"Setelah Xio keluar dari istana, aku rasa kita akan pergi dari negeri Anming. Kita semua akan pergi ke negeri Qionglin dan menetap disana." Ucap Xiu He saat mereka berlima sedang bersantai di gazebo sebuah penginapan.
"Itu ide yang bagus, disana kita akan membeli sebuah kediaman dan merubah identitas kita." Ucap Xin Qian.
"Negeri Qionglin? Dimana letaknya Negeri Qionglin itu?" Tanya Xia He.
"Negeri Qionglin terletak di bagian barat. Negeri Qionglin adalah Negeri tempat asal pemilik tubuh asli yang di tempati oleh Xio saat ini." Ucap Xiu He.
"Begitukah? Sepertinya akan sangat menyenangkan jika kita disana dan memulai hidup baru." Ucap Xia He tersenyum senang.
"Tapi Negeri Qionglin terletak sangat jauh, perlu waktu berhari-hari jika ingin kesana melalui jalur umum. Tetapi tenang saja, jika kita menggunakan teleportasi pergi kesana akan sangat cepat." Ucap Bingwen.
"Tapi kalau menggunakan teleportasi akan sangat menguras energi yang sangat banyak." Ucap Xin Qian.
"Tak apa, serahkan saja padaku! Aku akan meracik ramuan herbal untuk memulihkan energi dengan cepat jika kita meminumnya." Ucap Xia He mengembangkan senyumnya lebar.
"Benarkah? Wah, kau hebat sekali jika bisa meracik ramuan herbal yang sangat luar biasa seperti itu." Ucap Bingwen takjub.
"Tentu saja Xia bisa melakukannya, Xia itu dulunya adalah seorang profesor muda yang sangat luar biasa. Wajar saja, itu karena para sahabatku memang memiliki banyak kelebihan di bidang masing-masing." ucap Xin Qian tersenyum bangga.
"Apa itu profesor?" Tanya Bingwen penasaran karena ia tidak pernah mendengar kata itu sebelumnya.
"Em... kalau di jaman kuno mungkin profesor itu seperti seorang ahli alkimia yang di juluki seorang Alchemist." Ucap Xin Qian mencoba menjelaskan kepada Bingwen.
"Woah! Hebat sekali..." Ucap Bingwen semakin takjub setelah tau arti kata yang di maksud oleh Xin Qian.
"Aku bosan berada disini terus, aku ingin pergi berkeliling." Ucap Xia He.
Bagaimana ia tidak bosan? Mereka saja hanya berdiam diri di kamar penginapan. Xia He yang pada dasarnya seorang gadis yang sangat aktif, tentu saja ia akan sangat merasa kebosan jika hanya berdiam diri saja.
"Aku punya ide! Bagaimana kalau kita pergi ke tempat tukang pengrajin senjata dan setelah itu kita pergi ke toko pakaian. Aku ingin membuat pakaian yang pas di badan seperti yang kita pakai dulu di jaman modern, pasti akan terpakai suatu saat nanti." Ucap Xin Qian.
Sudah dari jauh hari Xin Qian memikirkan tentang ide nya itu. Ia sangat ingin membuat senjata kesayangan mereka masing-masing seperti yang mereka miliki dahulu saat masih aktif menjalankan misi di dunia modern.
Katana kembar kesayangan Xin, sebuah belati kembar yang sangat tajam kesayangan Xia, pedang berbentuk tipis dengan bentuk melilit kesayangan Xiu, serta berbagai jenis dan bentuk suriken kesayangan Xio.
Ia sangat ingin semua senjata khas milik mereka berempat di masalalu juga bisa mereka miliki di dunia yang mereka tempati sekarang ini.
"Kau benar Xin, aku juga sudah sangat merindukan belati kesayanganku. Ayo kita pergi!" Ucap Xia He.
"Tapi Xiu dan Bingwen pergi kemana?" Tanya Xin Qian yang sedari tadi tidak melihat siluman kuda pendamping itu bersama dengan sahabat kembarnya itu.
Sedangkan di tempat lain, terlihat Xiu dan Bingwen saling beradu pedang.
"Melatih terus menerus keseimbangan dan gerakan tubuh mu, supaya nanti kalau kau sedang bertarung, kau tidak akan mudah di jatuhkan. Teruslah melatih fisik agar kemampuan mu bertambah." Ucap Xiu He di sela kegiatan mereka berdua.
Menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Bingwen terus saja bergerak dengan lincah, keringat mengalir melewati pelipisnya. Namun, ia tidak berhenti sedikitpun untuk bergerak menyerang dan melawan. Ia bertarung dengan gadis di hadapannya dengan bersemangat sekali.
Flashback on
"Xiu!" Panggil Bingwen saat ia melihat seorang gadis yang bersahabat dengan tuannya itu sedang berjalan keluar dari penginapan yang mereka tempati.
Mengenali suara yang memanggil namanya, Xiu menghentikan langkahnya dan menoleh.l ke asal suara.
"Ada apa Bingwen?" Tanya Xiu He datar.
Melihat reaksi Xiu, membuat Bingwen tiba-tiba merasa sangat gugup.
"Xiu, aku ingin bicara." Ucap Bingwen mencoba untuk tidak gagap saat berbicara dengan gadis di hadapannya ini.
"Bicaralah!" Ucap Xiu He tetap datar.
"Ajari aku ilmu pedang!" Ucap Bingwen yakin dengan keputusannya yang meminta untuk Xiu melatihnya dalam mendalami ilmu beladiri berpedang.
Mengerutkan keningnya, Xiu berpikir sejenak dan mengangguk.
"Ikut aku." Ucap Xiu He yang di anggukki oleh Bingwen dan mereka berdua pun berjalan menuju sebuah tempat yaitu hutan kematian, karena cuma disana mereka dapat dengan tenang dan nyaman saat berlatih.
Dan kejadian selanjutnya...
Flashback off
Di sebuah toko pengrajin senjata yang berada di pinggiran kota, dekat dengan pasar.
"Paman, bisakah kau membuatkan untukku senjata?" Tanya Xin Qian saat ia sudah berada di dalam toko pengrajin senjata itu dan menemui sang pemilik sekaligus orang yang bekerja membuat senjata.
"Boleh nona, senjata seperti apa yang ingin nona buat?" Ucap orang itu dengan ramah.
"Paman bisa tolong ambilkan kertas dan pena? Aku akan menggambarkan senjata seperti apa yang aku inginkan." Ucap Xin Qian tersenyum ramah di balik cadarnya.
Pemilik toko itu segera mengambil kertas dan pena yang di minta oleh seorang gadis yang berbicara padanya itu.
"Ini nona, silahkan." Ucap pria paruh baya itu dengan menyodorkan kertas dan pena yang ia bawa di tangannya.
Menerima dengan baik kertas dan pena itu, Xin Qian segera menggambar di atas kertas.
Ia menggambarkan semua senjata yang mereka gunakan dulu saat di dunia modern.
"Ini paman, tolong buatkan senjata yang sama persis seperti itu, pastikan senjata yang aku inginkan itu tidak memiliki duplikat satupun di dunia ini." Ucap Xin Qian kembali menyodorkan kertas dan pena di tangannya kepada pria paruh baya pemilik toko itu.
Mengerutkan keningnya bingung, ia baru melihat senjata seperti ini.
"Sa-saya akan usahakan nona." Ucap pria paruh baya itu saat ia sudah melihat gambaran senjata yang di inginkan oleh gadis pelanggannya itu.
"Berapa biayanya paman?" Tanya Xin Qian.
"Sepuluh koin perak nona." Ucap pria paruh baya itu.
Merogoh sakunya dan mengambil sebuah kantong dari sana yang berisi sekantong penuh koin emas.
"Ini paman aku bayar lunas." Ucap Xin Qian menyerahkan satu koin emas kepada pemilik toko itu.
"Maaf nona, tapi saya tidak memiliki kembalian sebanyak itu." Ucap pria paruh baya itu.
"Siapa bilang aku meminta kembalian kepada paman? Sisanya rejeki untukmu, ambilah dan gunakan sebaik mungkin." Ucap Xin Qian tersenyum manis di balik cadarnya.
"Ta-tapi nona..." Ucap pria paruh baya itu ragu.
"Sudah, ambil saja untuk paman. Aku dan sahabatku ikhlas." Ucap Xia He ikut dalam obrolan setelah diam sedari tadi menyimak.
Menerima koin emas yang di berikan oleh Xin Qian, membuat tangan pria paruh baya itu gemetar.
"Te-terimakasih banyak, nona." Ucap pria paruh baya itu terharu saat menerima koin emas itu. Untuknya yang merupakan rakyat miskin, koin emas itu dapat menghidupi keluarganya selama 5 tahun dengan sangat kecukupan.
"Sampai jumpa paman, minggu depan kami akan kemari lagi untuk mengambil pesanan kami." Ucap Xia He dengan melambaikan tangannya kepada pria paruh baya, lalu mereka berdua pun pergi dari sana.
Duduk di atas hamparan rerumputan untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.
"Huh...huh... Ternyata, aku yang seorang siluman legendaris pun tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dirimu Xiu." Ucap Bingwen saat ia merasa sangat kelelahan berlatih dengan Xiu He.
"Berlatih terus menerus akan meningkatkan kemampuan mu. Semua hanya perlu melalui sebuah proses, maka suatu saat nanti kau dapat menjadi sesuatu yang luar biasa." Ucap Xiu He memberikan motivasi kepada siluman pendamping legendaris itu.
"He'em, kau benar Xiu. Aku semakin yakin sekarang! Kalau kalian berempat adalah para gadis yang luar biasa. Aku rasa suatu keberuntungan karena telah bertemu dengan kalian." Ucap Bingwen merasa sangat senang.
Menoleh menatap wajah Bingwen, Xiu He mencoba mendalami segala sesuatu tentang Bingwen lewat tatapan mata.
"Pertemuan antara kau dan kami sudah di takdirkan oleh dewa kehidupan. Jalani seperti apa semestinya dan jangan sampai ada yang namanya sebuah penghianatan antara aku, kau dan yang lainnya." Ucap Xiu He.
"Aku mengerti Xiu." Ucap Bingwen dengan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments