.
Paman Hu ketakutan. Begitupun dengan Baek Su. Tubuhnya bergetar semakin kuat.
Dengan cepat pangeran Ji Won menghampiri Hyun agar menahan emosinya.
"Sabar...kasihan kedua adikmu. Tarik nafas pelan-pelan...hembuskan , " ucap pangeran Ji Won dengan lembut.
Hyun dengan patuh mengatur pernafasannya. Kemudian berjalan ke arah Hyejin dan Hwan yang berada di di pelukan Hana.
"Tolong ibu gendong Hwan kedalam. Biar Hyejin aku gendong. "
Baru saja pangeran Ji Won akan membantu, Hyun dan Hana sudah masuk kedalam rumah. Jadi dia mengikutinya dari belakang. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukannya.
Sebelum itu pangeran Ji Won meminta paman Hu dan Baek Su untuk tidak pergi ke manapun. Jika sampai mereka meninggalkan rumah itu, dia tidak segan membuat mereka mendapatkan hukuman.
Paman Hu dan Baek Su dengan patuh mendengarkan ucapannya. Selain itu mereka masih penasaran dengan kondisi Hyejin dan Hwan.
Hyun memeriksa kondisi Hyejin dan juga Hwan secara bergilir. Hana tidak menyangka jika putrinya mengerti tentang ilmu pengobatan.
Awalnya dia ingin memanggil tabib. Namun Hyun melarang. Karena ia tidak memiliki koin jadi dia menurut.
Alangkah terkejutnya saat mengetahui Hyun dengan telaten mengobati keduanya.
"Apa itu Hyun?" tanya Hana saat melihat Hyun memberikan obat pada Hyejin.
"Oh... Ini obat memar yang diberikan seseorang padaku," jawab Hyun tanpa menoleh pada ibunya.
"Siapa?"
"Tabib Hwang."
" Kok bisa?"
"Ya bisa dong. Sekarang semua sudah Hyun obati. Tolong ibu jaga mereka."
"Kamu mau kemana?"
"Tentu saja ke depan. "
"Mau apa lagi Hyun? "
"Tentu saja menagih hutang."
"Hutang apa?"
Hana masih saja memberondong Pertanyaan pada Hyun. Pangeran Ji won yang sedari tadi melihat interaksi mereka tidak bisa untuk tidak tersenyum .
Di situasi genting kok malah asyik berdebat sendiri. Kalau misalnya di arena pertempuran bisa kalah deh . Untung dia sudah memberi ancaman pada Paman hu dan Beak Su.
"Ehm..."
Deheman Ji Won membuat Hana dan Hyun menoleh kearahnya. Keduanya merasa terkejut dengan kehadiran pangeran Ji Won.
"loh Tuan muda ada di sini ?"
"Maaf.... Saya ingin melihat kondisi kedua anak tadi . Apakah keadaan mereka sudah membaik ?"
"Tidak perlu khawatir Tuan. luka mereka tidak serius kok . Apakah kedua orang tadi masih ada di depan ?"
Hyun menjelaskan sekaligus mempertanyakan tentang dua orang yang ada di depan. Dia takut jika keduanya kabur.
"Saya tadi sudah menyuruh mereka untuk menunggu."
"Baiklah...mari kita bermain sekarang ," ucap Hyun sambil tersenyum miring . Tidak ada yang tahu, apa yang ada dalam pikirannya saat ini .
"Hyun ...."
"Ibu tidak usah banyak berpikir .Serahkan semuanya padaku ."
Tanpa menunggu jawaban sang ibu , Hyun keluar dari ruangan itu diikuti oleh pangeran Ji Won .
Hana merasa asing dengan tingkah Hyun. Dia merasa bersalah, karena sering mengabaikan Putri sulungnya itu.
Hyun tidak mengetahui apa yang ada di pikiran Hana . Dia dengan santai ke arah Paman hu dan Beak Su.
Melihat kedatangan Hyun , Paman Hu dan Beak Su merasa gugup . Sebenarnya bukan Hyun yang mereka takutkan , namun Pangeran Ji Won yang ada di belakang Hyun .
"Bagaimana paman Hu... Sudah siap membayar hutangnya ?"
"Hutang apa?"
"Tidak usah pura-pura tidak tahu . Sekarang Taman tinggal pilih mau memberi ganti rugi obat atau akan Apa yang dirasakan oleh Hye jin dan Hwan."
"kalau aku tidak mau bagaimana ?"
"Jadi paman meremehkan omonganku? "
Hyun berjalan semakin mendekat ke arahnya . Dilihat dari wajahnya , Hyun tidak ingin mentoleril kesalahan mereka .
Tidak mau banyak bicara lagi , Hyun memberikan satu tamparan di pipi Paman hu .
Plak!
Paman Hu merasakan sakit ,panas ,dan juga nyeri di pipinya . Dia tidak menyangka jika tamparan Hyun sangat kuat . Bahkan ujung bibirnya mengeluarkan darah .
"Bagaimana paman... masih mau lagi ?"
Tubuh Paman hu merasa gemetar . Perlahan Iya mengambil koin yang tadi diberi oleh pangeran Ji Won .
"Ini."
Paman Hu mengulurkan semua koin yang tadi ia terima. Tidak ikhlas sih sebenarnya. Namun mau bagaimana lagi. Satu tamparan saja rasanya sudah sangat menyakitkan. Bagaimana kalau...
Paman Hu menggelengkan kepalanya dengan keras. Hal itu membuat Hyun merasa khawatir. Jangan-jangan tamparan yang ia berikan membuat otaknya sedikit bergeser.
"Karena Paman mau bertanggung jawab dan saya juga sudah memberi satu tamparan maka paman bisa memberikan dua koin saja," ucap Hyun dengan santai .
"Kamu tidak bercanda kan?"tanya Paman Hu kaget. Dia kira Hyun akan mengambil semua koin yang sudah ia peroleh.
"Hemm...."
Meskipun sebenarnya dirinya masih belum puas, namun dia tidak boleh bertindak gegabah. Untuk kedepannya dia masih butuh bersosialisasi dengan semua penduduk termasuk paman Hu.
Dari ingatan samar yang ia peroleh, Hyun sering mengambil mangga milik paman Hu. Meskipun tidak banyak, namun jika tidak ada izin dari pemiliknya tetap saja disebut pencuri.
Akhirnya paman Hu dan Baek su pulang. Awalnya Hyun masih mau memberi pelajaran pada Baek Su, namun melihat kondisinya dia mengurungkannya.
Setelah semuanya pulang pangeran Ji Won meminta Hyun untuk mengikutinya. Ada yang ingin ia bicarakan secara pribadi.
Hyun ingin menolak. Namun begitu mengingat operasi yang ia lakukan kemarin, mau tidak mau ia harus memeriksanya. Apalagi pangeran Ji Won sudah berkeliaran.
"Ada apa tuan meminta saya ke sini?"
"Saya mau berterimakasih sebab adik sudah menyelamatkan nyawa saya. Kalau boleh tahu siapa yang sudah menjadi guru, Adik?"
Ehm....guru saya tidak ingin namanya disebut. Jadi maaf saya tidak bisa memberitahukan. "
"Apakah Adik juga yang sudah mengobati luka di tubuh saya ini? "
"Benar...kalau luka Tuan tidak segera di obati, saya khawatir tuan tidak akan selamat, " jawab Hyun jujur.
"Kalau begitu saya sangat berterima kasih dengan semua bantuan dari Adik. "
"Sama-sama Tuan. "
"Tidak perlu panggil tuan. Kamu bisa panggil saya kak Ji Won. Bukankah usia saya lebih dari pada adik. "
"Baiklah. Bolehkah saya memeriksa luka itu? Saya harus memastikan bahwa lukanya tidak infeksi. "
Tanpa menunggu perintah dua kali pangeran Ji Won membuka pakaian atasnya. Namun tiba-tiba...
" Apa yang kalian lakukan? "
" Ibu?!!! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
si ibu syok deh liat si tuan muda buka baju...pikiran kononya mendominasi....ha..ha..h...
2025-01-03
0
aphrodite
hadeuh kok tiba2 nongol aja nih ibu/Facepalm/
2025-01-14
0
Bzaa
si ibu lgsg nyangka yg enggak2 ini mah
2024-12-24
0