CLB(t)K 18

"Aku tidak punya banyak waktu, apalagi sampai 1 tahun, jika kau bersedia 3 bulan lagi aku akan menikahi mu," ucap Reenan pada seseorang di seberang telfonnya.

Suara Reenan terdengar berharap tapi juga putus asa di saat bersamaan.

"Mari bertemu sekarang," ucap Annisa di ujung telfon.

"Dimana?"

"Aku akan mengirimkan alamatnya, aku juga akan berangkat kesana sekarang," ucap Annisa.

"Tapi ini hujan, kau akan naik motor kesana?" tanya Reenan.

"Tenang saja, aku bisa mengendarai mobil," jawab Annisa sambil tersenyum.

"Baiklah, aku akan berangkat sekarang," ucap Reenan sambil bersiap-siap untuk bertemu dengan Annisa.

"Ku kirim alamatnya sekarang,"

Reenan dan Annisa sama-sama bersiap untuk bertemu di tempat yang Annisa kirimkan, Reenan dengan jaket kulit dan kaos abu-abu di padukan celana pendek hitam membuat siapa saja setuju bahwa penampilan Reenan terlihat lebih muda dari usianya saat ini.

Di lain tempat Annisa juga mengenakan jaket jeans hitam dengan kaos lengan panjang warna abu-abu ditambah dengan celana kulot warna hitam, orang lain pasti akan menyangka bahwa mereka memang janjian mengenakan pakaian yang sama.

30 menit berlalu Reenan akhirnya sampai di warmindo tempat Annisa menunggu.

"Hai?" sapa Annisa saat melihat Reenan mendekat ke arahnya.

"Maaf tidak mengajak bapak bertemu di cafe atau restoran mewah, malam ini aku sedang ingin makan disini apalagi saat cuaca hujan seperti ini," sambung Annisa menjelaskan.

"Tidak masalah, aku bisa makan apapun dimanapun," jawab Reenan santai.

Mereka memesan makanan dan minuman, setelahnya mereka duduk di tempat lesehan yang sedikit berada di pojok ruangan.

"Kita akan berbincang setelah makanan jadi nanti," ucap Annisa, Reenan hanya mengangguk patuh.

"Sampai jam berapa warung ini buka?" tanya Reenan penasaran.

"Aku tidak tau pasti, tapi ketika aku dan adikku pulang tengah malam warung ini masih tetap buka," jawab Annisa jujur.

Setelah itu mereka kembali terdiam, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Bisakah kita mulai berbicara sekarang?" tanya Reenan saat pesanan mereka sudah sampai di meja.

"Silahkan, bapak bisa mulai duluan," ujar Annisa.

"Kesehatan kakekku mulai memburuk" ucap Reenan di awal pembicaraannya, "Beliau ingin aku segera menikah, karena bagaimanapun aku adalah cucu kakek satu-satunya, aku akan berusaha mewujudkan apapun keinginannya,"

"Bagaimana dengan keinginan bapak?" tanya Annisa cepat.

"Apapun keinginanku tidak penting sekarang, aku hanya ingin kakek kembali sehat seperti sedia kala," ucap Reenan.

"Kalau kita menikah hanya karena kesehatan kakek anda, maaf saya menolaknya, bagaimanapun saya pernah mengalami hal buruk terkait dengan pernikahan, saya tidak ingin terulang untuk kedua kalinya!" tegas Annisa.

Reenan mengangguk paham dengan perkataan Annisa, bagaimanapun Annisa saat ini pasti sangat berhati-hati dengan keputusannya apalagi terkait dengan pernikahan.

"Bagaimana meyakinkanmu?" tanya Reenan.

"Silahkan bapak menemui orang tua saya untuk meyakinkan mereka tentang niat bapak sebelum kita mengenal lebih jauh, jika orang tua saya memperbolehkan kita saling mengenal saya akan bersedia dekat dengan bapak, tapi tetap keputusan ada di tangan saya pada akhirnya,"

"Baiklah, aku akan mengusahakan semuanya," ucap Reenan.

"Tapi maaf, jika sekali lagi ini hanya untuk tuan besar saya mohon bapak hentikan niat dan tujuan bapak, saya tidak akan mau menerimanya!"

"Tenang saja, aku melakukan ini juga untuk diriku sendiri," ucap Reenan sambil menampilkan senyum yang jarang ia tunjukkan kepada siapapun.

Annisa mematung sebentar saat melihat senyum dari lelaki yang ada di depannya ini, tidak di pungkiri selain wajah tampan bosnya ini juga memiliki senyum yang dapat membuat wanita manapun akan senang melihatnya.

"Kita lihat saja nanti" balas Annisa.

"Untuk langkah awal mungkin aku akan mengantarmu pulang ke rumah setelah ini,"

"Tapi aku membawa mobil sendiri," jawab Annisa bingung.

"Aku akan mengikuti mu dari belakang nanti," ucap Reenan, Annisa hanya mengangguk setuju saja.

Setelah hampir jam 10 malam, mereka berdua sepakat memtuskan untuk pulang, sesuai janjinya tadi Reenan kini mengantar Annisa sampai di depan rumahnya.

Annisa pikir Reenan akan segera memutar balik setelah mengantarnya pulang, tetapi pria itu ikut turun mengantarnya sampai di depan rumah.

"Jangan pernah mencari kakakku lagi!" suara Andi menggema saat Annisa masuk ke dalam halaman rumahnya.

Annisa langsung berlari saat mendengar suara adiknya itu, Reenan yang tidak tau apa-apa juga ikut berlari menyusul Annisa.

"Ada apa ini?" tanya Annisa saat melihat adiknya berbicara dengan seseorang

"Kak Nisa masuk sekarang!" Andi berucap dengan marahnya.

"Ada ap...?" kalimat Annia terhenti saat melihat Damar yang sedang berhadapan dengan adiknya.

"Kak Damar? Sedang apa kakak disini?" tanya Annisa kaget.

"Kakak masuk!" Andi kembali bersuara.

"Sebentar ada apa ini?" Annisa kembali bertanya pada adiknya.

"Laki-laki ini ingin bertemu denganmu!"

"Andi jangan seperti itu, kita bisa bicara baik-baik kan?" tanya Annisa pelan pada adiknya.

Reenan yang sedari tadi melihat argumen dua dari tiga orang di depannya ini hanya diam dan menyimak pembicaraan mereka.

Reenan melangkah mendekat pada tiga orang di depannya, suaranya menginterupsi perhatian tiga orang yang sedang bersitegang.

"Permisi?" suara baritone milik Reenan mengalihkan pandangan ketiga orang tadi.

"Siapa lagi ini?" Andi bertanya dan menatap Reenan nyalang.

Reenan mendekat ke arah Andi dan Damar yang saling berhadapan.

"Reenan. Bos kakakmu sekaligus kekasihnya!" ucap Reenan lantang.

"Apa?" Annisa malah kaget mendengar pernyataan Reenan barusan.

Damar dan Andi melihat ke arah Reenan dan Annisa bergantian.

"Sekarang bagaimana kita masuk dan selesaikan ini di dalam, sudah terlalu malam untuk baku hantam di luar," ucap Reenan santai.

Andi akhirnya mempersilahkan Reenan dan Damar masuk ke dalam rumahnya, ia tau bahwa pasti ayah ibunya sekarang sedang menguping pembicaraan mereka.

"Dimana orang tuamu?" tanya Reenan pada Andi.

"Akan ku panggilkan mereka," ucap Andi dan segera berlalu memanggil kedua orang tuanya.

"Aku akan membuatkan minum untuk kalian," Annisa juga ikut pergi dari ruang tamu.

Saat Andi dan Annisa sudah tak terlihat, Damar segera mengajukan pertanyaan pada partner bisnisnya itu.

"Aku tau bahwa Annisa menjadi sekertaris anda, tapi aku tidak tau bahwa hubungan kalian sudah sejauh itu," ucap Damar.

"Untuk apa anda mengetahui hubungan pribadi seseorang? Apa Annisa harus melapor pada anda jika ingin memiliki kekasih?" balas Reenan.

"Aku kira hubungan kalian hanya sebatas atasan dan bawaha saja"

"Apapun hubungan kami itu tidak ada urusannya dengan anda!" tegur Reenan.

Tidak lama kemudian Annisa kembali dengan membawa 2 cangkir teh hangat untuk tamunya.

Andi dan orang tuanya juga ikut menemui dua orang tamu yang sedang duduk menunggu kehadiran orang tua Annisa.

Ayah Annisa tidak bisa menyembunyikan raut wajah tidak sukanya saat melihat Damar berada di rumahnya, tapi beliau masih ingat bahwa tamunya tidak hanya mantan menantinya saja, tapi seseorang yang Andi bilang adalah kekasih kakaknya.

Hendra. Ayah Annisa kemudian bertanya pada tamunya tujuan mereka kemari dan membuat keributan di rumahnya malam-malam begini.

Damar menjawab terlebih dulu pertanyaan mantan mertuanya itu, ia menjelaskan maksud dan tujuannya kemari untuk kembali memulai hubungan dengan Annisa.

"Jangan berharap! Aku tidak akan membiarkan putriku kau sakiti untuk kedua kalinya!" Hendra memberi peringatan pada Damar. Damar hanya menghela nafas tidak berani untuk bersuara kembali.

Kini giliran Reenan yang menjawab pertanyaan ayah Annisa dengan tegas.

"Saya kemari untuk memperkenalkan diri, saya Reenando Xavier Adhiyaksa atasan Annisa sekaligus kekasih Annisa!" ucap Reenan lantang.

Hendra sedikit terkejut dengan hal yang di dengarnya, ia tidak pernah menyangka ataupun membayangkan bahwa putrinya bisa memikat hati laki-laki yang berstatus sebagai atasannya ini.

Hendra bukan orang yang buta informasi tentang siapa keluarga Adhiyaksa, dan ia tau persis siapa Reenando Xavier Adhiyaksa ini. Tapi ia juga tidak ingin gegabah hanya karena harta ia tidak akan rela jika putrinya kembali menderita.

"Kau tau!" tunjuk Hendra pada Reenan.

"Putriku telah di sia-siakan sebelumnya oleh dia" Hendra menunjuk Damar "Aku tidak akan melepaskan putriku hanya karena kau punya banyak harta, kebahagiaan putriku tidak bisa di ukur dengan banyaknya hartamu! Jadi jika kau hanya ingin mempermainkannya karena kau punya banyak harta lupakan! Aku tidak akan mengijinkan putriku dekat denganmu!" sambung ayah Annisa.

"Anda bisa memegang janjiku, jika sampai putrimu ku sakiti atau tersiksa denganku, silahkan anda ambil seluruh aset dan harta kekayaanku tanpa tersisa, bahkan jika itu masih kurang anda bisa membunuhku dengan cara apapun yang anda inginkan!" ucap Reenan tegas.

Semua orang yang ada di dalam ruangan menganga tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, Hendra sendiri tidak bisa menolak atau menerimanya begitu saja, putrinya yang akan menjalani itu semua maka keputusan tetap ada di tangan putrinya itu.

"Keputusan tetap ada di tangan Annisa, jika ia setuju silahkan lanjutkan, tapi jika ia merasa terpaksa jangan coba-coba mendekatinya!" lanjut Hendra.

Kini semua mata tertuju pada Annisa yang sedari tadi hanya diam tak bersuara. Annisa merasa tiba-tiba suaranya hilang entah kemana, sejujurnya ia terlalu takut untuk memulai sebuah hubungan baru.

Saat ia menatap Reenan, Annisa bisa melihat kesungguhan di mata pria itu, Annisa berharap semoga keputusannya kali ini tepat.

"Aku...." ucap Annisa lirih.

"Aku, ingin mencoba memulai hubungan lagi dengan pak Reenan," ucap Annisa dengan suara pelan.

Damar terkejut, ia tidak menyangka bahwa harapannya kini hanya tinggal sia-sia belaka, ia terlambat menyadari bahwa ia juga menyukai mantan istrinya tersebut, dan sekarang ia tau bahwa kesempatan untuk memiliki Annisa sudah mendekati nol persen, lagi pula ia sudah sangat terlambat untuk memperbaiki semuanya.

"Baiklah kalau begitu minggu depan saya akan kembali dengan kakek saya untuk melamar Annisa, dan bulan depan saya ingin menikahi Annisa," ucap Reenan lantang.

"APA??"

Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!