CLB(t)K 19

"APA?" Annisa berteriak kaget saat mendengar ucapan Reenan.

Semua orang yang ada di ruangan menatap Annisa dengan padangan bingung.

"Pak Reenan bisa kita bicara?" tawar Annisa.

"Nanti kita akan bicara, tapi biarkan aku meminta ijin orang tuamu dulu untuk mendekatimu," ucap Reenan tenang.

Reenan dan Hendra akhirnya berbicara empat mata di dapur rumah orang tua Annisa, sebagai seorang ayah Hendra tidak ingin putrinya kembali disakiti oleh laki-laki lain, bahkan sebagai ayah Hendra tidak berani membuat anak-anaknya menangis karena air mata anaknya membuat hatinya berdenyut sakit.

Hendra benar-benar tidak ingin anaknya kembali merasakan sakit hati karena ulah lelaki, Hendra memberikan nasihat dan peringatan untuk Reenan jika ingin mendekati Annisa.

"Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan Annisa," ucap Reenan tegas.

Disisi lain Damar dan Annisa berada di teras rumah untuk berbicara berdua.

"Apa kesempatanku benar-benar sudah habis?" tanya Damar dengan nada lirih.

"Aku sudah tidak bisa kembali pada kakak, cerita masa laluku sudah ku kubur dalam-dalam, aku tidak ingin mengingat apalagi mengulangnya kembali"

"Tapi aku benar-benar menyesal bercerai denganmu, setidaknya beri aku satu kesempatan untuk membuktikan semuanya" pinta Damar putus asa.

"Maaf kak, jika memang rasa itu masih ada aku pasti akan memberikan kesempatan untuk kakak, tapi saat ini aku sudah tidak punya perasaan apapun pada kak Damar,"

"Satu kali saja, aku janji tidak akan mengecewakanmu lagi!"

"Tidak kak, aku ingin membuka lembaran baru dengan orang baru yang lebih bisa menghargai ku" ucap Annisa.

Damar terus berusaha memohon untuk kembali dan Annisa sudah bulat dengan keputusan tidak akan kembali lagi pada Damar.

Hingga tiba-tiba suara dari arah belakang Annisa menginterupsi pembicaraan mereka berdua.

"Sudah dini hari, aku akan pulang" Reenan berkata sambil mendekat ke arah Annisa dan Damar.

"Pak Reenan sudah ingin pulang? Tapi aku ingin membahas sesuatu dengan anda!" ucap Annisa.

"Besok pagi ku jemput jam 9 pagi,"

"Bapak akan kesini?"

Reenan mengangguk "Aku sudah mendapat ijin ayahmu, hanya tinggal berbicara tentang aku dan dirimu esok" Reenan berucap dengan pandangan tertuju ke arah Damar yang juga menatapnya.

"Dan untukmu, aku harap kita hanya sebatas rekan kerja bukan saingan untuk mendapatkan cinta," Reenan berkata tepat di depan Damar.

"Kita tidak tau bagaimana hasilnya nanti, bukankah hati manusia sangat mudah untuk goyah? Selamat malam!" ucap Damar mengakhiri pembicaraannya dengan Reenan dan bergegas pergi dari rumah Annisa.

"Brengsek!" ucap Reenan tanpa suara.

"Pak Reenan tidak pulang?" tanya Annisa.

"Aku akan pulang sekarang, jam 9 nanti aku jemput" ucap Reenan sambil berlalu ke arah mobilnya untuk kembali pulang.

Annisa masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke kamarnya, Annisa terlonjak kaget saat melihat ayahnya sudah duduk di kursi meja riasnya.

"Ayah! Mengagetkan saja!" ucap Annisa mendekati sang ayah.

"Ayah sedang sedih sekarang," ucap Hendra pada putrinya itu.

"Sedih kenapa yah?"

"Apa ayah harus melepaskan mu lagi? Ayah sangat takut kau akan kembali di sakiti seperti dulu? Tapi ayah juga tidak mungkin membiarkanmu sendirian di masa tuamu, harus ada yang menggantikan peran ayah dan ibu suatu saat nanti, tapi ayah takut jika kau kembali bersedih karena laki-laki" Hendra menahan mati-matian air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya, teringat dulu anak perempuannya kembali menangis karena lelaki membuat hatinya sangat sakit.

Tapi ia juga tidak bisa egois sebagai orang tua, bagaimanapun ia dan istrinya pasti akan meninggalkan anak-anaknya suatu saat nanti, dan tugas orang tua harus bisa menyandingkan anak-anaknya dengan orang yang tepat untuk masa depan anak-anaknya kelak.

"Ayah," panggil Annisa "Ayah tau tidak jika Annisa sayang sekali pada ayah? Annisa bahkan sebenarnya ingin mempunyai suami yang sama baiknya dan bertanggung jawab seperti ayah, ayah adalah cinta pertama Annisa yang tidak akan bisa tergantikan oleh siapapun!" ucap Annisa.

"Tapi ayah, kesalahan Annisa dimasa lalu tidak bisa menjadi tolak ukur tentang semua laki-laki yang akan Annisa pilih nanti, Annisa yakin jika kali ini Annisa tidak akan salah dalam memilih pendamping hidup, ayah tenang saja, kali ini Annisa yakin akan bahagia dengan pilihan Annisa nanti" Annisa memeluk dan mengelus punggung ayahnya yang bergetar menangis di pundaknya.

Annisa tidak tau jika sang ayah ternyata mempunyai ketakutan sebesar itu pada masa depan kehidupannya, Annisa juga tidak tau bahwa luka yang ayahnya rasakan mungkin sebanding dengan apa yang ia rasakan dulu hingga sang ayah bisa menangis seperti ini di pelukannya.

"Janji pada ayah kau akan selalu bahagia ya?" Hendra mengurai pelukannya dan memandang Annisa yang sama menangisnya dengan dirinya.

"Akan ku usahakan," jawab Annisa sambil tersenyum lembut menatap ayahnya.

"Tidurlah, sudah terlalu larut ini jangan sampai kesiangan untuk solat subuhnya!" ucap Hendra beranjak dari kursi dan keluar dari kamar anak perempuannya.

"Pak Reenan, jika ini hanya permainanmu saja aku akan benar-benar menghantui mu nanti!" ucap Annisa pada dirinya sendiri.

...****************...

Tepat jam 9 pagi Reenan sudah menunjukkan batang hidungnya di depan pintu rumah Annisa.

"Sudah siap?" tanya Reenan saat melihat Annia membukakan pintu untuknya.

"Masuk dulu pak!" ajak Annisa pada Reenan.

Reenan melangkah masuk ke ruang tamu rumah Annisa.

"Dimana ayah dan ibumu?" tanya Reenan saat melihat rumah Annisa sepi.

"Mereka semua sedang pergi ke rumah adik ibu, jadi hanya ada aku di rumah," ucap Annisa.

"Kita mau kemana pak?" tanya Annisa lagi.

"Bisakah jangan memanggilku pak atau bapak saat kita sedang di luar? Aku berasa sudah tua sekali,"

"Ingin di panggil apa? Tidak mungkin jika aku memanggil nama bapak, tidak sopan," ucap Annisa sambil tersenyum.

"Terserah, tapi jangan panggil bapak!"

"Baiklah om, kita akan kemana?"

Reenan sukses terbelalak dengan panggilan Annisa barusan.

"Apa? Om? Kau pikir aku pamanmu hah?" Reenan semakin jengkel mendengar nama panggilan baru untuknya.

"Rewel sekali, bilang saja mau di panggil apa aku turuti!"

"Reenan saja, jangan di tambah embel-embel apapun!" ucap Reenan kesal.

"Oke Reenan kita berangkat sekarang?"

"Ayo!"

Mereka berdua lantas pergi ke tempat yang Reenan inginkan, Annisa hanya menurut saja saat Reenan akan mengajaknya ke wahana bermain. Tidak ada salahnya kencan pertama di tempat bermain, mungkin itu akan meninggalkan kesan yang berbeda.

Hampir 1 jam mereka baru sampai di tempat yabg dituju, maklum hari minggu jalanan pasti macet, Reenan saja yang tidak berpikir bahwa akan macet di hari minggu ini.

"Kenapa wajahnya begitu?" tanya Annisa saat melihat wajah Reenan masam sekali.

"Aku tidak berekspektasi akan semacet itu tadi, aku takut kau kelelahan di jalan," ungkap Reenan jujur.

"Santai saja, aku tidak merasa lelah, sekarang ayo masuk!" Annisa berjalan mendahului Reenan.

Saat sampai di pintu masuk, Reenan menarik tangan Annisa yang akan membayar tiket untuk mereka berdua.

"Jangan macam-macam, berdiri di belakangku!" Reenan kemudian menyerahkan uang untuk membayar tiket masuknya.

Saat sudah mendapat tiket masuk mereka berjalan bersama ke dalam wahana bermain.

"Jangan seperti itu, aku tidak suka!" ucap Reenan.

Annisa hanya tersenyum mendengar perkataan Reenan.

"Harga dirimu tidak akan turun di mataku hanya karena aku membayar sesuatu, aku juga punya uang, walau tidak sebanyak dirimu tapi aku tidak mau membebani mu, kita belum ada hubungan apapun jadi kau tidak perlu menanggung semuanya, biarkan jika aku ingin membayar sesuatu aku akan senang hati jika kau memperbolehkan ku melakukannya," ucap Annisa santai.

Reenan cukup tercengang dengan kalimat perempuan di depannya ini, jika biasanya wanita yang mendekatinya pasti juga mengincar isi dompetnya tapi wanita kali ini berbeda, benar-benar berbeda menurut Reenan.

Dan detik itu juga Reenan tau bahwa keputusannya untuk memilih Annisa adalah pilihan yang paling tepat di hidupnya kelak.

Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!