CLB(t)K 16

"Jika kesempatan itu ada, aku ingin kembali memperbaiki semuanya denganmu, ingin membahagiakanmu, ingin melindungi mu, ingin melakukan semua hal denganmu bahkan aku juga ingin menua bersamamu, dan jika di ijinkan aku ingin kembali menikah denganmu," ucap Damar.

Annisa yang mendengarnya hanya mematung tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Kakak!"

"Aku sungguh-sungguh, memang benar yang orang katakan bahwa penyesalan itu datang belakangan," ucap Damar lagi.

"Aku sudah memberi kakak kesempatan selama 1 tahun lebih untuk memperbaiki semuanya, dan saat kita memutuskan sepakat untuk berpisah di situlah kesempatan kakak sudah ku tutup rapat dan maaf tapi pembahasan ini membuatku tidak nyaman, aku permisi dulu" ucap Annisa sambil berdiri meninggalkan Damar.

Annisa berjalan cepat agar segera menjauh dari Damar.

"Tunggu sebentar!" Damar menarik tangan Annisa.

Annisa reflek berhenti dan segera menarik tangannya dari cekalan Damar, Annisa hanya menatap heran pada lelaki di depannya ini.

"Sudah cukup! Aku ingin pulang!" ucap Annisa sambil berlalu pergi dari hadapan Damar yang hanya diam mematung melihat kepergian mantan istrinya itu.

Annisa segera melajukan motornya untuk pulang ke rumahnya. Hari ini sangat melelahkan baginya, masalah di kantor dan bertemu mantan suaminya yang berbicara hal-hal konyol sungguh sangat membuat harinya menjadi buruk.

"Tumben sudah pulang?" ibu Annisa bertanya saat anak perempuannya masuk ke dalam rumah.

"Ada sedikit masalah di kantor dan aku di ijinkan untuk pulang lebih awal hari ini," jawab Annisa.

"Masalah apa? Dan kenapa pipimu memar?"

Annisa kemudian menjelaskan segala hal yang terjadi di kantor beberapa hari belakangan ini dan di tambah kejadian tadi pagi, hal itu berhasil membuat ibu Annisa menatap anaknya prihatin.

"Hanya karena aku seorang janda bukan berarti seseorang bisa menilai semaunya," ucap Annisa kesal.

"Maafkan ayah dan ibu, karena kami kau harus menanggung ini semua,"

"Sudahlah, tidak ada yang harus di sesali lagipula semua sudah menjadi masa lalu"

"Benar, semoga saja kau lebih beruntung di masa depan nak" doa ibu Annisa tulus.

"Tapi ngomong-ngomong bu, tadi aku bertemu kak Damar saat aku berbelanja baju di mall, dan dia memintaku untuk kembali menikah dengannya tentu saja aku menolak!"

"Kau tidak boleh kembali padanya, sudah cukup dulu dia mensia-siakan dirimu, jangan pernah bermimpi untuk kembali padanya!" ucap ibu Annisa tegas.

"Aku juga tidak ingin kembali padanya bu" jawab Annisa.

...****************...

"Bagaimana pipimu?" tanya Reenan saat pagi hari melihat Annisa sudah duduk di mejanya.

"Sudah lebih baik pak, sudah tidak ada yang sakit" jawab Annisa sopan.

"Baguslah" ucap Reenan sambil berlalu masuk ke dalam ruangannya.

Annisa mengikuti Reenan masuk untuk membacakan jadwal pria itu hari ini. Setelah membacakan jadwal bosnya Annisa langsung bergegas keluar dari ruangan.

"Tunggu!" ucap Reenan saat melihat Annisa sudah sampai di depan pintu ruangannya.

"Ada hal yang perlu di bantu pak?" tanya Annisa sopan.

"Duduklah di sofa!" perintah Reenan.

Annisa menurut, ia melangkah menuju sofa yang ada di ruangan Reenan, tidak lama kemudian Reenan menyusul duduk di depan Annisa.

"Aku tidak suka bertele-tele, aku juga tidak bisa romantis seperti lelaki lainnya," ucap Reenan datar.

Padahal Reenan sedang menahan detak jantungnya yang berdetak semakin menggila, tapi wajahnya hanya menampakan ekspresi datar.

Ini bukan pertama kalinya ia berbicara hal seperti ini, tapi ia harus mengucapkan hal ini sebelum semuanya terlambat.

"Kakekku sakit, dan beliau ingin melihatku menikah" ucap Reenan sedikit kaku.

"Selamat kalau begitu pak," jawab Annisa tulus.

"Denganmu" ucap Reenan lagi.

Annisa terdiam mematung, ia tak tau harus berkata apa tentang hal ini.

Jika bisa di bilang Reenan pastinya lebih tampan dan lebih kaya dari pada Damar, tapi yang Annisa butuhkan bukan itu semua.

Annisa memang benar-benar bekerja tanpa membawa perasaan apapun terhadap pimpinannya, dan jikalau ia menikah ia tidak pernah membayangkan akan menikah dengan pimpinannya itu.

"Pak Reenan, maaf jika harus mengatakan ini tapi saya bekerja secara profesional tanpa melibatkan perasaan apapun pada bapak, dan pernyataan bapak barusan saya akan langsung menjawabnya sekarang,"

Reenan menahan nafasnya saat menanti jawaban dari Annisa.

"Saya tidak bisa menikah dengan bapak, jika bapak bertanya alasannya yang pertama saya tidak mempunyai perasaan apapun pada bapak, yang kedua gosip tentang saya di kantor pasti akan semakin menggila lagi, dan yang ketiga saya belum siap untuk kembali menikah, saya rasa alasan itu sudah cukup untuk menjawabnya," ucap Annisa takut-takut.

Reenan merasakan sedikit nyeri pada hatinya saat pernyataannya di tolak oleh perempuan yang diam-diam sering ia perhatikan setiap harinya, yang dengan menatap senyumnya dapat membuat hari-hari Reenan menjadi penuh semangat.

Ia juga sadar bahwa pernyataannya barusan pasti akan membuat Annisa kaget sekaligus bingung, tapi ia ingat kakeknya yang mendadak sakit dan ingin melihatnya menikah.

Padahal saat datang ke kantornya menjelang siang tadi kakeknya masih sangat-sangat sehat, kenapa saat Reenan pulang dari kantor asisten kakeknya mengabari bahwa kini kakeknya sedang di rawat di rumah sakit.

"Kakek hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran," ucap sang kakek saat Reenan bertanya bagaimana keadaan kakeknya.

Ketakutan jika sang kakek juga meninggalkannya seperti ayah dan ibunya dulu menari-nari di dalam kepalanya.

Hingga tanpa sadar Reenan akan mengabulkan apapun keinginan kakeknya agar kakeknya segera sembuh.

"Kakek ingin melihatmu menikah, dan akan lebih bagus jika kau menikah dengan sekretaris mu yang baru" ucap kakek Reenan, dan Reenan berkata akan berusaha mewujudkannya.

Dan inilah yang terjadi saat ini, Reenan yang tiba-tiba mengajak Annisa untuk menikah karena permintaan sang kakek tentunya.

"Bapak?" tanya Annisa saat melihat Reenan melamun.

"Tidak apa-apa jika kau memang belum siap menikah, kita bisa saling mengenal terlebih dahulu," ucap Reenan.

"Maaf bapak, saya bekerja murni hanya memang saya ingin bekerja, saya belum ingin mempunyai hubungan dengan lawan jenis," tolak Annisa halus.

"Aku tidak akan mengikatmu dengan status kekasih atau apapun, kita jalani saja dulu kedepannya kita lihat selama 1 tahun ini saja jika memang kita tidak bisa saling mengenal lebih dekat aku akan mundur," tawar Reenan.

Bagaimanapun ia ingin membawa kabar baik untuk kakeknya, walaupun bukan jawaban yang kakeknya inginkan tapi setidaknya hal ini sudah bisa membuat kakeknya sedikit lebih baik, pikir Reenan.

Annisa terdiam sesaat, ingin rasanya menolak lagi perkataan Reenan, tapi ia sadar bahwa Reenan tidak ingin mendengar penolakan darinya.

"Baiklah, hanya 1 tahun ini saja dan saya juga tidak ingin terikat status dan di batasi untuk berinteraksi dengan teman-teman saya walaupun itu lawan jenis," tawar Annisa.

Walau ragu Reenan tetap mengangguk setuju dengan tawaran Annisa. Yang penting mau dulu. Pikir Reenan lagi.

Setelah membicarakan hal itu, Annisa segera keluar dari ruangan untuk kembali bekerja, ia tidak ingin pembicaraannya dengan Reenan barusan membuat konsentrasi bekerjanya menjadi berantakan.

"Hai?" seseorang menyapa Annisa.

"Pak Joshua?" Annisa terperanjat saat mendengar suara yang sudah lama tak ia dengar itu.

"Kenapa? Rindu?" tanya Joshua lagi, dan Annisa hanya mendengus mendengarnya.

"Kenapa pak Joshua kesini?" tanya Annisa penasaran.

"Aku kembali menjadi asisten pribadi Reenan, karena Reenan tidak bisa terlalu lama jauh denganku," ucap Joshua usil.

Ingin sekali Annisa menyumpal mulut laki-laki yang ada di sebelahnya ini.

"Bagaimana hubungan kalian?" tanya Joshua santai.

Annisa tiba-tiba tersedak ludahnya sendiri mendengar pertanyaan Joshua.

"Hai santai saja, minum dulu!" Joshua menyodorkan minum ke depan mulut Annisa.

Annisa segera meminum air yang di berikan Joshua untuknya.

"Sepertinya berkembang dengan bagus bukan?" tebak Joshua.

"Apa yang bagus?" balas Annisa.

"Hubungan kalian tentu saja,"

"Pak Joshua, anda jangan menggantungkan harapan semu anda padaku ya! Tidak ada hubungan antara aku dan pak Reenan!" jawab Annisa kesal.

"Benarkah?"

"Kenapa tidak percaya?" tanya Annisa lagi.

"Karena seseorang menatapku seakan-akan aku akan di habisi jika menyentuh miliknya," ucap Joshua menatap kaca yang membatasi antara ruangan Reenan dan Annisa.

Annisa mengikuti arah pandang Joshua menatap kedalam ruangan Reenan, ia terkejut bahwa Reenan menatap mereka dengan tatapan yang mengerikan.

"Sekarang bapak masuk dan jelaskan semuanya pada pak Reenan!" ucap Annisa.

"Kau ingin menjadikanku umpan untuk singa yang marah?" tanya Joshua dengan raut wajah kaget yang di buat-buat.

Mereka berdebat untuk siapa yang masuk duluan dan siapa yang akan pertama menjadi sasaran kemarahan Reenan.

"Kalian berdua masuk ke ruangan ku!" ucap Reenan yang sudah berada di depan pintu.

"Sekarang!" sambung Reenan marah.

"Baik pak!" sahut mereka berdua bersamaan.

Terpopuler

Comments

Isnaaja

Isnaaja

bohong meren,eta mah sakit sakitan.

2024-03-14

1

Isnaaja

Isnaaja

dulu,,kata kata itu sangat diharapkan.tapi sekarang terasa konyol.😔

2024-03-14

1

lihat semua
Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!