CLB(t)K 4

Makan malam hari ini terasa berat. Setelah kejadian di dalam kamar Annisa mereka berdua merasa kecanggungan melingkupi suasana makan malam ini.

Damar sadar mata Annisa sembab, hidungnya juga memerah, tanpa di beritahu ia tau bahwa istrinya itu pasti baru saja menangis.

Begitupun Annisa, ia merasa tenggorokannya tercekat untuk menelan makanannya, tenggorokannya seakan menolak untuk di lewati makanan tetapi ia tetap berusaha untuk menelannya.

"Jangan memikirkan apapun, setelah makan istirahatlah aku yang akan membereskan ini semua." Damar berujar pelan dan hanya di balas anggukan oleh Annisa.

"Maaf sudah bersikap tidak sopan aku terbawa emosi tadi," Annisa berkata sambil mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Jangan dipikirkan lagi, habiskan makananmu lalu istirahatlah!" Ucap Damar tidak mau dibantah.

Annisa memundurkan kursinya, ia hendak beranjak untuk kembali ke kamarnya karena percuma saja makan toh ia juga tidak berselera untuk menghabiskannya.

"Mau kemana?" Tanya Damar sembari mendongak untuk menatap Annisa. Yang ditatap hanya semakin menundukkan kepalanya tidak berani membalas tatapan mata suaminya.

"Duduk dan habiskan makananmu!" Ulang Damar.

Annisa menggeleng, "Aku sudah tidak nafsu makan." Jawabnya lirih hampir tidak terdengar.

"Duduk!" Damar kembali bersuara sedikit keras dan Annisa tetap saja menggeleng.

"ANNISA! DUDUK DAN HABISKAN MAKANANMU! KAU SENDIRI YANG MEMBUAT PIKIRANMU BERPIKIR TERLALU JAUH, KAU SENDIRI YANG MEMBEBANI DIRIMU DENGAN PERKATAAN ORANG LAIN, DAN KINI KAU JUGA MAU MENYIKSA TUBUHMU SENDIRI?" Habis sudah kesabaran Damar, ia sudah bersusah payah menahan emosinya, ia juga sudah berusaha untuk memperhatikan istrinya tapi istrinya tidak mau menuruti perkataannya. Damar tidak sesabar itu, emosinya lebih berkuasa daripada kesabarannya.

"Tapi aku benar-benar tidak nafsu makan kak!" Annisa memberanikan diri menatap Damar yang sudah berdiri menahan emosi.

"JANGAN PERNAH MERENGEK PADAKU JIKA KAU SAKIT! JANGAN PERNAH!" Damar membanting sendoknya dan berlalu, ia pergi ke dalam kamarnya, tak lupa bantingan pintu kamar yang memekakkan telinga membuat seseorang yang sudah menangis bertambah deras air matanya.

Annisa kembali duduk, ia berusaha keras menghabiskan makanannya walaupun bercampur dengan air mata. Ia sudah tidak peduli lagi dengan rasa makanannya yang terpenting adalah makanan itu bisa masuk ke perutnya, ia tidak ingin suaminya kembali marah.

Damar berdiri di bawah guyuran air saat ini, ia ingin meredam amarahnya yang tidak sengaja ia tumpahkan pada Annisa.

Banyak hal di kantor yang harus ia hadapi dan tentu itu menguras emosinya, di tambah istrinya yang terlalu over thinking dengan hal-hal yang menurut Damar tidak ada gunanya sama sekali.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Damar kembali keluar dari dalam kamar, ia menuju meja makan untuk mengambil handphonenya yang tertinggal di atas meja makan.

Annisa terperanjat kaget saat melihat Damar kembali ke meja makan, ia segera menunduk agar tidak bertemu pandang dengan suaminya.

"Letakkan, akan aku bereskan!" Damar mengambil alih piring dan gelas kotor milik istrinya.

"Aku ke kamar dulu." Annisa berlalu dan segera masuk ke dalam kamarnya.

...****************...

Pagi harinya saat matahari belum muncul Annisa sudah bergegas untuk bangun. Ia tidak ingin bertemu dengan suaminya, untuk itu sebelum subuh ia sudah bangun agar bisa menyiapkan sarapan Damar sebelum Damar bangun.

1 jam berlalu sarapan sudah siap, ia bergegas kembali ke kamarnya, mandi, menunaikan solat subuh lalu berdiam diri di dalam kamar. Annisa benar-benar tidak ingin melihat suaminya, bentakan suaminya tadi malam membuatnya takut.

Damar bangun dan keluar dari kamar, ia berjalan ke arah meja makan untuk sarapan seperti biasa, tapi langkahnya terhenti saat ia sadar istrinya tidak terlihat di sana.

"Kenapa lagi sekarang?" Ucap Damar pada dirinya sendiri. Ia kemudian berbelok ke arah kamar istrinya.

Tok...tok...tok...

Tapi tidak ada jawaban dari dalam, Damar memegang handle pintu untuk membukanya dan ternyata pintu kamar istrinya terkunci.

Annisa menghela nafas lega saat ini, untung saja ia sempat mengunci pintu saat masuk ke kamar tadi, ia tau Damar pasti akan mencarinya ke kamar dan akan menerobos masuk sesukanya.

Langkah kaki Damar menjauh dan kembali ke meja makan, bagaimanapun ia tetap menghargai istrinya yang sudah menyiapkan segalanya untuknya. Setelah itu ia duduk di depan televisi.

Annisa salah tentang sesuatu, ia ingin mogok makan saat hari minggu dimana suaminya pasti akan di rumah seharian ini.

"Kenapa televisi menyala?" Ucap Annisa pada dirinya sendiri. Ia bergegas mengambil handphonenya yang tergeletak di atas meja dan memeriksa sesuatu.

"Ini hari minggu," ucap Annisa kaget, mau tak mau ia harus keluar dari persembunyiannya sekarang juga, karena percuma saja bersembunyi yang ia hindari akan tetap di rumah seharian ini.

Ceklek.....

Perlahan Annisa membuka pintu kamarnya, ia berjalan perlahan menuju arah meja makan, di lihatnya meja makan sudah bersih, dan sisa makanan sudah suaminya bereskan.

Kini Annisa melangkah menuju pintu keluar apartemennya, ia ingin pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan bulanan sekaligus refreshing dari beban pikirannya sendiri.

Saat melewati suaminya Annisa melirik takut-takut padanya.

"Aku mau pergi ke supermarket sebentar kak." Annisa berbicara tanpa melihat ke arah Damar.

"Pergilah!" Balas Damar singkat.

Annisa melangkahkan kakinya keluar dari apartemen, ia memesan taksi online untuk menuju ke supermarket.

...****************...

Supermarket cukup ramai di hari minggu, Annisa mendorong troli dengan tak tentu arah, ia hanya melihat sambil mendorong trolinya.

Duk....

Terdengar suara troli bertabrakan.

"Maaf saya melamun tidak melihat anda di depan." Annisa menatap perempuan di depannya dengan kikuk.

Perempuan yang di tabrak trolinya hanya tersenyum.

"Santai saja, lain kali hati-hati jangan melamun." Perempuan itu tersenyum lalu berlalu pergi.

Annisa segera menyelesaikan acara belanjanya dan pergi dari supermarket. Sebelum pulang ia menyempatkan diri ke arah restoran cepat saji yang ada di sekitar situ.

Annisa masuk ke dalam salah satu restoran cepat saji, ia memesan dan membawa pesanannya ke arah meja kosong yang tersisa satu-satunya di area itu.

Maklum saja ini hari minggu, restoran ayam seperti ini pasti akan ramai pengunjung.

"Permisi, apa boleh aku duduk disini?" Ucap seseorang saat Annisa sedang memakan pesanannya. Annisa mendongak ke arah sumber suara.

Perempuan yang tidak sengaja ia tabrak tadi sedang berdiri sambil tersenyum di hadapannya.

Annisa mengangguk mempersilahkan perempuan itu duduk di depannya.

"Silahkan kak," ucap Annisa sopan.

Perempuan itu lantas duduk berhadapan dengan Annisa.

"Siapa namamu?" Tanya perempuan tadi.

"Annisa, kakak?" Annisa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Perempuan di didepannya segera menjabat tangan Annisa "Aku Silvia, panggil saja Via," ucapnya seraya tersenyum manis.

Annisa mengangguk, dia melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Mereka berbincang sembari menikmati makanan masing-masing.

Annisa baru tau jika Via berkuliah di kampus yang sama dengannya awalnya, tapi ia satu angkatan dengan suaminya. Karena suatu membuatnya memutuskan untuk keluar dan melanjutkan pendidikannya di luar negeri.

"Kakak memutuskan untuk kembali kesini?" Annisa bertanya penasaran.

"Tidak juga, ada seseorang yang harus aku temui dan membuatnya kembali padaku nanti," Via berkata sambil menerawang jauh di depannya, membayangkan sosok lelaki yang selama ini masih menguasai relung hatinya.

"Semoga berhasil," ucap Annisa tulus. Ia tidak akan menyangka siapa sosok perempuan di depannya ini dan hal apa yang di sembunyikan perempuan di depannya ini dengan lelaki yang sedang menunggunya di apartemen.

Terpopuler

Comments

Isnaaja

Isnaaja

pasti damar

2024-03-13

1

lihat semua
Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!