CLB(t)K 14

Joshua naik ke atas panggung saat semua karyawan sedang menikmati waktu santai mereka,

Awalnya Joshua menyanyi satu buah lagu untuk menghibur para karyawan, hingga akhirnya puncak acara yang ia buat bersama Reenan di tampilkan.

Layar panggung berubah menjadi bukti-bukti yang Joshua ambil dari kantor cabang beberapa hari lalu, semua orang terdiam menatap ke arah layar besar itu.

Tidak ada yang terlewat, bukti catatan penggelapan dana yang tidak bisa di bilang sedikit itu terus saja di tampilkan, bukti video tentang pungli, tentang proyek-proyek yang tiba-tiba di batalkan karena mereka tidak becus menanganinya, belum lagi uang perusahaan yang mengalir ke beberapa rekening pribadi para eksekutif di dalam kantor cabang itu.

Semua di tampilkan secara nyata dan gamblang di depan semua orang. Tidak ada yang bisa membantah dan menyangkal itu semua.

Hingga foto para tikus di dalam kantor semua di tampilkan, semua yang hadir akhirnya melihat siapa saja tersangka yang berada di ruangan itu.

Semua orang terkejut, Annisa juga tidak kalah terkejutnya ketika nama dan foto Gita juga di tampilkan di layar besar itu.

"Manajer personalia?" tanya Annisa pada dirinya sendiri. Annisa yakin gaji Gita pasti besar tapi kenapa ia bisa sampai melakukan hal tercela semacam itu.

"Pak Reenan?" panggil Annisa pada bosnya. Reenan hanya menatap Annisa dalam diam.

"Dia temanku," ucap Annisa saat foto Gita di tampilkan di depan sana.

"Lain kali bertemanlah dengan orang yang membawa pengaruh baik padamu!" saran Reenan.

Annisa hanya menatap prihatin pada temannya dan beberapa orang lain saat polisi datang dan membawa mereka keluar.

Reenan segera naik ke atas panggung untuk mengucapkan sesuatu.

"Segala sesuatu pasti ada konsekuensinya, jika kalian ingin mengikuti jejak mereka silahkan saja, tapi balasan dariku pasti akan lebih menyakitkan dan memalukan daripada malam ini! Jadi jangan ada yang berpikir untuk melakukan hal yang sama seperti mereka!" ucap Reenan tenang.

Semua orang terdiam di tempatnya, bahkan tidak ada yang berani bersuara saat ini, mereka terlalu terkejut dengan rangkaian kejadian yang baru saja terjadi.

"Sudah selesai," ucap Reenan saat berada di depan Annisa yang masih terlihat syok dengan penangkapan beberapa orang termasuk temannya.

"Kau takut?" tanya Reenan kembali.

"Bukan, aku hanya tidak menyangka seorang manajer masih bisa melakukan hal seperti itu,"

"Itulah mengapa bersyukur itu di perlukan dalam menjalani hidup!" nasihat Reenan.

Acara kembali di mulai, suasana yang mulanya tegang kembali mencair seperti awalnya.

Reenan beranjak keluar berniat untuk menyalakan sebatang rokok.

"Bapak merokok?" suara Annisa tiba-tiba muncul di belakang Reenan. Reenan tersenyum lalu mengangguk.

"Kenapa keluar?" tanya Reenan.

"Saya pikir bapak butuh teman untum bercerita," ucap Annisa.

Bohong. Tentu saja Annisa berbohong, mana mungkin Annisa punya inisiatif seperti itu jika bukan karena ide dari Joshua.

Saat melihat Reenan keluar sebenarnya Joshua ingin menyusulnya, tapi langkahnya terhenti saat melihat Annisa duduk termenung seorang diri.

Dan dengan spontan Joshua meminta atau tepatnya menyuruh Annisa segera menyusul Reenan karena bisa saja Reenan mengamuk jika tidak ada teman untuk berbicara. Dan tentu saja itu juga kalimat bohong Joshua untuk meyakinkan Annisa menyusul Reenan.

"Bapak ingin membicarakan sesuatu? Mungkin saya bisa menjadi pendengar yang baik untuk bapak," tawar Annisa.

"Jika di perbolehkan, aku sangat ingin bertanya satu hal padamu,"

"Tanya saja pak, jika tidak sulit saya pasti akan menjawabnya," ucap Annisa di sertai senyuman.

"Kenapa kau sudah menjadi janda di usiamu sekarang?" tanya Reenan to the point.

Annisa terkejut, tentu saja! Ia tidak pernah menyangka bahwa bosnya akan bertanya hal seperti itu padanya.

Tapi ia sudah mempersiapkan jawaban sejak dulu terkait statusnya saat ini, karena Annisa sadar bahwa cepat atau lambat pasti ada seseorang yang bertanya tentang hal ini padanya.

"Mungkin karena saya tidak bisa menjadi istri yang baik," ucap Annisa.

Reenan menoleh pada Annisa, melihat perempuan yang diam-diam selalu ingin di lihatnya itu tengah menatap hamparan langit gelap bertabur bintang di atas sana.

"Atau mungkin karena aku tidak becus menjadi seorang istri?"

"Tidak usah di lanjutkan, jika kau sudah siap aku akan mendengarkan" ucap Reenan tulus.

"Jika saya bisa meminta untuk masa depan, saya ingin kembali menikah dengan orang yang bersyukur memiliki saya, yang mencintai saya apa adanya, tidak perlu kaya raya, jika bertanggung jawab dan saling setia itu sudah cukup untuk saya, jika ingin materi lebih, kita akan mencarinya bersama-sama nanti," ucap Annisa tulus.

"Semoga beruntung," ucap Reenan ragu, bukan itu kata yang ingin ia ucapkan tetapi akalnya masih berjala untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

...****************...

Hari-hari berjalan kembali seperti biasa, yang berbeda hanya Joshua yang kini di tempatkan sebagai kepala pimpinan kantor cabang.

Annisa sedikit kesepian tapi dengan pekerjaan yang semakin menumpuk ia lupa sendiri dengan kesepian yang menghinggapinya.

"Pak Reenan ada di dalam?" tanya salah seorang karyawan pada Annisa.

"Beliau di dalam, ingin ku beritahukan jika ingin bertemu?" tawar Annisa, karyawan wanita itu menggeleng dan melangkah mendekat ke pintu ruangan Reenan.

Setelah kepergian wanita itu Annisa mulai berpikir sesuatu tentang keanehan setelah pesta malam itu.

Kini orang-orang di dalam kantor melihatnya sinis sambil terkadang berbisik-bisik saat melihatnya berjalan sendiri ataupun bersama Reenan, ia tidak ingin berasumsi negatif tapi lama kelamaan mereka melakukan secara terang-terangan.

Pegawai wanita tadi sudah keluar dari ruangan Reenan, selanjutnya ia melangkah mendekati Annisa yang sibuk dengan pekerjaannya.

"Bagaimana rasanya menghangatkan ranjang pak Reenan?" tanyanya langsung.

"Maaf?" tanya Annisa menahan amarah.

"Kau bisa dengan mudah berada di posisi ini tanpa pengalaman sebelumnya, lalu statusmu juga seorang janda tanpa anak, orang lain pasti akan menebaknya dengan mudah bukan?"

"Maaf, tapi bukankah itu tuduhan tidak berdasar? Itu hanya fitnah murahan dari seseorang yang iri padaku!" balas Annisa.

"Iri? Untuk apa? Sekalipun iri bukankah itu hal yang wajar? Untuk kami para pegawai lama tidak ada satupun yang di pilih untuk menggantikan posisi sekertaris pak Reenan sebelumnya, dan kau tiba-tiba bisa langsung mendapat posisi ini tanpa pengalaman, bukankah berita akan berkembang sesuai dengan status jandamu?" pegawai wanita itu terus mengkonfrontasi Annisa.

"Itu berarti kemampuan bekerja kalian jauh di bawahku yang janda tanpa pengalaman ini, jika memang kerja kalian bagus tidak harus merangkak ke ranjang atasan hanya untuk menjadi seorang sekertaris!" ucap Annisa tak kalah nyalang.

Plak......

Pipi Annisa terasa panas karena tamparan wanita di depannya ini.

Annisa yang tidak terima tiba-tiba melayangkan bogem mentah ke pipi wanita itu.

"Jangan macam-macam!"

"Ada apa ini?" Reenan berdiri di depan pintu ruangannya saat mendengar ada keributan. Bahkan ia melihat pegawai wanita yang baru saja ke ruangannya menampar Annisa.

"Kalian berdua saya tunggu di ruangan sekarang!" ucap Reenan tegas tidak bisa di bantah.

Annisa mengangguk lalu berjalan memasuki ruangan Reenan, begitupun wanita tadi.

"Jelaskan!"

"Saya tidak tau awalnya, tapi dia tiba-tiba datang dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas untuk saya, saya rasa mereka hanya termakan gosip murahan yang berkembang di antara para pegawai tentang saya," jelas Annisa.

"Gosip apa itu?" pandangan Reenan kini beralih menatap pegawai wanita yang tadi jatuh tersungkur karena di pukul oleh Annisa.

"Begini,........." pegawai wanita itu bingung harus mengatakan apa di depan bosnya ini.

"Anda pikir saya punya banyak waktu untuk mendengarkan hal bertele-tele seperti ini? Cepat katakan!" sentak Reenan.

"Banyak gosip yang mengatakan bahwa Annisa bisa menjadi sekertaris bapak karena ia seorang janda, dan......" pegawai wanita tadi tidak berani meneruskan kalimatnya.

"Dan kalian pikir Annisa bisa menjadi sekertaris saya karena saya sudah tidur dengannya? Karena dia seorang janda sehingga kalian bisa menilainya sepertu itu?" tanya Reenan. Pegawai wanita tadi mengangguk.

"Jika saya tidur dengan Annisa apa itu merugikan kalian?"

"Tidak pak,"

"Apa jika saya tidur dengan Annisa gaji kalian berkurang?" tanya Reenan kembali.

"Maaf pak," pegawai wanita tadi semakin ketakutan mendengar pertanyaan-pertanyaan

"Jika saya menjadikan Annisa menjadi sekertaris itu sudah sesuai prosedur perusahaan, dan benar yang di katakan Annisa tadi jika kalian memang mumpuni dalam hal pekerjaan, saya tidak mungkin repot-repot membuka lowongan untuk mencari sekertaris!"

"Annisa, kumpulkan seluruh karyawan! Suruh mereka berkumpul di lobi, dalam 10 menit saya akan kesana,"

Annisa mengangguk patuh dan segera keluar dari ruangan Reenan diikuti pegawai wanita yang tadi.

10 menit kemudian Reenan benar-benar datang dengan wajah yang menahan amarah.

"Saya tidak akan berkata panjang lebar, saya tidak ingin perusahaan saya berubah menjadi sarang gosip murahan seperti sekarang! Jika kalian tidak suka Annisa menjadi sekertaris saya dan hanya ingin menjelek-jelekkannya tanpa tau kebenarannya maka saya tunggu surat pengunduran diri kalian sekarang juga! Tapi jika kalian masih ingin bekerja hentikan berita seperti itu dan bekerja saja dengan benar!" ucap Reenan.

Semua pegawai terdiam dan tertunduk, tidak ada yang berani menyela perkataan sang CEO.

"Jika masih ada yang membicarakan hal murahan seperti itu, saya akan langsung memecatnya!" ucap Reenan kemudian pergi dari hadapan pegawainya.

Annisa mengekori bosnya untuk kembali ke ruangannya.

"Apa sakit?" tanya Reenan saat melihat pipi Annisa masih merah bekas tamparan tadi.

Annisa mengangguk, Reenan terus memperhatikan memar di wajah Annisa.

"Ikutlah ke ruanganku, aku mempunyai kotak P3K di ruanganku,"

Reenan melangkah mendahului Annisa saat pintu lift terbuka, Annisa tidak bisa membantah dan hanya mengikuti langkah kaki Reenan.

"Duduklah di sofa!" perintah Reenan, lagi-lagi Annisa hanya mengangguk patuh.

Dengan hati-hati Reenan mengompres pipi Annisa dengan es batu yang Reenan ambil dari kulkas yang ada di ruangannya.

Annisa sedikit meringis saat Reenan tidak sengaja menempelkan es batu di ujung bibirnya yang ternyata sedikit robek.

"Awww, shhhhh..." ringis Annisa.

Reenan segera melihat dengan dekat luka di sudut bibir Annisa, hal itu membuat Annisa menghentikan nafas dan mematung seketika.

Reenan yang sadar bahwa jarak mereka terlalu dekat malah semakin mendekatkan wajahnya sambil menatap mata Annisa.

Annisa yang di tatap seperti itu reflek memejamkan matanya, tidak ingin membayangkan apa yang akan di lakukan atasannya ini.

Hingga.....

Ceklek

"Reenan!"

Terpopuler

Comments

Isnaaja

Isnaaja

o ow terciduk 😁

2024-03-14

1

Isnaaja

Isnaaja

👏👏👏 aku suka jawabanmu nis.

2024-03-14

1

Isnaaja

Isnaaja

betul itu 👌

2024-03-14

1

lihat semua
Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!