CLB(t)K 9

Hari ini emosi Damar terkuras sempurna, setelah menemui mantan kekasihnya yang merepotkan kini di tambah lagi dengan istrinya yang tiba-tiba ingin bercerai darinya.

"Apa aku tidak bisa bernafas sebentar? Rasanya semua datang mencekik ku secara bersamaan." Ucap Damar pada dirinya sendiri.

Damar kemudian menarik nafas panjang secara teratur, setidaknya ia harus tenang dan bersikap profesional saat ini.

Damar tetap berusaha semaksimal mungkin menekan amarahnya setidaknya sampai pertemuan dengan kliennya agar semua tetap berjalan dengan baik.

Hampir jam 7 malam saat Damar kembali ke rumahnya, ia segera naik ke kamarnya setelah menyapa orang tuanya di teras rumah.

Langkahnya besar dan terburu-buru, ia harus segera bertemu dengan istrinya sekarang. Banyak hal yang ada di pikirannya terlalu banyak sampai rasanya kepala Damar hampir pecah.

Ceklek...

Pintu kamar terbuka.

Damar membuang jas dan tas kerjanya ke sembarang arah, langkahnya terus tertuju pada istrinya yang duduk di balkon kamarnya.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Damar saat berhadapan dengan istrinya.

"Kenapa?" Jawab Annisa kaget.

"Kau benar-benar ingin bercerai?" Tanya Damar memastikan, dan Annisa menjawab dengan anggukan.

"Kenapa tiba-tiba?" Tanya Damar lagi.

" Tidak tiba-tiba, aku sudah memikirkan hal ini berulang kali, sebelum aku jatuh sakit dan saat aku di rumah sakit aku tidak pernah sekalipun berhenti berpikir apa yang terbaik untuk kita, memang benar saat aku sakit kakak sangat baik padaku, memperhatikanku, menyiapkan semua kebutuhanku, tapi itu malah menyakitkan untukku kak," ucap Annisa sendu.

Damar akhirnya duduk di sebelah istrinya, ia ingin mendengar penjelasan istrinya sebelum ia mengambil keputusan juga.

"Semua perhatian kakak itu malah menyakitiku, kakak tau kenapa?" Annisa menatap Damar, yang di tatap hanya diam tidak memberikan responnya.

"Karena perhatian apapun yang kakak berikan padaku tidak bisa mengubah fakta bahwa kakak tidak bisa mencintaiku," lanjut Annisa.

"Lalu?" Tanya Damar lagi.

"Jika aku meneruskan pernikahan ini dan di masa depan kakak menemukan seseorang yang bisa membuat kakak jatuh cinta kembali lalu bagaimana denganku? Aku pasti akan di tinggalkan begitu saja." Annisa akhirnya bisa mengungkapkan perasaannya.

"Kenapa kau tidak mencoba membuatku jatuh cinta padamu? Kenapa malah memilih bercerai denganku?" Damar bertanya penasaran.

"Kak, aku sudah mencoba selama 1 tahun lebih agar kakak bisa jatuh cinta padaku, 1 tahun kak! Bagiku itu sudah cukup membuatku sadar bahwa aku harus menyerah karena apapun usahaku kakak tidak pernah mau menerimaku." Jawab Annisa kemudian.

Damar terdiam mendengar penjelasan Annisa, ia pun berpikir bahwa apa yang di katakan Annisa ada benarnya juga, ia tidak bisa menjamin masa depan Annisa dan dirinya jika ia mempertahankan rumah tangga ini.

Di tambah lagi kehadiran sang mantan pacar yang masih berusaha menemuinya dan membuat Damar kembali padanya, ia tidak ingin Annisa ikut terusik apabila sang mantan pacar melakukan hal-hal nekat lainnya

"Baiklah, ayo bercerai!" Putus Damar.

Walaupun sudah siap dengan segala kemungkinan, Annisa tetap saja kaget dan menangis mendengarnya. Air matanya tetap berjatuhan walau ia sudah menahannya sekuat mungkin.

Mereka berdua tetap duduk dengan perasaan yang tidak karuan,

"Sesuai janjiku pada ibumu, aku akan mengembalikan mu baik-baik pada orang tuamu, untuk urusan orang tuaku setelah ini kita bisa menemui mereka." Ucap Damar kemudian bangkit menuju kamarnya.

Annisa tetap setia menunggu di balkon kamarnya, menumpahkan segala kekecewaan yang berkecamuk di dalam hatinya.

Sudah berakhir. Pernikahan yang seharusnya membuatnya bahagia malah berakhir dengan luka yang menganga.

"Kenapa harus aku yang membuat kakak jatuh cinta? Kenapa bukan kakak yang berusaha menerimaku?" Lirih Annisa pada dirinya sendiri.

Malam itu mereka lewati dengan sunyi, tak ada yang bisa memejamkan mata, tak ada rasa kantuk yang menghinggapi keduanya.

Mereka tenggelam dalam pemikiran masing-masing, tentang banyak hal yang membuat mereka menempuh keputusan-keputusan besar yang krusial.

...****************...

"Kami akan bercerai," Damar membuka pembicaraan setelah selesai sarapan.

"Aku akan mengembalikan Annisa ke orang tuanya hari ini." Sambung Damar.

Ali Wicaksono ayah Damar seketika berdiri menatap nyalang pada putranya.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba bercerai?" Tanya beliau menahan amarah.

"Damar ada apa sebenarnya? Bukankah kalian selama ini baik-baik saja?" Tanya Eliza sang ibu yang tak kalah terkejutnya dengan keputusan putra dan menantunya.

"Apa yang ayah dan mama harapkan dari pernikahanku? Aku sudah menolaknya dari awal bukan? Kalian yang memaksaku dan pernikahan ini akhirnya tidak pernah berjalan semestinya!" Ucap Damar menatap orang tuanya.

Annisa tidak sanggup melihat ke arah mertuanya, ia hanya menundukkan kepala tanpa ingin ikut berbicara saat ini.

"Apa kau masih mengharap perempuan murahan itu?" Tanya mama Eliza.

"Mama! Aku yang merusaknya aku yang membuatnya kehilangan kebebasannya, aku yang membuatnya pergi dari negara ini, jadi jangan pernah menyalahkannya!" Sangkal Damar tanpa sadar.

Damar tidak sadar bahwa perkataannya menyakiti hati seseorang yang masih berstatus istrinya.

Walau tidak terlihat tapi Annisa merasa hati dan perasaannya di remas dengan kuat oleh sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan.

"Annisa, jelaskan apa yang terjadi sebenarnya!" Perintah ayah Damar.

Annisa mengangkat kepalanya, melihat sekeliling dan bertemu pandang dengan suaminya.

Damar mengangguk, Annisa kemudian menceritakan apa yang terjadi pada rumah tangganya, apa yang ia rasakan dan bagaimana usahanya agar suaminya bisa membuka hati untuknya.

Annisa terus bercerita walau ia harus menahan tangis dan suaranya terus bergetar tapi ia sudah bertekad untuk melepas Damar agar suaminya bisa mencari kebahagiaannya sendiri. Begitupun dirinya sendiri.

Plak......

Suara tamparan nyaring menggema di ruang makan itu.

Annisa mematung,

Bukan. Bukan Annisa yang di tampar melainkan suaminya.

Tiba-tiba saja mama Eliza bangkit dan menghampiri anak lelakinya lalu terjadilah tamparan itu.

"Mama berusaha mencarikan perempuan baik, sopan dan dari keluarga yang baik juga, tapi jika seleramu adalah wanita binal dan murahan memang lebih baik kau bercerai saja! Mama dan ayah malu jika orang tua Annisa tau bahwa anakku lebih suka perempuan murahan seperti itu!" Ucap mama Eliza nyalang.

"Ayah setuju menjodohkan mu dengan Annisa bukan semata-mata karena Hendra dan aku berteman, tapi karena aku tau bahwa Hendra dan istrinya membesarkan anak-anaknya dengan baik." Ali memelankan suaranya, ia tidak tau bagaimana mengatasi anak lelakinya itu.

"Selama 29 tahun hidupmu, kali ini ayah merasa kecewa yang teramat besar padamu," ucap Ali pada anak lelakinya.

Damar terdiam, Annisa juga semakin menunduk dalam.

"Keputusanku sudah bulat, kami tetap akan bercerai!" Ucap Damar tegas

"Terserah, tapi jangan pernah mengharap mama akan memperbolehkan mu apalagi sampai merestui mu dengan para wanita murahan di luar sana, mama tidak rela mama tidak ikhlas dengan perceraian mu ini!" Mama Eliza akhirnya berlalu dari ruang makan menuju ke kamarnya.

Tangis ibu Damar tidak bisa di bendung lagi, wanita cantik berdarah Rusia itu terus menangis meratapi anak lelakinya.

Dan ayah Damar juga berlalu menghampiri istrinya, tak ada yang berbicara, hanya suara tangis dari ibu Damar yang mengisi keheningan di dalam kamar itu.

Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!