Cinta Lama Belum (Tentu) Kembali
Bagaimana rasanya menikah dengan orang yang dicintai? Bahagia bukan?
Membayangkan akan hidup satu atap dengan orang yang sudah lama disukai dengan status sebagai suami istri bukankah itu hal yang sangat diimpikan oleh banyak perempuan.
Jika cinta memang seindah itu, lantas mengapa sendu menghampiri seorang gadis cantik yang kini sedang duduk menyendiri didalam kamarnya? Padahal baru tadi pagi ia melangsungkan pernikahan dengan laki-laki yang sudah lama ia suka.
"Kenapa dia berkata seperti itu?" Tanyanya ambigu pada dirinya sendiri.
Ia tak tau harus bagaimana, memang benar pernikahan ini terjadi karena ayahnya yang tiba-tiba ingin melihat putrinya menikah karena beliau merasa sudah bertambah tua dan kondisi beliau juga sudah sering sakit-sakitan sehingga beliau menyuruhnya untuk menikah dengan laki-laki pilihan ayahnya.
Senang? Sangat senang, saat ketika ia tau bahwa laki-laki pilihan ayahnya adalah orang yang sudah lama ia sukai dan kagumi sejak pertama kali ia melihatnya di kampus 2 tahun yang lalu.
"Sebenarnya aku belum berencana menikah, tapi orang tua kita yang menginginkan hal ini, jadi sebelum aku mempunyai perasaan padamu lebih baik kita tidak sekamar dulu." Ucap Damar saat mereka selesai dengan acara resepsi siang itu.
"Lalu aku tidur dimana dan bagaimana jika orangtuaku bertanya mengapa kita tidur terpisah?" Annisa bertanya dengan bingungnya.
"Hari ini kita tidur di satu kamar ini, esok saat pindah ke apartemenku aku akan menyiapkan kamar untukmu," ujar Damar. Annisa hanya mengangguk tanda setuju.
"Aku tidak akan melewati batasanku, jadi kuharap kau pun bisa seperti itu, tetap jaga batasan dan privasi masing-masing aku tidak akan mengusik mu." Ucap Damar sesaat sebelum keluar dari kamar Annisa.
Annisa hanya mendesah pasrah saat Damar berkata seperti itu. Dalam hati ingin sekali rasanya bertanya alasannya mengapa dia berkata seperti itu bahkan di hari pernikahan mereka yang belum genap satu hari. Hingga Annisa berfikir apa jangan-jangan desas desus yang mengatakan bahwa Damar adalah seorang "gay" itu benar.
Annisa menggelengkan kepalanya kuat-kuat, tidak mungkin suaminya seorang "gay" asumsi orang lain memang berlebihan hanya karena melihat sesuatu yang belum pasti kebenarannya.
Setelah berperang dengan pikirannya sendiri akhirnya Annisa beranjak untuk mandi, hari sudah semakin menggelap dan hujan juga sudah mulai turun ia mau tak mau harus segera membersihkan dirinya sebelum hari bertambah gelap.
...****************...
Damar melangkah memasuki kamar istrinya. Dilihatnya kamar itu kosong, tapi suara air dari kamar mandi menunjukan dimana istrinya berada.
"Istri ya?" Gumamnya pada dirinya sendiri.
Damar akui Annisa gadis yang cantik, supel dan ramah temannya di kampusnya juga banyak, berbanding terbalik dengan dirinya yang lebih senang menyendiri.
Bukan tanpa alasan sebenarnya Damar belum ingin menikah, obsesinya pada dunia bisnis sedang tinggi-tingginya, dia tidak ingin obsesinya terganggu dengan hal-hal yang akan merepotkan kedepannya bahkan mengencani seorang perempuan saja tidak pernah terbesit di pikirannya.
Hanya bagaimana cara menyaingi perusahaan yang bergerak di bidang yang sama dengannya agar takluk kepada perusahaannya. Saat memegang jabatan tertinggi menggantikan sang ayah ia memang langsung menggebrak dunia bisnis dengan tangan dinginnya, dia yang berwatak dingin dan keras juga ego yang tinggi selalu mendapat apa yang di inginkan.
Dan hari ini dia harus menambah tanggung jawab dengan menikahi gadis yang kuliahnya saja belum selesai, bagaimana ia bisa mengatasi rengekan gadis seperti itu, dia benar-benar tidak bisa membayangkannya.
Ceklek .....
Lamunan Damar berhenti saat pintu kamar mandi terbuka.
Damar mematung, Annisa juga tidak kalah terkejutnya.
"Maaf aku tidak tau kau di dalam, bisakah berbalik sebentar? Aku ingin mengambil baju," ujar Annisa pelan bercampur malu.
Bagaimana tidak, setelah Damar mengatakan hal-hal tentang batasan dan privasi kini ia malah dengan santainya keluar dari kamar mandi hanya menggunakan selembar handuk yang hanya bisa menutupi bagian dada yang juga tidak tertutup semua sampai satu jengkal di atas lututnya.
Damar yang melihat dari tadi tidak berkedip dengan pemandangan di depannya, Damar laki-laki normal tubuh Annisa walau di balut handuk juga tidak bisa dipungkiri bahwa Annisa memiliki tubuh yang bagus.
"Maaf kak Damar bisakah berbalik sebentar?" Ujar Annisa agak keras.
Walaupun malu tapi dia juga tidak nyaman ditatap seperti itu oleh Damar. Annisa tidak tau kalau Damar sudah kembali ke kamarnya jadi ia bisa dengan santai keluar dengan kamar mandi hanya menggunakan handuk.
Damar terperanjat kaget dan langsung membalikan badannya, pikiran yang tidak-tidak sudah mulai meracuni otaknya. Saat mendengar pintu kamar mandi yang tertutup Damar segera meluruhkan tubuhnya di atas ranjang, Damar berusaha menormalkan degup jantungnya yang menggila hanya dengan melihat tubuh Annisa.
"Mandi. Aku harus mandi!" Ucapnya tegas pada dirinya sendiri.
"Kak," panggil Annisa pada Damar. Damar hanya menoleh tanpa menjawab apapun.
"Ini handuk untuk kakak jika kakak ingin mandi," ucap Annisa seraya menyerahkan sebuah handuk bersih untuk Damar.
"Hmmmm.... terima kasih." Ucap Damar datar.
"Kakak sudah makan malam?" Tanya Annisa sebelum Damar masuk kedalam kamar mandi, yang di tanya pun hanya menggeleng dan berlalu.
"Aku akan menyiapkan makan malam untuk kakak, jika sudah selesai mandi keluarlah aku menunggu di meja makan." Ucap Annisa agak keras karena Damar sudah menyalakan shower.
Tanpa menunggu respon Damar, Annisa segera keluar dari kamar untuk menyiapkan makan malam.
Rumahnya terlihat sepi, mungkin orangtuanya juga sudah istirahat mengingat dari pagi sampai malam tadi masih banyak tamu dan saudara yang datang untuk memberi selamat padanya dan suaminya, juga rekan orang tuanya yang banyak hadir untuk memberikan selamat atas pernikahan keduanya.
Dilihatnya jam dinding yang sudah hampir menunjukan jam 10 malam, Annisa tidak tau harus menyiapkan apa untuk Damar, gadis itu tidak tau apa makanan yang disukai oleh suaminya.
Damar yang sudah selesai dengan ritual mandinya segera bergegas turun menyusul sang istri, dilihatnya gadis itu sudah menunggu di meja makan seorang diri.
"Aku tidak tau makanan apa yang kau suka dan tidak suka, jadi aku memasak seadanya saja," ujar Annisa pelan. Ada nada sedih di kalimat yang ia lontarkan.
"Aku bisa makan apapun, tidak usah membebani dirimu sendiri." Ucap Damar acuh.
Annisa mengangguk dan mulai menyantap nasi goreng udang buatannya. Sesekali ia melirik Damar yang fokus dengan makanan di depannya tanpa menoleh sedikitpun padanya, ingin rasanya bertanya bagaimana rasa masakannya apakah itu sesuai dengan selera Damar atau tidak? tapi kata-kata itu tidak pernah terucap dari mulutnya, ia takut sangat takut jika pertanyaan- pertanyaannya malah akan membuat Damar marah padanya.
"Ingat Annisa menjaga batasan dan privasi masing-masing, jangan melampaui batas!" Ucap Annisa dalam hati.
Makan malam itupun berakhir dalam diam, Damar yang sudah menyelesaikan makannya menunggu sang istri yang masih berkutat dengan makan malamnya yang belum habis. Dia memainkan ponselnya, membuka pesan yang belum sempat dibacanya hanya ucapan selamat dari para rekan kerjanya dan beberapa pesan dari temannya.
"Kakak bisa kembali ke kamar duluan, aku mau membereskan piring-piring ini dulu." Annisa berkata sambil menumpuk piring mereka berdua dan berjalan menuju wastafel.
"Hmmm..." jawab Damar tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
Saat selesai membersihkan piring kotor Annisa kembali berjalan menuju kamarnya, dilihatnya Damar masih setia duduk di kursi makan sambil memainkan ponselnya, saat Annisa melewati Damar seketika Damar berdiri dan mengekorinya masuk kedalam kamar.
Keduanya kini berbaring di ranjang yang sama dengan penuh kecanggungan hingga akhirnya Damar memposisikan diri membelakangi Annisa, Damar tau dirinya yang sudah membuat suasana menjadi canggung seperti ini, tapi juga tidak bisa di pungkiri bahwa dirinya juga belum siap dengan apa yang akan ia hadapi jika bersikap selayaknya suami istri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Tiwi
keren
2024-05-19
0