CLB(t)K 8

"Ibu pulang dulu, besok ibu kesini lagi," ucap bu Lisa berpamitan pada anak dan menantunya.

"Tidak usah bu, ibu pasti lelah jika harus bolak balik ke sini, biar kak Damar yang menemaniku di sini," jawab Annisa.

"Kita lihat saja besok." Bu Lisa berkata sambil melangkah menuju pintu.

Setelah kepergian orang tua Annisa Damar kembali duduk di kursi dekat ranjang Annisa.

"Jangan memikirkan apapun, yang terpenting sekarang kau harus sehat dulu!" Ucap Damar pada istrinya. Annisa hanya mengangguk saja.

Suasana kembali canggung, Annisa hanya diam dan Damar tidak tau harus berkata apa. Tiba-tiba dering telfon genggam milik Damar bergema di dalam ruangan.

"Sebentar aku mengangkat telfon dulu," ucap Damar sambil melangkah keluar kamar rawat Annisa.

"Ya ada apa?" Jawab Damar pada seseorang yang menelponnya.

"Bapak ke kantor hari ini?" Tanya Vina selaku sekertaris Damar di kantor.

"Tidak, aku sedang menemani istriku di rumah sakit kenapa memangnya?" Tanya Damar penasaran.

"Seorang perempuan memaksa menemui bapak, pihak resepsionis sudah memberitahukan bahwa bapak tidak di kantor tapi perempuan itu tetap saja memaksa untuk bertemu bapak," terang Vina pada Damar.

"Siapa namanya?" Tanya Damar kembali.

"Silvia pak," jawab Vina cepat.

"Biarkan saja, jika lelah dia pasti akan pergi dengan sendirinya, beritahu ke satpam jangan mengusirnya jangan menyeretnya keluar biarkan saja!" Ucap Damar langsung mematikan sambungan telfonnya, bersyukur Damar hari ini mengambil cuti untuk menemani Annisa, jika tidak pasti ia juga bingung harus bagaimana saat bertemu mantan kekasihnya itu.

Damar sudah memperkirakan hal apa saja yang akan terjadi, tapi sebisa mungkin ia akan berusaha agar Annisa tidak pernah bertemu dengan Via, ia tidak ingin hal-hal yang tidak di inginkan terjadi pada istrinya.

Setidaknya sampai Annisa bisa mengambil keputusan tentang rumah tangganya saat ini, Damar tidak akan membiarkan Via mendekati istrinya.

"Siapa yang menelfon?" Tanya Annisa saat melihat suaminya masuk ke dalam kamar rawatnya lagi

"Kantor." Jawab Damar singkat.

"Ooohhhh," jawab Annisa sambil mengangguk anggukan kepalanya.

...****************...

Seminggu berlalu, kini Annisa di perbolehkan untuk pulang. Dengan cekatan Damar memasukkan barang-barang dan baju istrinya kedalam koper dan tas yang ia bawa.

"Kau hanya sakit seminggu di rumah sakit, tapi barang-barang dan bajumu seperti orang yang mau pindah rumah," gumam Damar yang masih bisa terdengar jelas oleh Annisa.

"Daripada kakak bolak balik apartemen lalu rumah sakit setiap hari, lebih baik bawa sekalian banyak saja," jawab Annisa tidak mau kalah.

"Terserah, tapi setelah ini kita pulang ke rumahku, biar mama yang merawat mu saat pemulihan, aku akan sibuk di kantor karena seminggu lebih tidak masuk!" Ucap Damar.

"Terserah." Jawab Annisa sambil mengangkat bahunya.

"Ayo!" Ajak Damar pada istrinya.

"Berjalan pelan-pelan ya kak," pinta Annisa, tubuhnya masih lemas tapi dengan percaya diri ia menolak tawaran Damar untuk memakai kursi roda.

Damar menatap istrinya jengah. Ngeyel. Itulah yang ada di pikiran Damar saat melihat istrinya berjalan perlahan.

Setelah berjalan beberapa saat mereka berdua sampai di tempat parkir mobil Damar.

"Kalau pakai kursi roda mungkin kita sudah sampai dari tadi ya kak?" Ucap Annisa ambigu.

"Sudah kubilang tadi kan!" Balas Damar "Cepat masuk!" Sambung Damar kemudian.

Mereka akhirnya berlalu menuju ke rumah masa kecil Damar.

Sesampainya di sana Annisa sudah di sambut mertuanya di depan pintu rumahnya, mertuanya sudah menunggu sejak tadi kedatangan anak dan menantunya.

Saat melihat Annisa turun dari mobil, mertuanya langsung memeluk dan menuntunnya masuk ke dalam rumah.

"Kau benar-benar sudah sehat nak?" Tanya perempuan berdarah Rusia itu. Eliza adalah nama mama mertuanya, yang darinya Damar mempunyai wajah campuran Indonesia-Rusia.

Annisa mengangguk mengiyakan pertanyaan mertuanya.

"Apa kau ingin makan sesuatu?" Tanya mama Eliza kembali.

"Tidak ma, aku sudah cukup kenyang sekarang," jawab Annisa sopan.

"Barangmu sudah ku taruh dalam kamar, aku mau ke kantor sekarang." Ucap Damar saat selesai meletakkan barang-barang milik Annisa di kamarnya.

"Apa tidak libur saja sekalian?" Tanya mama Eliza pada anaknya.

"Tidak bisa, banyak hal yang harus aku urus," jawab Damar.

"Baiklah, hati-hati kalau begitu, tidak usah khawatir istrimu aman di tangan mama," ucap mama Eliza santai. Beliau tidak tau saja apa yang terjadi dala pernikahan anaknya.

Annisa yang mendengar perkataan mama mertuanya hanya tersenyum kecut, sedangkan Damar langsung berlalu dari hadapan mereka.

"Istirahatlah, mama antar ke kamar Damar ya?" Tawar mama Eliza.

"Boleh ma," Annisa setuju dengan tawaran mertuanya.

Di kantor Damar langsung menuju ke ruangannya, walau banyak mata yang memperhatikannya karena tidak biasanya ia berangkat saat siang seperti ini, tapi tidak ada yang berani berkomentar di hadapannya.

"Apa jadwalku hari ini?" Tanya Damar saat sudah sampai di depan meja sekretarisnya.

"Ada rapat dengan para eksekutif 1 jam lagi pak, kemudian ada pertemuan dengan pihak Adhiyaksa company terkait dengan pembangunan resort mereka, dan ada beberapa berkas yang perlu bapak tanda tangani sudah saya letakkan di atas meja bapak" ucap Vina membacakan jadwal bos di depannya ini.

"Baiklah, siapkan berkas-berkasnya!" Ucap Damar sambil berlalu ke ruangannya.

Damar segera memposisikan diri untuk melakukan pekerjaannya, hingga telfon di ruangannya berbunyi.

"Ada apa?" Tanya Damar, dari suaranya sepertinya ia kesal karena harus di ganggu saat bekerja seperti ini.

"Perempuan waktu itu kembali lagi pak, haruskah saya panggil satpam?" Vina bertanya hati-hati pada bosnya.

Damar mematikan sambungan telfon dan beranjak keluar ruangannya. Damar benar-benar harus mengendalikan amarahnya jika tidak ia bisa saja berlaku di luar kendali pada mantan kekasihnya dulu.

Saat tiba di resepsionis Damar berdiri menjulang di hadapan Via.

"Ikuti aku!" Ajak Damar pada Via.

Via mengangguk dan segera mensejajarkan langkahnya dengan Damar. Mereka berdua menuju cafe yang terletak di depan kantor milik Damar.

Setelah memesan dan mencari tempat duduk yang di rasa cukup jauh dari jangkauan sekitarnya Damar dan Via akhirnya bisa berbicara.

"Waktumu 20 menit, aku ada rapat setelah ini!" Ucap Damar.

"Baiklah, yang pertama aku ingin minta maaf atas kejadian yang terjadi di masa lalu, aku akui aku salah, aku bodoh dan egois hingga melakukan hal keji seperti itu, tapi aku juga masih labil saat itu aku masih memikirkan tentang diriku sendiri saat itu, aku masih muda dan belum siap dengan tanggung jawab yang besar," ucap Via yo the point.

"Bahkan anak sekolah yang terlanjur hamil mereka tidak setega dirimu!" Damar menunjuk Via dengan penuh emosi.

"Aku tau dan aku sadar aku salah, karena itu aku ingin memperbaiki semuanya dan mengulang semua dari awal bersamamu," ucap Via.

Damar menunjukan jari manisnya di hadapan Via.

"Lihat cincin ini? Aku pria yang sudah menikah! Untuk apa aku kembali denganmu jika aku memiliki istri yang lebih baik darimu, yang bahkan rela mengemis kembali pada seseorang yang kau buang seperti sampah!" Ucap Damar.

"Mengemis? Apa aku serendah itu di matamu sekarang? Aku hanya ingin mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku, yaitu kamu!" Kini giliran Via menunjuk Damar.

"Memang semahal apa dirimu?" Ucap Damar semakin menantang.

"Damar!" Via berdiri dan menggebrak meja di depannya.

"Aku sudah kehabisan waktu, terserah padamu saja aku tidak peduli jangan ganggu aku lagi dan jangan pernah datang ke kantorku lagi jika tidak ingin di lempar oleh satpam!" Damar memperingatkan mantan kekasihnya itu.

Damar beranjak dan berjalan menjauh meninggalkan Via yang berteriak menyumpahinya.

Damar terus berlalu keluar dari cafe tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya yang terus memperhatikan Damar dan Via bergantian.

[Kakak, sepertinya pernikahan kita sampai disini saja, aku ingin bercerai dari kakak] Langkah Damar seketika berhenti saat membaca pesan singkat dari istrinya.

Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!