CLB(t)K 17

Reenan menatap kesal dua manusia yang ada di depannya ini, tidak ada yang berani menatap balik Reenan saat ini.

"Kau," tunjuk Reenan pada Joshua. Joshua hanya melirik sekilas kemudian menunduk lagi.

"Bukankah kau harus melapor dulu padaku? Kenapa malah mengobrol dengan Annisa?" tanya Reenan dengan nada kesal.

Joshua tidak menjawab, dan hanya bergumam kata maaf dengan sangat lirih.

"Dan kau!" tunjuk Reenan pada Annisa. Annisa juga menatap Reenan takut-takut sebelum menunduk kembali.

"Aku akan meralat sesuatu, aku setuju jika kita mengenal tanpa terikat hubungan apapun tapi untuk berhubungan dengan lawan jenis harus ada batasannya aku ingin hubungan ini berhasil!" ucap Reenan.

"Tapi pak..." sela Annisa.

"Aku. Tidak. Ingin. Dibantah!." ucap Reenan menekan setiap kata pada kalimatnya.

"Baiklah," akhirnya Annisa mengalah.

"Wow?" tiba-tiba suara Joshua mengagetkan mereka berdua "Apa ini? Benar bukan yang aku katakan?" ucap Joshua sambil bertepuk tangan bangga pada dirinya sendiri.

"Apa?" ucap Reenan dan Annisa bersamaan.

"Lihatlah, bukankah ini akan berhasil? Walaupun hubungan kalian membingungkan bagiku, tapi aku yakin itu akan berhasil!" ucap Joshua percaya diri.

"Diam lah! Annisa kembali ke mejamu!" perintah Reenan.

Selepas Annisa keluar dari dalam ruangan Reenan, Joshua duduk di sofa yang berhadapan dengan Reenan.

"Apa? Tanya saja" ucap Reenan tanpa melihat ke arah Joshua.

"Kenapa tiba-tiba sudah saling ingin mengenal?" tanya Joshua usil.

"Kakek jatuh sakit, dan tiba-tiba memintaku menikah dengannya," jawab Reenan jujur.

"Kapan tuan besar bertemu Annisa?" tanya Joshua.

Reenan akhirnya menceritakan kejadian kemarin pada Joshua, walau sebenarnya malas membicarakan hal ini tapi Joshua akan bertanya terus menerus jika belum mendapat jawaban.

"Mudah sekali menipumu?" tanya Joshua.

"Aku tau kakek menipuku, tapi apapun akan kulakukan untuknya, bagaimanapun jasa kakek padaku sudah sangat besar"

"Aku tau," ucap Joshua.

"Seandainya ayah ibuku masih hidup, aku juga akan melakukan apapun yang mereka inginkan dariku," ucap Reenan sendu.

"Hey, masih ada aku dan kakek yang setia di sampingmu, dan kau punya Annisa juga sekarang, jangan membebani dirimu sendiri!" nasihat Joshua yang di balas anggukan Reenan.

...****************...

Di lain tempat Damar sedang duduk berdua bertemu dengan Via mantan kekasihnya. Kali ini mereka akan mencoba berbicara dan menyelesaikan salah paham di antara mereka berdua.

"Salahku terlalu besar padamu," ucap Via mengawali pembicaraan.

"Sebenarnya aku sudah tidak ingin mengingat hal itu lagi, tapi kita memang harus menyelesaikan hal yang tidak ingin ku ingat itu," jawab Damar.

"Menyesal pun percuma bukan? Kau sudah sangat membenciku sekarang ini," ucap Via. Damar hanya mengangguk.

"Tapi itu juga bukan hanya kesalahanmu, ada andilku dalam kesalahan itu, aku juga turut bersalah dengan kejadian itu, kau juga berhak membenciku," ucap Damar legowo.

"Aku sadar bahwa rasa benci mu padaku sudah sangat besar sekali, tapi aku juga tidak ingin munafik, aku juga sadar bahwa aku masih menyukaimu sama seperti dulu saat kita memulai hubungan kita"

"Aku tau, tapi aku sudah tidak bisa jika kembali denganmu, aku menyukai orang lain saat ini," ucap Damar.

Via terdiam dan tertunduk lesu mendengar perkataan Damar, ingin rasanya ia menangis menyesali keputusannya dahulu, tapi nasi sudah menjadi bubur semua sudah terjadi dan tidak bisa kembali lagi.

"Tidak adakah kesempatan untukku memperbaiki semuanya?" tanya Via lirih.

"Aku tidak tau, yang pasti sekarang aku sudah tidak menyisakan perasaan apapun padamu kecuali perasaan kecewa," jelas Damar.

"Maafkan aku, jika aku tidak membuat keputusan gegabah pasti semuanya tidak akan berantakan seperti ini,"

"Sudahlah, jangan diingat lagi, kau masih muda saat itu, emosimu belum stabil, kau pasti takut untuk menghadapi masa depan mu saat itu, saat ini aku sudah mulai bisa memahami segala hal yang terjadi di masa lalu, tapi kecewa itu masih ada di dalam sini," ucap Damar sambil menunjuk dadanya.

"Aku harap setelah ini kita bisa berteman baik, walau tidak akrab setidaknya saat melihatku kau bisa menyapaku ataupun sebaliknya," ucap Via mengalah.

Via sadar sekuat apapun ia berusaha Damar masih memendam kecewa yang besar padanya, saat ini ia akan mencoba berdamai dengan kemauan Damar.

Tapi harapan itu masih ada di hati Via, ia ingin di masa depan Damar bisa kembali padanya seperti dulu.

"Kalau begitu aku permisi, aku masih harus bekerja lagi," Damar beranjak dari duduknya dan berpamitan pada Via.

Via mengikuti Damar berdiri dan mengulurkan tangannya dan di sambut oleh Damar.

"Terima kasih sudah meluangkan waktu," ucap Via tulus.

"Sama-sama"

Damar segera berjalan meninggalkan Via yang melihat punggung Damar semakin jauh dari pandangannya.

Ada perasaan lega yang masuk ke dalam hatinya setelah bertemu dan berbicara dengan Damar seperti ini.

...****************...

Malam hari di tengah ruangan yang di dominasi warna abu-abu seorang lelaki berdiri di depan pintu balkon sambil memegang gelas berisi minuman yang dapat membuatnya melupakan penat di pikirannya.

Ia hanya diam melihat langit yang semakin menggelap dan menurunkan rintik hujan yang tiba-tiba jatuh mengenai permukaan bumi.

Entah apa yang di rasakan pria itu, tapi jika di lihat dari tatapannya sepertinya ia sedang memikirkan hal yang sangat penting.

"Hah," desah Reenan.

Reenan. Pria yang sejak tadi hanya berdiri memandang tetesan air hujan.

Banyak hal yang mengganggu pikirannya saat ini, semua keputusan dan kejadian yang akhir-akhir ini terjadi padanya membuat pikirannya sedikit terganggu.

Tentang kakeknya, tentang permintaannya pada Annisa dan tentang penyesalannya yang selama ini selalu menghantui hidupnya.

Reenan sedikit terganggu dengan itu semua, membuatnya pasti akan bermimpi buruk lagi malam ini.

Reenan tidak pernah lepas dari mimpi buruk masa lalunya, masa lalu yang membuatnya harus kehilangan kedua orang tuanya karena ulahnya sendiri.

Mimpi buruk yang membuatnya selalu terbangun tengah malam dengan keringat yang mengucur deras membasahi tubuhnya.

Dan kini selain mimpi buruk, kesehatan kakeknya yang ternyata memang sudah sangat menurun membuatnya semakin cemas setiap harinya.

Ia ingin mengabulkan segala permintaan kakeknya yang sudah merawatnya selama ini tanpa menyalahkan tentang masa lalunya yang membuat sang kakek kehilangan putra satu-satunya itu.

Reenan masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya. Untuk malam ini walau tidak selalu melaksanakannya Reenan ingin malam ini mendekati dan merayu Tuhannya di atas sajadah dengan tangan menengadah.

"......jika diperkenankan, jika masih di beri kesempatan hamba ingin memberikan yang terbaik untuk beliau, untuk membahagiakan beliau di sisa umurnya, mudahkanlah jalan hamba memenuhi permintaan beliau di usianya yang sudah senja ini," doa Reenan.

Setelah menyelesaikan doanya, Reenan melangkah menuju sofa di dalam kamarnya, dengan sedikit pertimbangan Reenan akhirnya menelfon seseorang yang ia harap dapat memberikan jawaban yang di harapkannya malam ini.

"Aku tidak punya banyak waktu, apalagi sampai 1 tahun, jika kau bersedia 3 bulan lagi aku akan menikahi mu," ucap Reenan pada seseorang di seberang telfonnya.

Terpopuler

Comments

Isnaaja

Isnaaja

itu namanya pemaksaan,,,

2024-03-14

1

lihat semua
Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!